tiba di depan gerbang menuju Teluk Kiluan |
Sabtu
siang nan terik (27/9) tak mematahkan semangat saya dan team untuk menuju
sebuah pulau yang marak di perbincangkan beberapa waktu terakhir. Partner saya
kali ini berjumlah 5 orang, salah satu nya adalah Derry – partner Trip yang selalu
rela di ajak susah, dan 4 orang lainnya adalah Eka, Dewi,Desi dan Puput yang semuanya
adalah teman teman Derry. Saya sebagai driver kala itu tak butuh waktu lama
untuk membaur bersama empat wanita berlainan profesi itu.
Siang
itu sebuah tekat membawa kami untuk mendatangi dan menikmati langsung Teluk
Kiluan. Traveling menyatukan beragam perbedaan antara kami yang berlainan
profesi.
Sebenarnya
start kami dari Bandar Lampung sudah cukup siang, dikarenakan saya pun baru tiba
pagi itu dari Jakarta setelah tugas kedinasan, termasuk menunggu kedatangan
Eka, Dewi dan Desi yang datang dari Jakarta dengan mobil travel. Tapi semangat
untuk tahu Kiluan itulah yang akhirnya membawa
kami berangkat dari pukul 1 siang.
Saya
pribadi belum pernah ke Kiluan sebelumnya, tak tahu pula jalan arah menuju
kesana. Tapi yang saya tahu dari Bandar Lampung saya harus mengemudikan mobil
menuju Padang Cermin setelah itu ikuti saja jalan lurus terus sampai nanti
menemui gerbang selamat datang di Teluk Kiluan. Bukan kali ini saja saya nekad
mendatangi sebuah tempat tanpa banyak tahu tempat tersebut sebelumnya. Bagi
saya, justru ketidaktahuan arah itulah yang membuat saya bisa menikmati proses
dari trip yang sesungguhnya. Karena motto “My Trip y Adventure” tidak lah cocok
di ucap jika Trip yang di alami berdasarkan guide lengkap dan fasilitas mewah.
rumah panggung khas Lampung dapat di jumpai di sepanjang jalan menuju Teluk Kiluan |
Sebelumnya
pula, Mas Yopie selaku Travel Advisor di Lampung dan admin akun @KelilingLampung kerap berbagi
pengalamannya menuju Teluk Kiluan, ia dan beberapa temannya layak di jadikan
sumber bertanya untuk sebuah destinasi wisata di Lampung yang kita belum tahu. Setidaknya
saya pribadi ada gambaran arah jalan yang akan di tempuh. Mas Yopie pun tidak
pernah mengada ada dalam memberikan arahan. Ia juga pernah mewanti saya untuk
persiapkan stamina jika ingin ke Kiluan dan sekitarnya mengingat medan jalan
yang tak mudah. Dan ucapan mas Yopie benar adanya. Semula, jalan yang kami
tempuh dari Bandar Lampung lancar lancar saja, tetapi setelah keluar dari
komplek TNI AL dan kawasan Padang Cermin, jalan yang kami lalui mulai
berkerikil kecil hingga lubang besar menghiasi sepanjang jalan. Beberapa ruas
jalan tak bisa di katakan layak. Bahkan beberapa desa yang kami lalui memiliki
alur jalan yang berlubang rusak parah di tambah debu jalan akibat musim
kemarau. Tapi setidaknya beberapa baris rumah panggung khas adat Lampung dan
hamparan sawah nan hijau menghibur diri dan menyegarkan pandangan mata.
Lebih
kurang 4 jam perjalanan dari Bandar Lampung dengan menikmati naik turun
perbukitan dan kondisi jalan yang tidak semuanya bersahabat, di tambah minimnya rambu jalan dan penunjuk
arah ke Teluk Kiluan yang jika pun ada hanya terbuat ala kadarnya dengan font
kecil, akhirnya saya dan team tiba di Gerbang Teluk Kiluan. Tentu senang bukan
kepalang kami bersorak sorai dan turun dari mobil untuk berpose di depan
gerbang. Tapi jangan senang dulu, bukan berarti tiba di gerbang lantas telah
sampai. Kami harus menyusuri jalan menurun untuk dekat ke bibir pantai dan perkampungan
warga.
my Trip Partner ; Puput, Dewi, Ekda, Derry dan Desy. |
Mas
Yopie pun pernah menyarankan untuk menghubungi beberapa kenalannya yang nomor
hendphone nya pun telah ia berikan pada saya. Bahkan ada salah satu nomor yang pernah saya
hubungi. Tapi saat itu saya mau menikmati ketidaktahuan saya sebagai pendatang
baru di Teluk Kiluan, alhasil beberapa kali saya salah arah dan salah masuk
gang hahahah….sampai akhrinya saya dan teman teman memutuskan untuk ke arah Desa
Bandung Jaya dan menjumpai beberapa warga yang sedang duduk di tepi pantai dan
seketika itu pula banyak yang menawari saya beragam jasa mulai dari penginapan
sampai berkenan jadi tour guide. Saya
dan Derry sempat berfikir matang atas banyaknya tawaran dari warga
setempat. Akhirnya kami memilih seorang remaja bernama DARMIN, untuk menjadi guide
kami selama di Teluk Kiluan, kami memilih Darmin karena ia masih remaja,
biasanya remaja tidak terlalu Business Oriented sedangkan jika kami
melakukan pendekatan ke bapak bapak atau ibu ibu tentulah akan lebih mahal.
