Mau
atau tidak, adalah dasar dari kegiatan yang kita lakukan dalam kehidupan.
Bisa
jadi kemauan yang di dasari niat yang kuatlah yang menghantarkan saya ke sebuah
petualangan Menuju Pantai bernama Pantai Angsana.
Tak
banyak informasi yang saya dapat tentang Pantai Angsana. Sebelumnya rekan rekan
Duta Wisata INAGA Kalimantan Selatan Pernah membicarakan Pantai ini dalam
sebuah Obrolan bersama beberapa waktu lalu.
Siang
itu, semestinya saya tidak sendiri. Beberapa hari sebelumnya, Rekan saya -
ILham, Habib, Helda, Shifa, dll... Berencana turut Serta dalam perjalanan ke
Pantai Angsana. Tapi karena Mereka ada kesibukan yang tak bisa di tunda maka
semuanya berucap tidak bisa turut serta, sedangkan saya yang sudah terlanjur berniat
berangkat pun nampak sungkan Jika Harus batal hanya karena orang lain tak bisa.
Tak apalah menjelajah Seorang diri. Toh saya sudah terbiasa.
Jadilah
siang itu saya berangkat dari Binuang dengan angkutan umum yang di sebut
Masyarakat Banjarmasin "Taksi Kol". Dari Binuang saya menuju sebuah
terminal Taksi Kol Liang Anggang. Jika dari Pusat Kota Banjarmasin atau dari
Bandara ke arah terminal sangat Mudah di jangkau dengan angkutan umum dengan
membayar 10.000 - 25.000 Sesuai jauh dekatnya jarak. Di benak saya terminal
berukuran Besar layaknya terminal terminal yang sering saya datangi. Ternyata
terminal yang letaknya di Bundaran tak jauh dari Bandara Banjarmasin itu
berukuran kecil. Okelah. Setelah bayar 25.000 dari Binuang ke Liang Anggang
saya di arahkan Untuk membeli tiket Taksi Kol. Ternyata untuk Menuju ke Angsana
saya disarankan membeli tiket ke arah Batu Licin. "Semua yang ke Batu
Licin akan melalui wilayah Angsana", ujar bapak paruh baya penjual tiket
Taksi Kol. Setelah membayar 90.000 saya di tunjukkan Mobil yang akan saya
naiki. Telah ada beberapa penumpang menunggu di dalam mobil. Saya sempat
bergumam kesal karna Ternyata sistem Taksi Kol itu nunggu penumpang penuh baru
berangkat. Al hasil mobil jurusan lain sudah 2 sampai 3 mobil berangkat sedangkan
jurusan Batu Licin yang akan saya tumpangi malah masih berharap ada 3 penumpang
lagi.!
Gerbang yang mengarahkan Menuju kebagian dalam Pantai |
kondisi jalan dari gerbang utama ke bagian dalam pantai Angsana |
PERJUANGAN
MENUJU PANTAI ANGSANA
Pukul
15.20 WIT, Setelah pas 12 orang penumpang sebagaimana ketentuan, Taksi Kol
berangkat. Sepanjang perjalanan Seperti biasa - saya memperhatikan suasana
sepanjang jalan dibalik jendela mobil. Beberapa ruas jalan pernah saya datangi.
Karena arah ke Batu Licin itu melalui wilayah Pelaihari. Dan saya pernah ke
Pelaihari beberapa bulan lalu dalam kunjungan kekerabatan. Saya sempat beberapa
kali tertidur dan tersentak bangun karena kondisi sempit Taksi Kol yang tak
nyaman. Tak apalah saya jalani toh niat saya pingin tau Pantai Angsana. Dan
perjalanan yang saya tempuh pun tak main main - 4 jam dari terminal Taksi Kol
Liang Anggang ke Angsana.
Pukul
18.20 saya Tiba di Angsana. Pak sopir memberitahu letak saya harus turun. Benar
dugaan saya bahwa Saya Pasti harus menempuh jalan ke bagian dalam untuk Menuju
Pantai nya. Sejenak saya menengok kondisi sekitar yang kala itu cukup lengang.
Baru saja Adzan maghrib selesai berkumandang. Saya tak melihat mushollah di
sekitar dimana saya berada. Hanya ada beberapa Rumah warga dan Gapura sederhana
sebagai panduan menuju Pantai Angsana. Perlahan saya hampiri Seorang Ibu yang
sedang bergegas mengangkat jemuran di depan rumahnya.
"Permisi
bu, betul Ini jalan Menuju Pantai Angsana?" Tanya saya seramah mungkin.
"Ya
Betul. Wah sudah mau malam, mas..."
