Suasana gelap ketika saya
memasuki kawasan pantai Angsana. Adzan Maghrib telah terdengar sejak di
perjalanan membelah kebun sawit dan hamparan belukar di atas tumpukan alat alat
sound system di mobil bak terbuka.
Mobil Pick Up berhenti pada
tenda yang telah di pasang persis di pinggir pantai. Terlihat keramaian yang di sekitar tenda. Aaah... rupanya benar dugaan saya, akan ada pertunjukan
musik di tepi pantai malam ini. Lumayan buat tontonan pengisi kesendirian saya malam ini. Setelah mobil berhenti sempurna saya bergegas lompat turun dan
mengucapkan terima kasih pada mas Andri dan sopir yang telah berkenan memberi
saya tumpangan. Tak tahu apa jadi nya jika saja mobil pick up itu tidak lewat
dan tak berkenan di tumpangi.
Hal pertama yang saya lakukan
adalah mencari tempat untuk membasuh wajah dan melaksanakan Shalat Maghrib yang
telat. Langkah saya membawa pada sebuah resort yang cukup besar di salah Satu
tepi pantai. tertulis "Kamar Penuh" pada bagian depan. Menandakan
saya tak mungkin bermalam di resort ini. Lagi pula saya tak berminat untuk
bermalam di resort yang harga sewa nya pasti mahal. Maklumlah saya melakukan
trip ini dadakan dan modal nekat dengan budged terbatas. Selesai menumpang
Shalat Maghrib berjamaah bersama staff resort di mushallah yang mungil, saya
menyempatkan duduk bersantai di sebuah teras luas yang menjorok ke Pantai
di lantai 2. Terdengar debur ombak. Sayang tak bisa saya Lihat rupa nya. Tak
apalah masih ada esok. Saat santai di kursi Rotan empuk beberapa kali saya di
goda oleh nyamuk, dan akhirnya saya memutuskan untuk turun ke bawah dan
bertanya tanya pada receptionist. Tapi keinginan untuk bertanya banyak hal saya
urungkan karena Ternyata harga sewa kamar di resort yang paling mewah di Pantai
Angsana itu mencapai 500.000 per kamar/malam untuk 2 orang. Dari info yang saya
dapat ada banyak Penginapan di sepanjang pantai, dari harga 100.000/malam
dengan fasilitas sederhana sampai tarif resort yang tadi saya datangi.
Saya putuskan untuk menyusuri
sepanjang Pantai yang tampaknya tak begitu luas. Terlihat keramaian dalam
remang Lampu warung warung kecil sepanjang bibir Pantai. Sayang Pantai ini tak
ada lampu penerangan jalan. Bahkan sepanjang jalan masuk ke areal Pantai pun
tidak ada lampu jalan. Meski rambu penunjuk arah cukup jelas. Entahlah, apa
benar Pemerintah kabupaten Tanah Bumbu yang menaungi teritori Pantai Angsana
Serius menjadikan Pantai ini tempat rekreasi umum?, Sayang sekali suasana ramai
di pinggir Pantai malam ini tak ada satu pun lampu jalan. Berjalan dalam
kegelapan kemudian saya alami langsung. Beruntung ada lampu lampu warung.
Tiba tiba saya merasa Lapar.
Aaaahhh saya baru Sadar kalau belum Makan Nasi sejak tadi berangkat!
Kemudian saya cari warung yang menurut saya harus bersih tampilannya dan harus
terang benderang. Tak suka berada di suasana remang remang. Sekaligus bisa
numpang charger. Karena saya hanya Punya kamera HP untuk mengabadikan moment.
Kemudian saya memutuskan untuk memasuki warung yang posisi nya Tepat berada di
pos penjagaan dan pelestarian terumbu karang. Sedang banyak bapak bapak
berkumpul disana. Nasi Putih, Mie Instan Rebus, dan teh Hangat jadi pesanan
menu Makan malam saya. Maklum, saya harus berhemat. Tadi dalam perjalanan saya
tidak singgah di ATM. Alhasil malam itu saya hanya mengantungi Sisa uang
135.000 saja.!!. Semoga cukup buat malam ini. Meski saya cemas dengan uang
segitu untuk kebutuhan makan malam, sewa tempat tidur, Makan pagi dan ongkos
Kembali ke pusat Kota sebelum bertemu ATM penyambung aktivitas
selanjutnya.
"Sendirian mas..?"
Tanya Ibu warung ramah sambil menyuguhkan mie Instan Rebus dan nasi Putih di
hadapan saya.
"Ia bu..." Jawab saya
singkat.
