menikmati kesendirian - Photo by Rasdam |
Meski
kerap berada di tengah keramaian, hiruk pikuk dan glamour nya event akbar. Saya
tetaplah sosok yang masih menerapkan
ritual ‘Menyendiri’.
Saat
sendiri ada banyak hal yang terjadi. Imajinasi melang-lang-buana. Berpendar
kesegala penjuru. Ide ide brilliant terkadang mudah di catat, dan yang
terpenting saat dimana saya memahami kekuatan diri sendiri jauh lebih kuat
ketika saya bersama dengan banyak orang di situasi yang gegap gempita. Tanpa
sorot lampu, tampa tepuk tangan yang membahana, tanpa sanjung puji yang
melenakan dan cenderung palsu, tanpa ada arahan dari siappun, saya bisa
memahami diri. Memahami apa yang kelak akan saya lakukan dengan segala kekuatan
dan keterbatasan saya sebagai manusia. Ketika ber-interaksi dengan banyak
pihak, saya cenderung melakukan hal hal yang tidak bisa sepenuhnya saya
control. Tak ada alat pengukur akurat apa yang sedang atau telah saya lakukan.
Dan semuanya berbanding terbalik dalam kesendirian.
Ketika
sendiri, saya hanya membuka diri pada hati kecil saya. Bertanya pada diri ini
akan segala hal yang telah dan pernah saya lakukan bahkan menanyakan
kesungguhan diri akan segala hal yang terencanan pada masa mendatang. Entahlah, saya seperti memiliki sosok lain di
luar diri ini. Sosok yang tak terlihat kasat mata tetapi ia selalu memberikan
wajangan yang juga tak bersuara layaknya siapapun yang bebas berbicara akan
banyak hal tentang saya. Layaknya kebebasan yang saya berikan seluas luasnya
pada siappun yang mau mengemukakan opini tentang diri ini ; di kata sombong,
pembuat masalah (trouble maker), sosok yang menjengkelkan, sosok yang tak layak
di dekati, apapun itu, silahkan ber-opini. Saya juga sudah lelah dengan wajah
wajah manis penuh kepalsuan yang terlihat setiap saat bertegur sapa. Saya
memilih untuk menyendiri, menikmati diri dengan segala yang saya punya. Bertemu
dengan sosok sosok yang objectif dalam melihat, menilai dan menyatakan
pendapat. Bukan sosok sosok yang mengaku eksklusif tetapi hanyalah wujud tanpa
raga yang terlanjur tertutup hawa hasil tercela dan tindakan korupsi semata.
Inilah
hidup.
Saya
cukup kenyang akan banyak hal. Terlebih cemoohan. Tapi uniknya mereka yang
mencomooh sebenarnya tak bisa berbuat lebih dari apa yang pernah saya lakukan
atau dari apa yang mereka bisa lakukan ?. Semakin banyak pribadi yang terlihat
cantik dan tampan hanyalah luarnya saja. Tak semua yang mereka pertunjukkan
melalui keindahan fisik adalah sebuah pernyataan benar dari personal mereka
sebagai manusia. Bisa jadi iri hati akan dengki yang tak bisa mencapai apa yang
orang lain capai. Bisa jadi apa yang telah dan akan saya perbuat menjadikan
hambatan bagi mereka yang memang tidak bisa apa apa.
Setidaknya,
saya bisa menganalisa diri ketika sendiri.
Memahami
bahwa saya mahluk lemah tanpa daya apa apa selain berdoa dan berupaya bersama
orang orang hebat yang menopang saya sejauh ini hingga nanti. Menganalisa bahwa
apa yang menjadi opini orang lain adalah tak sepenuhnya benar. Terlebih dari
sosok sosok yang juga tak penting untuk di dengar. Bagaimana bisa menyimpulkan
saya sombong sedang ia saja tak pernah bicara barang semenit pun pada saya ?,
Bagaimana mungkin orang bisa bicara
lantang tentang betapa ‘trouble maker’ nya saya padahal saya tak mengenal ia sehari
pun ?. sungguh sebuah arogansi yang terjadi ketika amarah yang berlebihan
memuncak hingga menunjukkan betapa tak berkelasnya mereka dan tak sesuai dengan
apa yang mereka agung agung kan akan ‘kelas’ mereka dalam keseharian.
Saya
menikmati kesendirian dalam sebuah kenyataan. Merespon diri untuk tidak terlalu
banyak bicara. Lebih mendengarkan. Lebih memilih menepi di antara kerumunan
hura hara yang tak berkesudahan. Bisa jadi saya terlalu puas melihat wajah
wajah palsu. Wajah wajah yang seolah bahagia padahal tidak. Terlihat cantik
hanya karena make up. Terlihat cantik hanya di fisik tapi di hati busuknya
bagai bangkai mati. Lebih baik saya sendiri saja. Mencumbui diri dengan segala
keterbatasan dan berdamai dengan segala ketidaknyamanan.
0 comments :
Posting Komentar