"Mas
sendiri?"
"Ia
bu."
Setelah
berbasa basi, Akhirnya saya tahu bahwa tidak ada kendaraan masuk ke area Pantai
di dalam. Jarak tempuh ke Pantai 7 kilo menurut si Ibu yang katanya si Suami
sedang ada acara bersama rekan rekan kantor di area Pantai Saat itu. Terbayang
di Benak saya keramaian Suasana pantai.
"Kalo
mau, mas stop aja mobil mobil yang mau ke arah Pantai. Biasanya mau kok di
tumpangi." Saran si Ibu dengan logat Banjar yang Khas.
Terbayang
lagi di benak saya yang tak pernah stop stop kendaraan orang untuk numpang di
tebengi. Tapi buat apa saya Gengsi. Toh tak ada juga yang kenal saya di
wilayah ini? Hahaahah. Hari Mulai beranjak gelap. Si Ibu sudah menghampiri saya
lagi Setelah menaruh jemuran nya di dalam Rumah.
"Semoga
ada mobil yang kedalam, mas. Ojek pun tak ada disini.." Ucap si Ibu
mendekati saya.
Saya
makin gak yakin ada kendaraan lewat di Waktu hampir jam 7 malam. Sempat berucap
untuk jalan kaki. Tapi si Ibu melarang karena sepanjang jalan sepi tak ada
Rumah warga. Makin saya berfikir alternatif alternatif lain yang akan saya
lakukan untuk survive jika tidak ada kendaraan yang lewat yang bisa di
tumpangi. Tak berselang lama, ada mobil pick up masuk gapura Menuju arah Pantai
Angsana.
"Stop
mas, stop... numpang ke Pantai..." Si Ibu dengan sigap men-Stop mobil pick
up yang bak belakang nya penuh dengan alat alat Sound system lengkap dan bagian
depan terisi 4 orang.
"
Silakan bu, tapi di belakang yaa..." Ucap mas sopir.
Tanpa
fikir Panjang saya Meng-Ia kan tawaran sopir pick up. Setelah berterima kasih
pada si Ibu yang bagai bantuan dari Tuhan buat saya, segera saya naik ke bagian
alat alat sound system. Seorang pria sebaya saya pindah ke belakang dengan alasan menemani
saya. Saya jadi tersanjung pada Mas Andri - namanya, yang rela pindah posisi
dari tempat duduk di bagian depan ke bagian belakang yang penuh dengan
alat alat pengeras suara lengkap. Saya jadi ingat di Lampung mobil mobil pick
up pengangkut alat alat sound selalu sedia beberapa jam sebelum pertunjukan di
gelar.
"Sudah
sering ke arah Pantai, mas..? " tanya saya memulai percakapan mengisi
kekosongan waktu.
"Saya
baru sekali ini kesini..." Ucap mas Andri.
Oke.
Itu tanda nya tak banyak yang bisa saya gali dari mas Andri tentang Pantai
Angsana.
Pembicaraan
kemudian seputar alat alat sound. Mas Andri mengaku baru bergabung dalam group
musik dimana sound system selalu di pakai untuk acara acara. Hhhmmmm ....artinya
kedatangan saya malam ini akan menyaksikan pentas dangdut di tepi pantai!!
Ajib.! Indahnya suasana Pantai dengan Nuansa malam Minggu tiba tiba bagai
layar Besar bersinar dalam gelap di depan wajah saya di Antara jalan tanah dan
kerikil yang membelah kebun sawit dan ragam belukar sepanjang
jalan.
Lho kok putus.ceritanya? Btw ajib bener itu foto.kedua jalan masuknya ndra.
BalasHapusJalan sendiri gw juga sering tp kalau malam mah, lambaikan tangan pada kamera deh. Xixixi.
Kisah selanjutnya ke judul ke Dua yang malam minggu di Pantai Angsana . Seru MBA aku biasa ngeBOLANG dari SMa haahahhaha
BalasHapusPetualang sejati, jalan dan berjuang sendiri. Seru banget ya Mas naik truk terbuka, sepoi-sepoi dibelai angin hehehe
BalasHapusasyiiikkkk
BalasHapusNgebayangin ditempat org malam2, sepi gada kendaraan, seru tp cukup bikin ngeri jg ya, om :D
BalasHapusAku sebenarnya tak Berani Berani amat cuma udah terlanjur sampai lokasi nya mau gmana lagi... Mau Pulang ke Kota butuh 5 jam Lagi satusatu cara haaa jalan terus. Tapi emang Allah selalu Beri pertolongan heheeh
BalasHapus