|
capture by Indra Pradya ; GIGI HIU - Pegadungan - Kelumbayan |
Minggu
pagi nan tenang, cerahnya cuaca telah nampak sejak awal. Sesuai rencana yang
kami susun semalam, saya dan Derry akan melakukan trip ke Gigi Hiu dan para
wanita akan menikmati wisata ke Pulau Pasir Putih yang tak jauh dari lokasi
rumah Darmin. Maluklah para wanita tak begitu sanggup mendengar kondisi jalan menuju Gigi Hiu seperti yang Darmin ceritakan.
Karang
Gigi Hiu adalah kawasan yang tak banyak di ketahui publik. Tempatnya ada di
Pegadungan – Kelumbayan – Tanggamus – Lampung, lebih kurang 1 jam dari Kiluan.
Rute jalan yang di tempuh pun tak biasa. Rusak lebih parah ketimbang jalan dari
Bandar Lampung ke Kiluan.
Sesuai
rencana pula, saya dan Derry akan menaiki motor menuju Gigi Hiu, Darmin dan
temannya – Heri telah siap mengantar kami pagi itu seusai menyaksikan atraksi
Lumba Lumba. Saya sempat mengernyitkan dahi ketika melihat bentuk motor yang di
kemudikan Heri yang akan saya naiki. Sebuah motor reot dengan mesin rakitan di
beberapa bagian. Aaahh sudahlah, yang penting Heri mengatakan ia pernah mengantar
tamu ke Gigi Hiu. Karena saya tak akan mau di bonceng oleh orang yang belum pernah
ke sana. Hahahaha.
|
Derry bersama Darmin dengan motor jenis bebek |
|
contoh kontur jalan |
|
salah satu rumah warga di beberapa desa sepanjang menuju Gigi Hiu |
|
Meski rute tak biasa kami tetap bisa tertawa |
|
view yang menenangkan selama menjalani rute jalan super terjal |
Perjalanan
pun di mulai. Keluar dari gerbang utama Teluk Kiluan, motor harus menanjak ke
bagian kiri gerbang dan mengikuti jalan yang tak pantas di sebut layak. Mas Yopie juga pernah bercerita
akan kondisi nyata yang akan di hadapi oleh pengunjung yang hendak ke Gigi Hiu.
Mas Yopie, Mas Budi Martha dan teman temannyalah pihak yang pertama kali mendatangi lokasi
Gigi Hiu dan memberi nya nama Gigi Hiu agar nampak berbeda dengan sebuatan pada
umumnya Batu Layar. Beberapa masyarakat di Teluk Kiluan pun nampaknya sudah
cukup familiar dengan Gigi Hiu. Beberapa warga menyebutnya Batu Karang Gigi
Hiu.
Beberapa
ratus meter perjalanan telah terasa terjalnya kontur jalan yang tak bersahabat.
Beberapa bagian rusak parah. Berlubang dan bergelombang rusak. Batu batu
berlainan bentuk tersebar tak merata. Beberapa bagian jalan pun ada yang
longsor dan pengendara motor memang harus pintar pintar memilih bagian yang benar benar aman
untuk di lalui. Uniknya ada banyak rumah warga di antara perkebunan dan belukar yang kami
lewati. Rumah warga tersebut terkelompok dalam beberapa bagian. Saya sempat
berdecak kagum pada warga warga yang ramah menyapa saya sepanjang perjalanan sikap khas warga desa yang menyambut kedatangan tamu melalui senyuman,
lambaian tangan dan anggukan kepala ketika berpapasan dengan pendatang. Warga
yang sangat terbuka akan kehadiran pendatang meski mereka bisa jadi hidup dalam
keterbatasan dan kondisi lingkungan yang tak begitu gemerlap layaknya
perkotaan. Sepanjang jalan yang rusak saya mengalihkan pandangan ke perkebunan
dan belukar yang ada di sepanjang jalan. Menarik melihat beragam pohon dan
tumbuhan yang belum saya tahu. Termasuk melihat barisan pohon cengkeh dan pohon
pohon berdiri kokoh tegak di antara tumbuhan lain. Meski rasa pegal duduk di
atas motor berjuang melalui jalan yang sangat menantang, berlubang, berbatu
besar tak beraturan.
|
plag SD yang bisa jadi tak menggunggah Pemda setempat untuk memperbaiki nya |
|
sekolah yang saya jumpai dalam perjalanan ke Gigi Hiu yang minim Fasilitas |
|
jenis Motor yang saya tumpangi dengan driver remaja bernama Heri |
Kami
sempat berhenti sejenak di jembatan yang kokoh yang menurut Darmin baru saja
selesai pengerjaannya. Saya jadi ingat dalam sebuah blog milik mas Yopie, bahwa ia dan
teman teman trip nya melalui rute ini masih berupa sungai dengan batu batu
besar dan harus mengangkat sepeda motor untuk melalui sungai tersebut.
