bersiap melakukan pelayaran menuju tengah Samudera |
Setelah
kemarin menikmati perjalanan dari Bandar Lampung ke Teluk Kiluan dengan rute
yang tak biasa. Pagi itu kami terjaga untuk melakukan serangkaian jadwal
kunjungan yang WAJIB di lakukan ketika di TELUK KILUAN.
Sehabis antri mandi kami sarapan nasi goreng dan kopi persembahan Ibu nya
Darmin. Jangan sangsikan rasanya. Selain enak karena kami lapar, nuansa panganan
pedesaan selalu ‘nancap’ di lidah.
Pagi
itui, trip perdana kami adalah menuju samudera untuk menengok Lumba Lumba di
laut lepas. Semula kami berharap jam 6 pagi bisa mendapat kapal yang
menghantarkan kami menuju habitat Lumba Lumba di Teluk Kiluan. Sayang, kapal
jam 6 pagi sudah penuh. Maklumlah, pengunjung Teluk Kiluan sedang ramai kala
itu. Akhirnya kami menaiki kapal kecil menuju samudera pada jam 8 pagi. Dalam
satu kapal kecil hanya boleh 3 orang plus pengemudi. Ada pula kapal yang lebih
besar yang bisa di naiki 4 – 5 orang. Karena kami ber – enam jadi kami membutuhkan
2 kapal kecil. Perorang di kenakan biaya 100 ribu rupiah. Pagi itu permukaan
air di pantai Teluk Kiluan cukup menyenagkan. Damai rasanya melihat landscape
yang super indah bagai lukisan imajinatif surgawi di kehidupan yang tak
terfikir sebelumnya. Hamparan pantai yang landai berpadu apik dengan gagahnya
perbukitan di kanan kiri yang seolah memeluk erat bumi dengan keindahan
ekosistem tumbuhan nan asri. Beberapa kali ketika kapal kecil perlahan
mengarungi hamparan pantai saya menghirup udara segar tanpa polusi itu. Aahh …
ciptaan sang Maha Esa sungguh tiada banding nya.
Saya
berada di bagian depan kapal, Eka di tengan dan Derry pada bagian belakang.
Puput, Desi dan Dewi di kapal lainnya. Tanpa komando kami pun menikmati
pemandangan sepanjang pelayaran menuju samudera. Termasuk mengabadikan beragam keindahan view melalui ponsel masing masing hahahahah, narsisme masa kini. Beberapa pengunjung ada yang
telah selesai dan kembali ke bibir pantai. Mereka yang telah berangkat sejak
jam 6 pagi sudah terlihat wajah keceriaan. Mungkin mereka terhibur oleh tarian
Lumba yang tak biasa disana. Kami pun menaruh harapan besar agar bisa melihat
langsung Lumba Lumba di laut lepas. Semula Darmin memberi kepastian bahwa kami
pasti akan bertemu dan melihat Lumba Lumba, jika tidak maka uang bayaran kami
dari 100 ribu rupiah akan di kembalikan 25.000 rupiah. Okelah tak berharap gagal
kami optimist melihat Lumba Lumba pagi itu.
kapal kapal ukuran kecil siap membawa penunmpang menuju atraksi lumba lumba di laut lepas |
Menurut
Darmin, kami akan mengalami perjalanan 1 jam pelayaran untuk tiba di tengah
samudera dan melihat Lumba Lumba langsung. Untuk hal itu saya pun menganggapnya
hal biasa. Tetapi setelah melalui dataran pantai yang landai dan memasuki
kawasan samudera sesuatu yang tak biasa nampak di depan saya. Gelombang ombak
yang tak lagi sama tenangnya ketika di kawasan pantai. Gelombang nya bak
tsunami di TV. Cukup tinggi. Mengombang-ambingkan
kapal kecil yang kami naiki. Sesekali Eka
menjerit ketika air laut masuk kedalam kapal kecil yang kami tumpangi. Tak beda dengan saya yang posisi di bagian paling depan dari kapal kecil, saya mencoba menenangkan diri. Di kapal
lain tampak Puput, Desi dan Dewi pun mengalami hal yang sama. Diam. Tertegun
melihat lincahnya ombak yang menari nari seolah menyambut bahagia kehadiran
kami kala itu. Seperti biasa, saya melakukan pengalihan kepanikan dengan
menyanyi ketika ombak besar menantang. Semakin kencang ombak yang datang semakin kencang volume nyanyian yang saya dendangkan. Sebuah cara khas seorang Indra untuk menghibur diri sendiri. hahhahahahaha. Sama hal
nya ketika dulu saya dan Derry menaiki kapal penumpang dengan ombak super besar
di pagi buta dalam pelayaran dari Pulau Sebesi ke Anak Gunung Krakatau. aaahhh thats memorable thing!.
capture aksi lumba lumba di laut lepas yang kami dapat |
Di
tengah serangan gelombang Samudera itu pun kemudian saya berfikir bahwa
sesungguhnya harga bayar menaiki kapal per orang 100 ribu rupiah itu sangat
murah, tidaklah sebanding dengan keselamatan yang di pertaruhkan dalam
pelayaran. Apalah artinya 100 ribu rupiah jika di bandingkan dengan perjuangan sang pengemudi dalam mengemudikan
kapal kecilnya di tengah sentuhan ombak samudera yang tak biasa. Di saat itu
pula saya sempat berfikir bahwa hanya dengan memohon keselamatan pada Tuhan
sang pemilik bumi lah yang bisa di lakukan. Karena Kuasa Nya lah yang membuat
apakah kami selamat atau tidak di tengah gempuran ombak kencang samudera.
Sampai akhirnya kami hanya terdiam tak lagi berani mengabadikan moment dengan
kamera atau handphone karena ancaman gelombang yang cukup ganas. Meski
begitu di perahu lain tampak Puput tetap asik ber-selfie ria memanut
wajahnya depan kamera handphone, tampak tak perduli dengan goyangan
dahsyat ombak.
tampilan Lumba Lumba di Laut Lepas yang bisa kami abadikan |
Setelah
satu jam berjuang menenangkan diri dalam tarian lincah ombak laut lepas,
akhirnya kami bersorak kegirangan tatkala menyaksikan atraksi Lumba Lumba
langsung tampa komando layaknya di Sea World Ancol. Puluhan Lumba Lumba jelas
ada di depan kami, di kiri dan kanan perahu kecil yang kami naiki, tubuh mereka
terlihat jelas di permukaan perairan laut yang jernih. Lekuk indah lumba lumba
nampak nyata ketika mereka melompat, menukik indah dan kemudian melompat kesana
kemari diantara riak ombak. Kami pun mengabadikan moment dengan foto dan video
meski sesekali kami tetap sadar pada ombak yang tetap melanjutkan tarian lincahnya.
Lebih kurang 30 menit kami menikmati atraksi Lumba Lumba, akhirnya sang
pengemudi membawa kami kembali ke bibir pantai karena Lumba Lumba hanya muncul
dalam rentang waktu jam 6 hingga 10 pagi.
Jangan lupa saya minta kontaknya kak darwin ya bang indra :)
BalasHapus