Gambar Punden tertinggi di komplek Taman Purbakala Pugung Raharjo |
Pemikiran
tersebut diataslah yang selalu membuat saya pribadi selalu tertarik melihat dan
mendatangi langsung sesuatu yang ada di sekitar yang belum saya tahu.
Berdasar
keingintahuan sesuatu yang bernilai sejarahlah, saya mengemukakan keinginan
untuk mengunjungi sebuah kawasan yang namanya telah saya tahu ketika dulu duduk
di bangku SMP.
Tak
jauh dari tempat saya tinggal – Bandar Lampung, tepatnya di wilayah Lampung Timur,
terdapat sebuah kawasan Taman Purbakala – Pugung Raharjo yang mengandung nilai
sejarah dan menjadi rekam jejak kehidupan pada peradapan lampau. Seperti apa
rupanya?, saya pun tidak begitu tahu, karena dulu hanya paham melalui buku
sejarah dan penjelasan guru kelas.
Iseng,
saya pun melontarkan keinginan ke Pugung Raharjo pada sejumlah rekan dan
mempostingnya di akun twitter saya @duniaindra. Bersyukur, tak perlu waktu lama, respon rekan rekan
berdatangan, karena sifatnya singkat tentu saja yang bersedia (mention)
dahulu itu yang diutamakan. Sebelumnya saya juga mengajak Mas Yopie – admin akun
Keliling Lampung – aahh….kehidupan traveling saya memang selalu di
takdirkan ada Oom Yopie didalamnya. Dan terkumpullah beberapa rekan ; Mas Teguh
– founder akun @LampunghHeritage, Karina dan Andy yang baru saja saya kenal
ketika event Teluk Semaka – Tanggamus dan tentu saja, seseorang yang selalu
berkenan saya ajak traveling, bagai telah jadi travel mate yang
melengkapi – Derry. Yang special pada trip dadakan saya dan rekan
rekan kali ini adanya keikutsertaan anak bujang pertama saya – Hazel, ia pun
ingin tahu langsung lokasi Pugung Raharjo yang katanya sering di bahas di
pelajaran sejarah. Oohh… Like Father Like Son, anak saya pun sudah ada
bakat hobby pertualang.
Pintu Gerbang masuk kedalam komplek Taman Purbakala Pugung Raharjo |
Bujang pertama senang berkunjung langsung ke Pugung Raharjo |
Pukul
10 siang di Minggu cerah itu, saya bersama Mas Teguh, Karina, Andy dan Derry plus si
Abang - bujang pertama meluncur ke Lampung Timur, melalui arah Tanjung Bintang
dan terus lurus ke arah Lampung Timur. Lebih kurang 45km jarak tempuh dari Kota
Bandar Lampung, beberapa bagian jalan sedang dalam perbaikan , di aspal, tetapi
di beberapa bagian lainnya jalan cukup rusak parah. Seingat saya, jalan lintas
Tanjung Bintang – Lampung Timur ini selalu tak pernah dalam kondisi baik. Bisa jadi
karena banyak kendaraan besar dan bermuatan berat melintas. Maklum, kawasan
yang dilalui memang kawasan industri. Pabrik – pabrik beragam product
berjajar di sepanjang jalan, selain hutan karet yang rimbun menjadi pemandangan
hijau nan menyejukkan mata bersama beberapa barisan rumah warga.
Lebih
kurang 2 jam perjalanan dengan kondisi jalan yang tak seluruhnya mulus, di
tambah kondisi panas akhirnya kami tiba di lokasi dimana kami ingin mengetahui
secara langsung tempat tersebut. Taman Purbakala Pugung Raharjo.
Komplek Batu Kandang (Batu Mayat) |
ada papan papan peringatan di setiap situs |
PENINGGALAN
BERSEJARAH.
Sebagai
pemula, dan baru pertama kali mendatangi Pugung Raharjo – meski warga Bandar Lampung.
Saya sempat bertanya pada beberapa warga tentang arah jalan menuju Taman
Purbakala Pugung Raharjo yang terletak di kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung
Timur. Komplek yang terletak diatas 30 hektar ini seolah menyambut kami dengan
penuh historical yang sangat mengagumkan. Bagaimana tidak gerbang masuk
yang dibuat tampak sangat serasi dengan Benteng
Tanah yang terbentang di bagian Timur dan Barat lokasi. Benteng itu pun
termasuk bagian dari situs, berupa gundukan tanah berbentuk memanjang dengan
tinggi 2 – 3 ½ meter. Pada bagian luar benteng terdapat parit yang cukup dalam
berukuran 3 – 5 meter. Dahulu, Benteng gundukan tanah itu berfungsi sebagai
tempat pertahanan baik dari gangguan binatang maupun serangan dari suku lain.
Secara
keseluruhan, Taman Purbakala Pugung Raharjo merupakan peninggalan yang berasal
dari tradisi Megalitik dan Klasik. Sangat khas karena ada banyak alat alat
kehidupan pada zaman prasejarah yang merupakan
bagian dari tradisi megalitik di tandai dengan batu batu besar, seperti menhir
(batu tegak), dolmen (meja batu) yang berfungsi sebagai tanda peringatan
tempat pemujaan, tempat penguburan maupun tempat musyawarah. Hal ini terlihat
jelas pada komplek batu Kandang (Batu Mayat) yang langsung dapat di jumpai
ketika pertama masuk dari gapura depan komplek. Komplek batu kandang merupakan
bangunan sakral untuk keperluan pemujaan dan peng-agungan terhadap nenek
moyang. Batu ini merupakan penggambaran phallus yang berbentuk bulat
panjang. Anak ku sempat berucap bagai alat vital pria!. Cukuplah kami berfoto
mengabadikan seluruh bagian yang sangat bersejarah dan penuh hal hal mistis di
dalamnya. Terlihat sebuah budaya kehidupan jazamn dahulu. Betapa agung budaya
nenek moyang dahulu.