Beruntung giliran saya sudah ada jembatan betonnya. Meski saya sempat berfikir
mengapa pemerintah hanya bangun jembatannya saja ?, tidak memperbaiki jalan
nya?, aaahh lagi lagi saya bergumam sendiri. Setelah puas mengabadikan keindahan
sungai dan tak lupa berusap dan meminum air sungai yang jernih. Saya dan Derry
bersama Darmin dan Heri melanjutkan perjalanan kembali yang masih cukup jauh
dengan jalan menanjak dan menurun tajam lengkap dengan kondisi rusak parah di
semua bagian. Yang lebih mengenaskan saya melihat langsung ada sebuah sekolahan
yang bangunannya tidak dalam kondisi semestinya bangunan sekolah meski permanen
tapi minim fasilitas layak. Saya sempat bertanya pada Darmin, apakah Bupati
Tanggamus pernah datang ke Kiluan ?. Darmin jawab, Pernah, tapi pakai Speed
Boat. Ooh… itulah masalahnya, si orang nomor satu di kabupaten tak lewat
darat jadi ia tak tahu kondisi nyata jalan raya, si orang nomor satu tak
merasakan langsung bagaimana sulitnya menempuh jalan dengan kondisi yang tak
layak di sebut jalan. Atau mungkin tak terfikir bahwa dengan memperbaiki
infrastruktur jalan raya maka akan meningkatkan penghasilan daerah setempat.
Atau pula tak pernah terbayang bahwa generasi penerus bangsa ini kelak akan
tercipta dari anak anak kecil yang bersekolah dengan kondisi sekolah yang juga
tak bisa di sebut layak. Aaahhh... lagi
lagi saya bergumam sendiri. Tak akan penguasa berfikir hingga sebegitu detail
nya. Ada banyak urusan yang lebih besar yang mereka fikirkan tentunya.
|
view yang di dapat dari atas jembatan beton yang baru saja jadi |
|
jembatan beton yang baru jadi |
|
sungai yang tenang dengan air yang bening, dingin dan menenangkan |
|
Puas
dengan rute menantang dan pemandangan yang memukau, akhirnya saya dan Derry
tiba di kawasan Batu Gigi Hiu nan eksotik itu. Setelah memasuki jalan setapak
penuh belukar kami melihat gugusan batu terjal menjulang tinggi dan nampak
gagah di tengah hempasan ombak besar yang selalu menyapa ramah batu batu itu.
Yang menarik, kami bertemu Asri Welas – pesohor ibukota yang kerap terlihat di layar kaca. Ia sedang melakukan photo session di atas batu batu
terjal itu bersama team nya. Sungguh sebuah bonus bagi saya dan Derry. Dan di akhir sesi
pemotretan kami sempat bertegursapa dengan mba Asri, tak lupa photo bersama dan
memintanya untuk memberikan statement yang saya video kan. Kesan
ramah dan ‘rame’ nampak dari seorang Asri Welas. Saya pun sempat melontarkan
pertanyaan, “kok mau sih mba jauh jauh ke sini dengan rute susah ?”, dan mba
Asri pun menjawab “ karena ini tempat eksotik dan wajib di kunjungi”. Malu
rasanya jika kalah tangguh dengan mba Asri Welas yang berkenan mendatangi
lokasi Gigi Hiu dengan rute jalan yang luar biasa ekstrim bahkan ia menaiki
motor dari pantai Kiluan full make up, memakai Kebaya lengkap dengan kain
Songket dan aksesoriesnya! Edan.!! Salut.!!
|
Asri Welas berpose di Gigi Hiu |
|
saya dan Derry dalam kebersamaan dengan Asri Welas seusai ia Photo Session |
Puas
mengabadikan Karang Gigi Hiu dari beragam bagian, saya dan Derry harus kembali
ke Kiluan karena jadwal kepulangan ke Bandar Lampung telah menanti. Melalui
rute yang rusak kembali tentu sudah jadi biasa bagi kami, karena telah
mengalami sebelumnya. Untuk mengurangi rasa lelah dan lapar yang melanda, tak lupa kami santai sejenak di sebuah warung yang
sekaligus bengkel, memesan mie instan rebus plus telur dan irisan cabe rawit, lengkap
dengan kopi seduhan warga setempat. Aaahh… sorgawi dunia hadir dalam
keserderhanaan.
Pesona Gigi Hiu memang hanya untuk para jiwa petualang. Jenis wisata minat khusus yang tak hanya butuh mental dan stamina yang kuat tapi juga butuh kesediaan untuk menikmati alam dan lingkungan dengan keterbatasan fasilitas. Indahnya
bumi Nusantara ciptaan Tuhan tak pernah habis untuk di nikmati. Landscape
yang begitu perfect. Tak cukup hanya dengar kisah tapi harus di kunjungi, di
alami dan merasakan langsung kondisi nyata adalah sebuah kesempurnaan dari
sebuah pengalaman. Meski hanya 2 hari, kelak saya akan kembali lagi kesini.
Kebersamaan dengan Darmin memberi saya saudara baru di Kiluan. Darmin adalah representative
dari keramahan dan ketulusan manusia tanpa teori. Meski putus sekolah dan tak
pernah dapat pelatihan Sapta Pesona tapi Darmin paham bagaimana bersikap
terhadap pendatang yang tak berharta seperti saya.
|
Darmin (berjacket Hijau) dan temannya Heri - dua sosok berjasa yang mengantarkan kami ke Gigi Hiu dengan selamat |
|
Saya dan Derry my best adventure partner berhasil mendatangi langsung Karang Gigi Hiu |
|
|
0 comments :
Posting Komentar