Tahun 2014 Festival Krakatau memasuki usia
pelaksanaan yang ke 24. Sebuah rentang waktu yang cukup panjang. Ibarat usia
beranjak dewasa dan tak bisa di bilang hanya muda, tentu usia 24 tidak berlaku
permakluman akan sebuah pengulangan kesalahan. Begitu pula dengan pelaksanaan
Festival Krakatau yang merupakan event tahunan provinsi Lampung yang masuk
dalam kalender event pariwisata tingkat nasional pada Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Sebuah penggarapan event yang harus
serius dan benar benar melibatkan banyak unsur terkait di dalamnya.
Anak Gunung Krakatau dari kejauhan |
KEMENANGAN MEDIA SOSIAL
Sejak awal rencana di gaungkannya pelaksanaan
Festival Krakatau tahun 2014, penduduk dunia maya – para pelaku sosial media
marak memperbincangkan gelaran yang akan di laksanakan tersebut. Mulai dari
memberi ide dan saran membangun hingga kritikan pedas.
Yang menarik – bagi saya, adalah adanya
beragam perubahan baru yang terlihat menjelang di laksanakannya event Festival
Krakatau tersebut. Salah satu diantaranya ada nya akun twitter @KrakatauFest
yang dapat menampung segala aspirasi dari para penghuni dunia maya. Selain
itu bentuk bentuk propaganda yang ada seperti bentuk tulisan dan logo event Festival
Krakatau mengalami pergeseran dari konsep kaku nan lawas tahun tahun
sebelumnya.
Adalah para admin akun @KelilingLampung,
@InfoLampung dan @BandarLampung yang bahu membahu meng-inisiasi beragam keinginan untuk beragam bentuk perubahan
dalam gelaran festival Krakatau dan gayung pun bersambut, beragam admin akun
akun yang ada di provinsi Lampung termasuk akun akun twitter perorangan
beramai ramai menyuarakan keinginan sebuah perubahan.
Perubahan yang sangat diharapkan adalah bahwa,
Festival Krakatau harus jadi hajatan rakyat bukan pesta pejabat. Dan tampaknya
upaya keras menyuarakan perubahan melalui media sosial di sambut baik pula oleh
akun resmi Gubernur Lampung – Ridho Ficardho yang merespon beragam masukan dan
saran yang membangun untuk event Festival Krakatau 2014. Selain itu Pemerintah
Provinsi Lampung melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung juga
mengundang beberapa admin akun twitter yang ‘berkicau’ di media sosial dalam rapat
bersama dan mendengarkan keinginan yang mewakili harapan masyarakat luas. Dan
setidaknya apa yang jadi harapan banyak pemilik akun bahwa kunjungan ke anak
gunung Krakatau harus benar benar berupa kunjungan bukan hanya sekedar melihat
dari atas kapal ferry. Kehadiran Duta Besar yang selama ini terjadi cukup di malam Krakatau night saja
dan core event memadai lainnya. Penyambutan Duta Besar (yang belum tentu Duta
besar sungguhan) yang mengeluarkan budged cukup banyak
di nilai sebagai sebuah tindakan yang kurang tepat dan tidak berdampak terhadap
penyebaran informasi dari gelaran Festival Krakatau itu sendiri.
Kebahagiaan tiba di puncak anak Gunung Krakatau |
TOUR KRAKATAU
Pada tahun 2008 saya sempat ikutserta dalam
rombongan tour Krakatau dengan kapal ferry tetapi itu hanya melihat rupa anak
gunung Krakatau saja. Tapi kini, seperti yang di gaungkan sebelumnya bahwa
kunjungan ke Anak Gunung Krakatau benar benar akan jadi kunjungan berupa
menapaki langsung dari bibir pantai landai hingga mendaki anak gunung Krakatau.
Pukul 6 pagi saya bersama Mas Yopie, Mas
Teguh, Derry dan lebih kurang 150 peserta lain yang telah mendaftarkan
keikutsertaannya via twitter. Bersama panitia dan undangan media serta
beberapa tamu dinas dengan total peserta 300 orang dalam 10 bus bergerak menuju
Kalianda – Lampung Selatan.
