Pada
1 November 2014, Tanggamus – salah satu kabupaten di Provinsi Lampung
menyelenggarakan event seni budaya dan pariwisata tahunan daerah yang bertajuk Festival Teluk
Semaka. Dalam penyelenggaraannya yang ke tujuh di tahun ini, Pemerinah Daerah
tampak berupaya semaksimal mungkin mengangkat beragam seni budaya yang berakar
dari masyarakat asli Tanggamus hingga memperkenalkan beragam object wisata
unggulan di kabupaten yang bagian selatan nya berbatasan langsung dengan
samudera hindia tersebut.
Tema
Majestic Tanggamus yang diangkat dalam gelaran Festival Teluk Semaka 7 kali ini
bukan tanpa alasan, menurut Mas Yopie – Admin Akun Keliling Lampung, yang saya
tanyai menjelaskan bahwa, Majestic Tanggamus diangkat mengingat Kabupaten
Tanggamus memiliki tiga pilar kemegahan (majestic) utama sebagai sebuah
Kabupaten. Pertama, Gunung Tanggamus, kedua Teluk Semaka dan ketiga adalah
Letak Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang sangat populer tersebut yang
sebagiannya bersinggungan langsung dengan kabupaten Tanggamus.
ADOKH
NAN AGUNG
Bejuluk
Beadek – yang merupakan
salah satu bagian dari falsafah hidup adat masyarakat lampung mengandung makna Bejuluk
Beadok (memberi gelar) pada kerabat atau handai tolan yang di hormati untuk
dapat memperkuat silsilah kekeluargaan.
Pemberian
gelar dalam tatanan masyarakat Lampung merupakan upaya untuk melestarikan salah
satu tradisi budaya masyarakat Lampung sejak dahulu. Bukan hanya di lakukan
saat berlangsungnya upacara pernikahan tetapi juga memberikan gelar pada tetamu
agung yang kemudian menjadi bagian dari kekerabatan.
Pada 1
November 2014, lalu saya bersama rekan
rekan yang di undang pada gelaran Festival Teluk Semaka ke 7 berkesempatan melihat secara langsung
pelaksanaan dari pemberian gelar atau kerap disebuat oleh masyarakat Tanggamus Pengentahan
Adokh. Ritual pemberian gelar tentu bukan hal asing bagi saya. Sejak kecil,
sebagai bagian dari keturunan adat Lampung, saya kerap menyaksikan pemberian
gelar setidaknya ketika salah satu kerabat yang berasal dari keluarga besar Papa
ada yang menikah. Layaknya bagian dari tradisi, tentu tata cara dan runutan
pemberian gelar bukan hal yang sembarangan. Ada berbagai aktivitas yang jika di
simak terkesan begitu sakral. Salah satunya dalah iringan yang akan di beri
adat harus di arak keluar rumah dengan tidak boleh menyentuh tanah terlebih
dahulu tetapi harus dibopong/diangkat oleh petugas atau melalui semacam
permadani yang di persiapkan khusus hingga sampai pada singgasana yang di
persiapkan dan kemudian di tandu hingga tiba di lokasi upacara pemberian adokh.
Pengentahan
Adokh (pemberian
gelar kehormatan) yang berlangsung di Tanggamus kala itu sarat dengan balutan
nuansa adat Saibatin atau pesisir, dimana hal tersebut dapat di lihat dari
busana pengantin atau sepasang yang akan diberi gelar kehormatan memakai busana
berwarna merah dengan siger berlekung tujuh khas masyarakat adat Saibatin atau
Pesisir. Pemberian Adokh dalam gelaran Festival Teluk Semaka ke 7 kali ini
tentu merupakan upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus untuk terus dapat
melestarikan Budaya luhur provinsi Lampung.
Ritual Pengentahan Adokh |
persiapan Pengentahan Adokh |
PINCAK
KHAKOT.
Setelah
saya dan pengunjung Festival Teluk Semaka 7 di suguhkan ritual adat Pengentahan
Adokh (Pemberian gelar kehormatan) yang penuh dengan tata cara budaya
Lampung, selanjutnya yang tak kalah menarik adalah gelaran Carnaval Budaya.
Tak
berbeda jauh dengan Carnaval Budaya pada gelaran festival Daerah lain, tentu
persiapan iring-iringan dengan beragam pernak pernik seni daerah akan sangat
mudah di jumpai. Beragam seni daerah dan anekaragam budaya dan etnis di Indonesia
menghias performa. Tetapi ada yang
berbeda dan sangat khas dalam gelaran Carnaval Budaya yang terjadi dalam
rangkaian Festival Teluk Semaka ke 7 di Kabupaten tanggamus kali ini, yakni – Pincak
Khakot.