Sedangkan kami melakukan sharing budged dalam trip kali ini. Maklumlah
kami bukan anak anak pejabat yang bisa menikmati traveling mewah dari uang
korupsi bapak ibu nya yang pejabat.
EKSOTISME
LAGUNA
Setelah
berbincang sejenak dengan Darmin yang sejak awal terlihat ramah dan tulus
meladeni banyaknya pertanyaan kami, kami pun memutuskan untuk langsung diantar menuju
LAGUNA di Teluk Kiluan yang terkenal keindahannya. Pada umumnya para pengunjung
di Teluk Kiluan yang akan menuju Laguna harus menyewa seorang guide
dengan bayaran 50.000 rupiah dan uang masuk manuju LAGUNA 3.000 rupiah per
orang. Jangan berfikir bahwa masuk kedalam kolam alami Laguna layaknya masuk
kolam renang di perkotaan. Pengunjung harus mengikuti track yang telah
di siapkan. Track nya pun tidaklah mudah. Kami harus berjalan menyusuri
perkebunan, dengan kontur tanah terjal kering, menanjak dan menurun cukup
berbahaya bagi mereka yang kondisi fisik lemah. Tak hanya itu, setelah melalui
perkebunan menanjak dan menurun, kami pun harus melewati beberapa karang dari
pinggiran pantai yang cukup terjal. Beruntung panduan arah ke Laguna tercipta
melalui cat warna merah yang tertera di batu dan juga jembatan kayu yang di
buat untuk memudahkan pejalan kaki menuju Kolam Laguna.
salah satu track menuju ke kolam Laguna |
Dengan
penuh perjuangan di sore hari itu, saya dan teman teman akhirnya bisa menikmati
keindahan Laguna. Meski salah satu anggota team – Eka mengurungkan niatnya
sampai di Laguna karena stamina yang tak kuat. Laguna adalah kolam besar hasil
bentukan dari Batu Karang yang berbentuk bagai bak besar dan airnya berasal
dari air laut yang masuk kedalam bak besar tersebut. Sungguh sangat sensasional
merasakan ada dalam bak kolam besar tersebut. Terlebih merasakan sensasi
deburan ombak yang masuk kedalam kolam besar. Sungguh sebuah hal sorgawi di
bumi. Kami pun berbaur dengan pengunjung lain menikmati sore di Laguna.
saya di dalam kolam alami Laguna. Berasa punya Kolam alami pribadi |
melompat di dalam kolam Laguna |
Jump Session - Derry, Desi dan Dewi |
moment kebersamaan di Kolam LAGUNA |
deburan ombak laut yang masuk dalam kolam Laguna |
Mengingat
hari yang mulai gelap, saya dan teman teman harus menyudahi kunjungan ke
Laguna. Terpaksa memang. Perlahan kami
berjalan kembali menikmati track yang tak biasa untuk kembali ke permukiman
warga setempat di Teluk Kiluan. Setelah merebahkan lelah dan berbincang sejenak di warung warga dan
makan mie rebus ala warga setempat, saya dan teman teman memutuskan bermalam di
rumah Darmin. Kami tidak terlalu tertarik untuk menikmati vila vila atau hal
hal mewah selama di Teluk Kiluan. Bukan bermaksud sombong, tapi karena budged
kami memang tidak memungkinkan untuk hal hal mewah hahahahah. Lagipula
lebih baik membari keuntungan financial secara langsung pada warga di sekitar
objcek wisata, karena itulah hakekat sesungguhnya dari bergabungnya Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif.
saya dan team menikmati kolam Laguna minus Eka yang tak sanggup menyusuri track |
Darmin
memberi kami harga murah bermalam di rumahnya, hanya 150.000 ribu saja kami ber-enam dapat menempati rumahnya yang sederhana tapi nyaman, dengan sebuah ruang tamu besar tempat
saya dan Derry merebahkan badan dan sebuah kamar ukuran sedang untuk ke empat
wanita. Selain itu di rumah Darmin juga ada TV dan fasilitas charger handphone
dan kamera tentunya. Untuk aliran listrik di sini cukup baik 24 jam. Meski
kamar mandi di rumah Darmin hanya tertutup sehelai gorden berwarna merah
cukuplah bagi kami untuk bergantian mandi dengan pembagian urutan yang sepadan
di mulai dari yang mandi dan geraknya paling lambat hingga yang tercepat. Hahahaha.
Lagi lagi pembagian jatah mandi pun harus di atur, mengingat kasihan Darmin si
remaja yang selain rumahnya di tempati ia juga rela menimbakan air di sumur
untuk keperluan mandi kami ber enam.
Hebat
Darmin.!!
Jadilah
malam itu suasana desa yang tenang lengkap deburan pantai yang tak jauh dari
depan rumah. Selain bercengkrama dengan games games pengisi waktu
kebersamaan antar kami malam itu, tak lupa kami mengatur jadwal Minggu esok
untuk menikmati banyak hal yang penting kami nikmati selama di Teluk Kiluan.
..............bersambung ke Part 2.
..............bersambung ke Part 2.
0 comments :
Posting Komentar