Perjalanan bermula di Pelabuhan Boom – di
pusat Kuliner Kalianda. Dengan Kapal berukuran lebih besar dari pada yang
pernah saya tumpangi ketika 17 Agustus lalu. Setelah menempati
kapal masing masing sesuai dengan group rombongan bus kami pun bergerak
mengarungi lautan dengan suasana riuh gembira. Beragam usia ada dalam
rombongan. Tua Muda jadi satu kesatuan. Beragam profesi seolah terlupakan dan
membaur dalam rombongan yang berhasrat menikmati keindahan Anak Gunung Krakatau
nan eksotik secara langsung. Yang tak kalah menarik perhatian adalah
ikutsertanya Ibunda dari Gubernur Lampung. Si Ibu dan team nya membaur dalam kapal bersama peserta tour
lainnya.
Dengan pengawalan Polisi Air dan angkatan
laut, kami berarak arak membelah kegagahan samudra membentang. Yang unik dari
pelaksanaan Tour Krakatau kali ini adanya Larung Laut, yang didalamnya ada
prosesi pemberian sesaji yang telah di siapkan masyarakat sekitar ke laut lepas
sebagai sebuah tradisi masyarakat pesisir Lampung.
Larung Laut/Ruat Laut Tradisi Masyarakat Pesisir Lampung |
Atraksi Pencak persembahan masyarakat Pulau Sebesi di lereng Anak Gunung Krakatau |
Lebih kurang 3 jam mengarungi Laut lepas
dengan beragam kisah keseruan di dalamnya, akhirnya kami tiba di bibir pantai
anak gunung Krakatau yang telah di padati oleh masyarakat yang berasal dari
Pulau Sebesi yang menyemarakkan suasana penyambutan dengan tari tari dan pencak
khas nusantara. Hiburan rakyat nan khas kemudian menjadi daya tarik tersendiri
pagi pengunjung yang bukan hanya dari Provinsi Lampung tetapi juga dari luar
Lampung bahkan beragam media local dan nasional turut serta menjadi saksi
secara langsung bagian dari sejarah besar peradaban kehidupan – Anak Gunung
Krakatau.
Suasana bahagia, bangga dan puas terpancar di
wajah mereka yang berhasil menaklukkan
anak gunung Krakatau. Keindahan view dari puncak Anak Gunung Krakatau
seolah jadi imbalan yang setimpal dari jerih payah pendakian. Tak semua orang
berhasil mendaki. Ada yang hanya sampai pada lereng atau hanya cukup puas ada
di setengah perjalanan saja.
Kebersamaan sebagain Team |
Kebahagiaan mengarungi Lautan |
Pemendangan indah yang di dapat sepulang dari Anak Gunung Krakatau |
Tour Krakatau kali ini sungguh berkesan dan
benar benar jauh beda dari konsep pelaksanaan Tour Krakatau tahun tahun
sebelumnya. Saya sangat mengapresiasi kerja keras panitia, dinas terkait dan
semua pencetus ide ide yang sebelumnya di anggap tak mungkin oleh beberapa
pihak. Jika saja Panitia Tour Krakatau lebih banyak menyediakan air mineral
selama pelayaran, saat akan mendaki hingga setelah mendaki tentu keluhan
dehidrasi sebagian peserta tour akan teratasi. Saya pribadi cukup kewalahan
menghandle rasa haus yang teramat-sangat. Hingga harus memohon-mohon air
mineral pada petugas pos keamanan di kawasan cagar alam Anak Gunung Krakatau
dan kemudian harus berunsukan di dapur dan meminum air mentah tapi bersih untuk
menenangkan tenggorokan. Tak apalah yang penting air mineral tawar. Tak perduli
air matang atau mentah yang penting air.!
Saya pribadi berharap pelaksanaan event
Festival Krakatau tahun tahun mendatang harus lebih di tingkatkan dan terus
mendapat sentuhan kreativitas serta membawa nilai nilai budaya Lampung yang
luhur dalam rangkaian kegiatannya. Terutama rangkaian Pawai Tapis Karnival yang
harus mendapat perhatian labih mengingat pelaksanaan yang molor sampai 2 jam
dan rute jalan yang tidak benar benar di tutup bagi kendaraan umum.
Mensukseskan Festival Krakatau memang bukan hanya tugas pemerintah atau dinas
terkait, tapi tugas semua yang ada di provinsi Lampung tak peduli suku asal
muasalnya. Beuntung para pelaku dunia maya berhasil ‘menggiring’ opini dan arah
kreatif pelaksanaan Festival Krakatau tahun ini. Menjadikan Krakatau Festival sebagai sebuah Trending Topic di ranah Twitter adalah sebuah bukti bahwa kekuatan dunia maya tak bisa di anggap main main. keseriusan pembenahan di beragam bidang di kemudian waktu bisa jadi membuat pelaksanaan Festival Krakatau kedepannya akan jadi lebih baik.
0 comments :
Posting Komentar