Sungguh Perut tak sabar di isi
dan selera ber-basa-basi sedang berkurang.
Nikmatnya rasa mie rebus
dan nasi di warung terang benderang dengan TV besar menayangkan
acara musik dangdut plus debur Ombak dan Angin Laut sebagai back sound nya.
"Bermalam dimana mas?"
Tanya si Ibu tak lama Setelah saya menghabiskan mie Instan rebus dan nasi Putih
dalam waktu singkat karena Lapar.
"Belum tau bu..." Ada
kecemasan dalam jawaban yang saya sampaikan.
Sungkan rasanya saya berniat
cari penginapan dengan dana di dompet hanya 135.000 lagi dengan Beragam
kebutuhan bertahan hingga esok sebelum bertemu ATM. Mungkin saya sedang
menyiapkan mental untuk tidak tidur sepanjang malam. Atau Bermalam di mushallah
resort dimana tadi saya numpang Shalat Maghrib, atau saya tidur di Mobil pick
up yang tadi saya tumpangi?... Entahlah. Tak ada persiapan Apapun hingga saya tiba
di Sini dengan lupa mampir ke ATM. Harus di Ingat.! Jika trip ke Pantai atau
Pulau jangan lupa mampir ke ATM dahulu karena di Pantai atau Pulau tidak ada
ATM. Oh Ia, saya juga sempat terfikir untuk gabung nyanyi di Paggung hiburan
yang kini sudah terdengar para sound men Melakukan check sound Persiapan musik
dangdut, siapa tau saya dapat honor Nyanyi atau saweran penonton ? Hhhmmm ....
setidaknya bakat ini bisa bermanfaat kala kondisi kepepet.
Aahhh terserah nanti saja lah.
Banyak alternatif pemikiran yang ada di benak saya saat itu. Bukankah ini malam
minggu ? Harusnya saya tak di penuhi fikiran fikiran cemas. Saya nikmati saja
malam ini. Sambil saya selipkan pengharapan pada Tuhan yang yakin akan beri
jalan keluar.
"Ayo mas nonton dangdutan
sana..." Ucap Ibu warung.
"Ia bu." Sahut saya
dengan wajah dibuat ceria. Menyembunyikan kondisi yang sebenarnya.
Saya menuju gelaran musik
Dangdut bersama Kumpulan warga dan pengunjung lainnya yang berduyun duyun
menghampiri sumber suara, setelah membayar uang Makan malam saya pada Ibu
warung sebesar 15.000 dan menitipkan tas ransel dan HP yang di charger.
Itu menandakan uang di dompet hanya tersisa 120.000. Okelah. Lupakan
budged menipis. Nikmati saja malam minggu yang jarang terjadi begini.
Dari warung telah terdengar lagu
lagu Dangdut yang familiar di telinga saya. Ramuan musik organ tunggal dan
Suara Penyanyi pun sungguh sedap di telinga. Dari kejauhan saya berjalan telah
tampak suasana riuh meriah. Penonton beringsak ke bibir panggung mengikuti
hentak irama Dangdut nan menggoda.
Rasa penasaran membawa saya
untuk mendekat ke bibir panggung. Ingin lihat para Biduanita yang pasti
menggoda hingga penonton semua teriak histeris kala itu. Penasaran saya memang
tak bisa di bendung. Dengan goyang goyang Kecil bersama Kerumunan penonton
lain, saya mendekat persis di pinggir panggung, dan melihat sebuah pertunjukan
yang buat penonton sedari tadi histeris, ternyata yang perform adalah
sekumpulan waria yang sedang menggelar acara hiburan dalam rangka peringatan
HIV/AIDS. Dan tak tanggung tanggung, dibackdrop panggung bagian pengisi acara
WARIA se KALIMANTAN SELATAN. Dandanan heboh para Waria di panggung benar benar
memyerupai bintang panggung di TV TV. Sangat serupa wanita sesungguhnya!. Dan
kemudian saya melihat dengan jeli sebagian penonton yang sejak tadi
jejingkrakan di sekitar saya pun adalah Waria.!!
"Ayo mas Goyang di
panggung!!." Teriak seseorang dari belakang saya yang ternyata mas Andri
partner saya di atas Mobil pick up tadi.
" Ayooo mas Nyawer.!"
Teriak saya yang membuat mas Andri terbahak bahak.
Saya dan mas Andri perlahan
beranjak dari kerumunan sambil menahan tawa. Mas Andri terbahak Bahagia ketika
saya cerita betapa saya berimajinasi melihat suguhan Orgen tunggal dan
membayangkan bisa ikut perform dengan harapan dapat saweran. Haahahha....
