Masih lelah rasanya tubuh dan enggan untuk
beranjak dari tempat tidur ketika matahari menyelinap masuk lewat jendela kamar
hotel di pusat pasar Kandangan. Setelah kemarin, -
Faden dan Dian (INAGA KALSEL)
berangkat dari banjarmasin dan menemui saya di Binuang lalu menuju Kandangan.
Kandangan adalah pusat kota dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Butuh sekitar
3 jam perjalanan dari pusat Kota Banjarmasin. Dimalam harinya saya menjadi
tamu untuk gelaran Pesona Model Sasirangan – nama jenis kain khas Kalimantan
Selatan yang dilaksanakan untuk terus menerus melestarikan kecintaan penggunaan kain khas daerah, hingga larut dan di tutup dengan makan Ketupat Kandangan nan khas –
sejenis Ketupat Kuah dengan lauk Ikan atau telur yang makannya tidak dengan
sendok seperti biasanya tapi menggunakan
tangan!, dan saya nambah!. Lupakan sejenak pola Diet.
Sisa kelelahan pagi itu harus di hilangkan karena agenda kunjungan ke objek wisata menarik di kabupaten
Hulu Sungai Selatan dan dalam rangka misi explore South of Borneo yang harus tetap di laksanakan, apapun yang
terjadi!.
Pukul 10 di minggu yang cerah, saya bersama
Faden, Dian, Ayonk dan Alvi (INAGA KALSEL) dan juga 3 rekan dari INAGA HSS (Wahyu, Dita dan Tari)
berangkat dengan xenia menuju Loksado. Kunjungan ke Loksado di tempuh 1 jam
perjalanan dengan medan jalan berliku, menukik tajam dengan nuansa membelah
hutan tropis. Saya jadi ingat dengan rute jalan ke Lampung Barat dan ke
Bengkulu Selatan waktu itu.
Loksado adalah sebuah kecamatan di Kabupaten
Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Loksado terletak di pegunungan Meratus
merupakan salah satu desa wisata alam dan atraksi budaya masyarakat Dayak
Bukit.
Kedatangan saya dan team kesana tentu untuk melihat
langsung beragam object wisata yang ada di Loksado. Yang saya tahu di Loksado
ada hamparan sungai yang sangat menantang untuk di lakukan Bamboo Rafting
selain menyimpan banyak spot air terjun yang sangat menarik dan beragam.
debit air yang berkurang akibat kemarau |
The Team : Mereka yang berkenan menjadi partner saya dalam trip ke Loksado |
Tepat pukul 11 siang kami tiba di Loksado, ada
banyak home stay disana, tanda banyak pengunjung yang pernah singgah. Setelah memparkir
kendaraan di sudut keramaian warga disana, saya segera menuju sungai yang
biasanya di jadikan tempat start Bamboo Rafting – warga setempat menyebutnya
Belanting Paring. Tapi sayang siang itu debit air tak sederas biasanya.
Maklumlah musim kemarau sedang melanda. Bahkan beberapa pekan terakhir ada banyak kawasan hutan di kalimantan terbakar akibat terik matahari musim kemarau. Cukup kecewa dengan tidak bisa melakukan
bamboo Rafting yang saya sangat inginkan, kami melanjutkan perjalanan menuju
Air Terjun Riam Hanai dengan mengendarai
lebih kurang 1 kilo perjalanan dengan xenia kemudian parkir dan
perjalanan harus di tempuh dengan berjalan kaki, melewati jembatan rusak dan sungai
dangkal karena kemarau.
Balai Adat Suku Dayak Meratus |
Yang menarik ketika perjalanan kaki ke arah air
terjun adalah adanya Balai Adat suku dayak Meratus. Suku Dayak Meratus adalah
nama kolektif untuk sekumpulan sub-suku Dayak yang mendiami sepanjang kawasan
pegunungan meratus di kalimantan Selatan. Ketika memasuki desa suku Dayak Meratus saya
menjumpai kegiatan warga disana. Mulai dari kegiatan keseharian pada ibu ibu
yang menjemur kayu manis hingga membuat
anyaman bakul kerajinan tangan. Saya juga melihat ada beberapa babi hutan yang
di pelihara bebas di perkampungan warga selain anjing sebagai teman warga berburu di hutan.
Setelah melewati perkampungan tibalah kami di
air terjun Riam Hanai yang di maksud. Ada banyak remaja setempat yang
menjadikan air terjuns ebagai tempat bermain mereka. Melompat dari ketinggian
menjadi kesenangan sendiri bagi remaja lokal. Saya sempat mencoba kebagian
tengah air terjun meski harus mengurungkan niat ketika nyaris tenggelam. Hahahaha...
nasib generasi tak pandai berenang. Itulah Saya.!
salah satu medan yang musti di tempuh menuju Air Terjun Riam Hanai |
menikmati keindahan Air Terjun Riam Hanai |
Cukup lama saya dan teman teman INAGA KALSEL dan
INAGA HSS menikmati kebersamaan dan keindahan Air Terjun Riam Hanai. Dan harus
kembali lagi mengingat kami belum makan siang. Selain air terjun Riam Hanai ada
banyak jenis air terjun yang juga ada di Loksado seperti Haratai. Sebenarnya
saya ingin ke Haratai tetapi waktu tak memungkinkan, ada pula pengunjung lain
yang melakukan kamping di beberapa spot air terjun yang tersebar di Loksado.
Cukuplah saya dan teman teman INAGA bertualang
ke Loksado. Perjalanan terjal dan berliku dengan di tambah berjalan kaki
bukanlah hal mudah bagi mereka yang tak menyukai tantangan alam. Beruntung saya
dulu terlibat di kegiatan Pramuka kala sekolah. Setidaknya tak pernah mengeluh
meski harus melalui medan terjal. Hanya
saja siang itu tak bisa meng-kontrol buang angin. Jadilah terkentut-kentut di
beberapa titik jalan. Ketupat kandangan mungkin penyebabnya. Maaf bagi yang
terkena Insiden kentut!. Hahahahha
Sebelum meninggalkan Loksado, kami serombongan sempat
mendatangi pemandian air panas Tanuhi. Meski tak menikmati secara langsung,
tapi view pegunungan dan hutan tropis alami sepanjang jalan hingga menuju
kembali pulang adalah hal yang menarik.
Kelak saya akan kembali lagi ke Loksado.
Kekaguman saya pada hamparan kekayaan alam dan budaya luhur yang masih di
pegang teguh oleh masyarakat baik di Kandangan maupun di Loksado membuat saya
terpikat dan ingin mendatangi kembali. Termasuk teman teman baru yang sangat
baik dan berkenan menjadi bagain dari petualangan saya di Loksado.
Desember ke Loksado lagi.!!!
0 comments :
Posting Komentar