Tak ada hal yang lebih menyenangkan selain
jadi diri sendiri.
Setiap manusia memiliki peran dalam hidupnya.
Setiap peran yang manusia lakoni pun memiliki
beragam resiko yang wajib di emban sebagai bagian dari kewajiban terhadap peran
itu sendiri.
Tak beda dengan saya.
Menceburkan diri dalam dunia panggung seni
sejak bangku SMA. Bersedia menjadi bagian dari marak, hingar bingar dan semu
nya dunia hiburan membuat saya bersedia mengemban resiko dari itu semua. Tak
hanya resiko dari beban pekerjaan saja tetapi juga resiko harus ‘berperan’
dalam bekerja.
Tak banyak orang yang memahami bahwa dunia
panggung kerap mengharuskan pelakunya berperan menjadi bukan dirinya. Semua dilakukan
setidaknya untuk membahagiakan orang lain atau bahkan untuk menjalankan peran
itu sendiri.
Dalam dunia menyanyi atau membawakan acara
yang saya tekuni misalnya, tak jarang saya harus sedikit berperan seolah
semuanya baik baik saja. Atau terkadang harus jeli mensiasati diri agar
terlihat baik dengan beragam cara di tempuh agar menyenangkan orang banyak
sampai memanipulasi diri agar terlihat menghayati peran yang di sandang.
Intinya, dalam menjalankan tugas di dunia
panggung, tak jarang saya berperan dan tak juga sedikit terkadang menjadi orang
lain. Bukan diri sendiri. Tak hanya
keharusan untuk jaim, tetapi juga terkadang berperan menyukai sesuatu yang
sebenarnya saya tidak menyukainya sama sekali. Semua saya lakukan karena
tuntutan pekerjaan. Harus professional.
Nah, dibalik dunia panggung yang gemerlap,
hingar bingar dunia malam dan meriahnya sebuah event dimana saya terlibat di
dalamnya, entah sebagai pembawa acara, penyanyi atau bahkan jadi pihak belakang
layar, ada sebuah dunia yang menurut saya adalah waktu dimana saya jadi diri
sendiri. Tidak memanipulasi diri, tidak jaim, bahkan totally bukan saya seperti
jika sedang di atas panggung atau berhadapan dengan khalayak dalam peran yang
di sandang.
Saat kelaparan dalam Traveling, tak ragu makan Pepaya tanpa perlu di kupas selayaknya di rumah apalagi di cuci... photo by.Halim Santoso |
Jalan pagi menuju lokasi sarapan - tanpa berfikir belum mandi dan gosok gigi ... photo by. Donna Imelda |
Ketika Lapar, dan memang harus makan, dimanapun bisa makan tak perlu Jaim.! hahahahahah Photo by. Halim Santoso |
Ini sorgawi ketika Traveling. bisa di ciptakan dalam kebersamaan. tak perlu berfikir Tablle manner dan makan ala ala resto. Lebih Nikmat!! photo by. Halim Santoso. |
Traveling,
kemanapun bentuknya, dengan siapapun saya bepergian dan menikmati waktu saya
senantiasa jadi diri saya yang sebenarnya. Bagai kembali ke habitat asli, saya
menjadi sosok yang mudah di kenali. Ketika travelinglah saya menikmati jadi
pribadi yang muda. Berjiwa muda. Meski usia tak bisa di bilang
muda..hahahahhaha…. setidaknya muda secara jiwa. Daripada usia muda tapi
pemikiran dan jiwa nya tua?. Hahahah… traveling, menikmati waktu dengan
perjalanan yang menyenangkan, mengunjungi tempat tempat yang bisa jadi tak saya
ketahui sebelumnya, menjelajahi bagian bumi yang tak cukup hanya di baca dalam
buku cerita, novel atau ensiklopedia. Traveling
menjejakkan kaki di kondisi sebenarnya, menjadikan saya tak pernah kebingungan
untuk jadi diri sendiri. Tak perlu memikirkan kulit terbakar matahari atau
menghitam alami tanpa perlu biaya tanning.
Ketika traveling saya tak perlu
memikirkan kostum yang saya kenakan. Bangun tidur langsung sarapan tanpa perlu
risau belum mandi dan gosok gigi. Ketika traveling
tak ada pemikiran untuk berfikir kostum dan tatanan rambut. Tak ada setelah jas
perlente, dasi yang sesuai dengan warna jas, sepatu mengkilap dan kostum yang
pas badan. Semua itu hanya ada ketika saya berperan dalam dunia panggung. Sebuah
dunia yang memberi saya banyak hal tentang bersikap, meng-handle massa, dunia yang telah membentuk pribadi saya. Termasuk traveling, yang mengajari saya
menikmati dunia yang sebenarnya. Mengajarkan saya untuk menjadi diri sendiri. Berinteraksi
dengan orang lain tanpa perlu menjaga image
agar terlihat pintar dan tampan selalu. Tak jarang saya berulah bak seorang
yang gila dengan joke joke dan
tingkah yang sangat berbeda ketika saya sedang bekerja. Traveling mengajarkan saya untuk selalu menikmati setiap moment untuk jadi diri sendiri. Tak ada
kepura-puraan dalam diri saya. Terserah orang mau menilai apa. Bisa jadi ada
pihak yang menilai saya gila. Menilai saya bagai banci bergaya atau menilai
saya super aneh. Saya tak merisaukan penilaian penilaian orang. Sejak dulu pun
hingga kapanpun saya tak pernah peduli dengan penilaian orang yang tidak memberi
saya makan dan uang untuk hidup. Hahahaha. Silakan menilai saya apapun. Dan saya
tetap akan menjadi diri sendiri dengan cara apapun yang saya cintai.
Traveling memberi
saya banyak pengalaman. Traveling pun
tak perlu waktu khusus. Setiap saat saya bisa traveling. Tak harus keluar kota atau keluar negeri. Cukup datangi
tempat terdekat yang belum kamu ketahui itu sudah traveling. Bukan berarti masuk mall ehhehehe. Tak terbayang jika saya jadi sosok yang tidak kemana
mana, tidak menyukai traveling dan
berinteraksi dengan beragam tipe orang di dunia ini. Bisa jadi saya hanya diam
di rumah, nyinyir di twitter atau social media layaknya expert dalam
banyak hal padahal tak kemana mana dan belum tahu lingkungan sekitar. Saya bukanlah
orang yang benar benar baik di usia saya, tetapi dengan traveling saya menjadi lebih baik karena ada interaksi dengan alam
dan orang orang baru. Pribadi pribadi dengan beragam sifat dan sikap yang saya
temui dalam sesi traveling menjadikan
saya semakin kaya dalam berfikir dan bertindak. Selalu ada cara dan waktu untuk
traveling. Untuk menikmati diri dari banyaknya beban dan peran kerja yang di
lakoni. Tak terfikir oleh saya jika manusia hanya bekerja dan bekerja tanpa pernah
re-freshing diri memalui traveling. Dunia panggung adalah bagian
dari dunia indra. Termasuk dunia traveling
dimana saya menikmati menjadi diri sendiri tanpa perduli penilaian orang
terhadap saya.
Tak ada hal yang lebih menyenangkan selain
jadi diri sendiri. Dan Traveling
adalah moment dimana saya menikmati
jadi diri sendiri.
0 comments :
Posting Komentar