Pincak
Khakot yang berarti
Pencak Khakot adalah sebuah tradisi luhur masyarakat Lampung. Menurut seorang
pelaku Seni Pincak Khakot yang saya temui – bapak Andi Wijaya yang merupakan
bagian dari pelaku Pencak Khakot tersebut mengungkapkan, bahwa Tari Khakot
adalah tari pedang yang pada dahulu kala dibawakan oleh para panglima (disebut
hulu balang) untuk menyambut tetamu agung. Para Hulu Balang ini terdiri dari
dua pasang penari yang akan memainkan pedang di depan pada tetamu agung
tersebut. Dengan filosophi untuk menjaga para tetamu agung tersebut dari
ancaman bahaya yang bisa saja datang.
Tari
khakot sendiri pada awalnya diciptakan dari kejelian seniman dari Marga Balak
yang melihat burung elang di atas langit. Terispirasi dari gerakan burung elang
itulah, maka terciptalah tarian khakot yang kemudian di sebut seni Pincak
Khakot dengan gerakan khas yang kerap di sebut Mayang Bekekhang atau elang
berjemur. Pada perjalanannya, Seni Pincak Khakot juga kini kerap di jumpai
dalam iring-iringan pengantin Pria menuju rumah Pengantin wanita pada rangkaian
prosesi pernikahan.
Nah,
dalam gelaran Khakot pada Festival Teluk Semaka ke 7, saya melihat seni Pincak
Khakot tersebut secara langsung dengan suasana kolosal dan melibatkan tak
kurang dari 1.000 orang pelaku Khakot. Tak hanya para pelaku Khakot professional,
tetapi juga melibatkan remaja dan anak anak belia. Dengan busana hitam layaknya
pahlawan pencak, di lengkapi dengan pedang buatan (pedang pedangan) yang di
kemas oleh panitia sedemikian rupa, di tambah ikat kepala khas berwarna merah
dengan ornament hias kuning emas, menjadikan persembahan Khakot yang merupakan sajian
unggulan dalam gelaran Carnaval Budaya Festival Teluk Semaka ke 7 di Kabupaten
Tanggamus ini sangat special, wajar jika upaya untuk melakukan pemecahan Rekor
MURI berhasil di dapatkan dalam penyelenggaraan ini.
Suasana Jelang Karnaval Budaya |
Rombongan 1000 pelaku Pincak Khakot |
SPARKLING
NIGHT
Setelah
sepanjang siang hingga sore, masyarakat dan tamu undangan di suguhkan sajian
Pengentahan Adokh dan Carnaval Budaya dengan menu utama Pincak Khakot nan
kolosal, pada malam harinya, Masyarakat di suguhkan sajian music yang
menghibur.
Berlangsung
di Lapangan Merdeka yang dekat dengan lokasi Taman kota dan juga Rumah Dinas
Bupati Tanggamus, gelaran Sparkling Night seolah menjadi pertanda puncak dari
seluruh gelaran Seni Budaya dan juga pengenalan object Wisata yang ada di
kabupaten Tanggamus. Malam itu tak kurang dari seribu lebih warga Tanggamus
tumpah ruah di lapangan Merdeka. Bersama jajaran Pemerintah Daerah yang juga
hadir di tenda VIP seolah menjadi perayaan tersendiri akan sebuah selebrasi
kebahagiaan dalam gelaran event tahunan kabupaten Tanggamus. Rangkaian acara ceremonial
penutupan Festival Teluk Semaka juga mengetengahkan medley tarian daerah dan
nusantara – pertanda bahwa kabupaten Tanggamus didiami oleh beragam suku budaya
se-nusantara. Di tambah dengan ending letupan kembang api yang megah menjadikan
suasana malam itu benar benar sparkling. Tak hanya sampai di situ,
Masyarakat yang telah berbondong-bondong sejak sore di lapangan Merdeka di
manjakan oleh suguhan musik dari penyanyi dan musisi pilihan provinsi Lampung
hingga performa menghentak Trio Macan yang dengan formasi baru tetap menghibur
untuk sebuah gelaran pesta rakyat. Meski tak bisa di pungkiri Trio Macan bukan
suguhan yang bisa dijadikan acuan untuk soal olah vocal yang baik. Tapi
setidaknya menghibur masyarakat yang kelelahan dan haus hiburan walau beberapa atraksi
yang seronok dan tak begitu penting di simak jadi hiasan di sepanjang penampilan.
Okelah untuk goyang senang-senang dan sarana penghilang penat seharian.
Trio Macan beraksi.! |
Trio macannya cheboook :)))
BalasHapusPantesan om Indra betah bgt nontonnya..hihi