papan papan informasi tersebar di situs situs di dalam taman purbakala Pugung Raharjo |
Papan penunjuk arah yang memudahkan pengungunjung |
Benteng - yang berupa Gundukan Tanah setinggi 2-3,5 meter |
Selanjutnya
melalui jalan setapak yang telah di atur dengan paping blok yang rapih, kami
melanjutkan perjalanan dengan mengikuti rambu rambu yang telah di kemas dengan
rapih dan informative mengenai beberapa situs. Tibalah kami pada sebuah Punden
yang paling tinggi. Sebenarnya dekat dengan Batu Kandang kami pun telah
menyaksikan ada nya Punden yang biasa. Sebenarnya ada 13 Punden yang tersebar di lokasi Taman Purbakala
Pugung Raharjo dengan ukuran kecil dan besar. Punden adalah gundukan tanah yang berundak
undak baik yang terdiri dari satu, dua undak maupun tiga undak. Fungsi Punden
adalah sebagai tempat pemujaan arwah nenek moyang maupun sebagai kuburan.
Pengunjung pun di larang menaiki Punden tanpa di damping oleh Petugas. Kami pun
hanya cukup photo di sekitar Punden. Memandang Punden ke 7 – yang merupakan
Punden tertinggi bagai melihat maha karya dari budaya nenek moyang pendahulu
cikal bakal kehidupan.
Kondisi Asri Kolam Bertuah |
semacam Fish Therapy Alami dan gratisan!! |
Setelah
puas menikmati Punden dengan suasana rintik yang menghiasi kebersamaan kami.
Mas Teguh yang sejak awal banyak menjelaskan beragam hal berkenaan dengan
Pugung Raharjo cukuplah jadi Tour Guide gratisan dan informatif dengan
joke joke ringan antara kami, tak terasa perjalanan dengan rute jalan
melelahkan. Semua jadi menyenangkan. Kami pun mengunjungi sebuah pemandian yang
ternyata telah ada beberapa pengunjung lain disana. Pengunjung menyebutnya
Pemandian Umum. Beberapa pengunjung dapat mandi atau bahkan menikmati dinginnya
air kolam pemandian. Pemandian bak kolam kecil ini pun merupakan bagian dari
situs di dalam Taman Purbakala Pugung Raharjo yang terdapat Sumber Mata Air
yang tak pernah kering di musim kemarau sekalipun. Bahkan pengunjung yang saya
ajak berbincang pun mempercayai bahwa air di kolam pemandian yang konon sebagai
pemandian para raja terdahulu itu mengandung khasiat sebagai obat hingga
dipercaya bisa menyembuhkan penyakit dan khasiat awet muda. Well,
begitulah masyarakat Indonesia – segala hal sejarah di percaya mengandung
makna. Okelah, saya pun tak mau ketinggalan dengan pengunjung lain, mengusapkan
air nan jernih dan dingin bak air kulkas ke wajah saya dan meminum sepuasnya,
siapa tahu saya bisa kembali muda bagai di kala usia 17 tahun. Hahahhaha.
Yang menarik, Mas Teguh, Karina, Andy, Derry dan anak bujang saya melakukan semacam
terapi ikan dalam kolam megalitikum tersebut. Ada banyak ragam ikan ikan kecil
yang mendatangi kaki kaki pengunjung yang di celupkan kedalam kolam.
Rumah Informasi yang sangat mengesankan |
salah satu sudut bagian dalam dari Rumah Informasi |
Menyenangkan
sekaligus menambah pengetahuan akan beragam hal yang bernuansa sejarah di dapat
saat berkunjung ke Taman Purbakala Pugung Raharjo. Karena ada banyak benda
benda purbakala di dalam bagian Taman yang kemudian tertata rapih dalam rumah
informasi berbentuk rumah panggung khas masyarakat lampung yang jadi kunjungan
kami berikut nya. Di rumah Informasi terdapat beragam bukti sejarah seperti Arca
Bodhisatwa, beragam batu lumpang, batu bertakuk, batu bergores, alat alat
kehidupan keseharian jaman batu, sendok batu, piring hingga senjata jaman
megalitikum, tertata rapih. Sayang ketika kami datang tak ada petugas resmi
yang bisa menceritakan banyak hal pada kami, hanya beberapa pria muda yang juga
bagian dari penduduk yang berkisah pada kami yang belum tentu bisa di katakana valid
kebenaran kisahnya. Beruntung ada brosur informasi dan beberapa gambar
mengandung informasi yang setidaknya bisa kami jadikan acuan dalam memahami
Taman Purbakala Pugung Raharjo. Setidaknya ada kepuasan pada diri saya telah
mendatangi dan melihat langsung situs purbakala Pugung Raharjo. Mensykuri menjadi bagian dari generasi yang
memiliki warisan budaya lampau dengan beragam keagungan budaya maupun benda
benda purba kala itu.
Ntar kalauke Lampung lagi, mesti datang ke tempat ini :)
BalasHapusSIAAAPPP..!!!! siap anter Mba..tenang ajaaaa.... suma 2 jam dari pusat kota kok....yang 4 jam atau 6 jam dari pusat kota pun siaaappp...!!! yang penting orang nya dateng dulu ke Bandar Lampung hehehehhehe
HapusKeren Ndra tulisannya
BalasHapusInformasinya detail. Fotonya mendukung. Sayang gue gak ikut #teteu. Lanjutkan!!!
gak serem gan jalan jalan ke sana hehehe
BalasHapus