Dalam banyaknya guyonan saya dan
mas Andri membawa kami berkumpul pada gerombolan remaja asli Pantai Angsana di
salah satu pondokan Pantai dan terlibat dalam percakapan santai bersama mereka.
Saya kemudian antusias mendengar kisah demi kisah para Remaja Remaja itu
Berjuang Hidup yang tak mudah. Sesekali candaan khas Remaja menghiasi
pembicaraan sambil menikmati Kopi dan Kacang Kulit dengan irama ombak dan Angin
laut yang kalah stereo dibanding Performa para Waria yang masih menghiasi malam
minggu.
Nyaris tengah malam dan saya
merasa perlu memutuskan untuk cari tempat tidur guna meluruskan badan yang
pegal akibat duduk di Taksi Kol seharian. Saya kembali ke Warung dimana tadi
saya Makan malam untuk mengambil Ransel dan HP yang tadi saya titipkan dan
ber-rencana untuk tidur di mushallah Kecil di bagian resort.
"Terima kasih bu..."
Ucap saya pada Ibu Warung setelah mengambil tas ransel dan HP.
"Mas, kalau mau numpang
bermalam di sini boleh... Mas sendirian kan? Tapi tidur nya di lantai
warung."
Aaahhhh... tawaran Ibu Warung
bagai oase di padang gerasang. Sungguh menyejukkan jiwa. Bak air dingin
meredakan kecemasan yang sejak tadi melanda saya.
Sudah pukul 1 pagi kala itu.
Sound Musik organ tunggal pun telah padam bersama gelak tawa Waria yang kembali
ke Penginapan mereka. Ibu warung menggelar tikar untuk saya tidur persis di
depan TV. Di sebelah saya ada Anak bungsu si Ibu yang masih belia. Sambil
bersih bersih dan rapih rapih, si Ibu bertutur tentang sebagian kisah hidup nya.
Perjuangannya tinggal di Pantai Angsana sejak 10 tahun silam, Membawa 4 Anaknya
dan memilih membuka warung Makan dan Klontongan setelah di tinggal cerai oleh
sang Suami yang ingin kawin lagi. Ada getir dalam dada saya mendengar kisah si
Ibu warung. Sosok Wanita hebat dan tegar. Single mother tangguh berjuang
menghidupi 4 anak yang masih Kecil Kecil. Tidaklah saya mengira ada kisah
sepahit itu di balik keramahan Ibu Warung.
Malu rasanya saya Mengeluh dalam
perjalanan yang hanya membawa diri sendiri dan cemas hanya karena tempat tidur
dan keterbatasan uang di dompet. Tidaklah sepadan dengan kisah tegar nan hebat
yang mengInspirasi saya dari Seorang Ibu Warung yang sederhana. Sebelum
terlelap saya selipkan Do'a pada Tuhan sang Penggenggam dan Pengatur kisah hidup
Manusia di Bumi agar selalu menjaga dan mengarahkan kehidupan Ibu Warung yang
tegar Ini pada kehidupan yang lebih baik, kelak. Amiin.
Ah...bagian iniiiii. Seribu satu rasa. Dari ide gokil ikut perform dan di sawer, ngakak ngebayangin kalo ada Lukman bareng loe di bibir panggung dengan antusias bak nelototin trio macan sampai getir nelangsa sang ibu warung. What a day, gais.
BalasHapusGue suka!!
Aku suka banget catatan perjalanan seperti ini. Mengais kisi-kisi kehidupan manusia, dimana diantaranya membuat kita bersyukur atas hidup ini...:)
BalasHapusBagian terbaik dari sebuah perjalanan ya Mbak Vi... menemukan makna dan penuh rasa syukur. Setuju pake banget
BalasHapusBtw aku merekam performa para Waria di Otak lho.! Hahahahahahah bisa lah nanti aku praktek kan hahahahahaahahahahha
BalasHapusBanged!!! Perjalanan nekad menghasilkan pelajaran banyak... Eh masih ada 1 bagian lagi yang belum aku selesaikan heeheheh bagian ke esokan nya aku ngalamin hal seru lainnya
BalasHapusLanjutkan!!
BalasHapusParagraft terakhir bikin terharu..
BalasHapusAamiin, untuk doa buat ibu pemilik warung.
Ia Mel.... Si Ibu Warung Inspiring bangedddd!!
BalasHapusale hebat....salam kenal beta dari ambon juga suka bertualang...lanjutkan bro...mantap pengalamannya....saya suka ceritanya..ne mantap skali..
BalasHapus