view dari puncak lereng Gunung Tanggamus |
Layaknya
sebuah gelaran event tahunan Seni Budaya dan Pariwisata Daerah, tentu event
Festival Teluk Semaka ke 7 juga ingin melakukan promosi objek pariwisata daerah
secara maksimal dengan melibatkan beragam lapisan masyarakat dan pelaku dari Seni
Budaya dan Pariwisata sebagai pihak yang dapat menyebarluaskan informasi kepada
khalyak luas. Salah satunya adalah dengan melibatkan pihak pihak yang berkecimpung
di dunia maya (social media) untuk menjadi bagian dari promosi efektif sebuah
gelaran akbar tahunan kabupaten Tanggamus. Tak bisa di pungkiri, peran cyber
dunia maya saat ini menjadi trend dan tanda modernitas masyarakat. Tak hanya di
luar negeri tetapi juga di Indonesia. Pada gelaran Festival Krakatau Provinsi
Lampung tahun 2014 contohnya, Social media memiliki peran yang cukup significant.
Terbukti akun akun komunitas twitter maupun personal dapat menggiring antusiasme
public pada gelaran Festival Karakatau 2014 hingga menjadikan event
Festival Krakatau 2014 sebagai Trending Topic kala itu. Hal ini pula yang kemudian membuat pelaksana
Festival Teluk Semaka ke 7 menggandeng beberapa akun komunitas maupun personal
di twitter termasuk juga blogger agar gaung event tahunan kabupaten Tanggamus
tersebut dapat di kenal masyarakat luas.
Sebelum
gelaran puncak Festival Teluk Semaka pada 1 November. Saya dan beberapa rekan
baik admin dari akun komunitas maupun akun twitter personal, dan beberapa
blogger telah berada di Kota Agung – Tanggamus sejak tanggal 30 Oktober malam.
Menempati rumah salah satu Kabid DisPoraBudPar Kabupaten Tanggamus. Sejak malam
itu saya membaur dengan beberapa sosok yang sebagain sudah saya kenal sebagain
lagi baru saya kenal di lokasi. Tak butuh waktu lama bagi saya untuk
menyesuaikan diri menrima mereka menjadi team yang akan bersama dalam misi
menghadiri dan meliput gelaran Festival Teluk Semaka 7 Kabupaten Tanggamus.
PAGI
YANG MEMIKAT
Lelah
setelah menempuh perjalanan Bandar Lampung – Tanggamus semalam masih nampak di
wajah saya dan rekan rekan, terlebih rekan rekan yang datang dari Jakarta, Bogor
dan Solo yang juga jadi bagian dari team.
Pagi
itu, saya dan teman teman menyemangati diri memulai hari dengan mengunjungi
dermaga ikan Kota Agung. Melihat keriuhan para nelayan dan tengkulak pasar ikan
yang berjibaku dengan aktivitas rutin nan berat yang mereka lakukan seperti
menjadi pemandangan yang menyenangkan. Yang saya tahu, Ikan Ikan dapat di
peroleh di pasar atau supermarket dan kemudian terhidang di meja makan dalam
beragam jenis menu. Tapi pagi itu saya jadi tahu seperti apa Ikan Ikan itu
berproses dari lautan lepas, tangkapan nelayan dan kemudian terjadi transaksi
jual beli, tawar menawar antar nelayan dan pedagang hingga kemudian di jual
kembali di pasar ikan. “…Oh, alangkah kaya hasil laut Indonesia”. Berkali kali
saya berdecak kagum dan syukur pada yang kuasa atas karunia hasil laut yang
melimpah. Sesekali saya mencoba mengajak nelayan dan pembeli ikan dalam
percakapan singkat. Tak baik jika berlama lama karena pekerjaan mereka bukan
hal yang ringan. Rekan rekan yang lain tak kalah antusias. Mem-photo,
berbincang hingga melakukan tawar-menawar layaknya niat membeli ikan ikan
tersebut. Sungguh kesempatan tambahan bisa hadir di event Festival teluk Semaka
sekaligus bisa lihat langsung aktivitas dermaga pelabuhan Ikan Kota Agung.
Bonus seorang petualang.
NATURAL
TOUR
Setelah
mandi pagi bergiliran dan sarapan serta ritual pagi per personal lainnya, saya dan rekan rekan
yang berjumlah 30 orang dalam satu rumah tersebut, bersiap diajak berkeliling
mengunjungi beragam object wisata menarik di Tanggamus. Pak Elvan – yang menjadi
ketua dalam memandu kami tampak telah siap sejak semalam. Beragam persiapan telah
mereka lakukan untuk gelaran Festival Teluk Semaka kali ini. Kami pun dapat
informasi banyak seputar event dan juga beragam rangkaian kegiatan selama tiga
hari di Kota Agung – Tanggamus.
Tujuan
pertama kami pagi itu adalah mengunjungi Lereng Gunung Tanggamus. Jadwal yang
semestinya di mulai sejak pagi jam 7 molor hingga jam 10 karena harus menunggu
surat izin kegiatan yang terlambat akibat aliran listrik se-Tanggamus padam
total sejak semalam. Beruntung home stay dimana kami tinggal menyediakan
genset. Cukuplah untuk keselamatan kamera dan HP sebagai senjata narsis dan
mengabadikan moment. Aah .. lagi lagi
Lampung sedang di landa krisis daya Listrik yang sekarat. PLN patut di do’a kan
agar selamat dunia akhirat.
Lebih
kurang 30 menit menempuh perjalanan dari home stay menuju pemberhentian yang
kelak akan membawa kami menyusuri Gunung Tanggamus. Rencananya, kami akan di
bawa menikmati view dan keindahan alami yang ada di dataran lereng
gunung Tanggamus. Jika pun ingin sampai puncak gunung Tanggamus di butuhkan
waktu sekitar 3 jam. Oke lah kami cukup menikmati view saja dari lereng
gunung Tanggamus saja.
Pada
awalnya, pendakian menuju lereng gunung Tanggamus cukup ringan. Sesekali kami
masih kerap bersenda gurau dan mengomentari banyaknya tumbuhan sayur mayur seperti
Tomat, Cabai, Kol dan tumbuhan pertanian lainnya yang terhampar luas di kiri
dan kanan jalan setapak yang kami lalui. Lama kelamaan kelelahan dan tarikan
nafas panjang menghiasi setiap personal. Saya pun begitu, merasa medan yang di
tempuh lebih berat ketimbang mendaki anak Gunung Krakatau beberapa waktu lalu. Padahal tujuan kami hanya lereng gunung Tanggamus.
Kami
sempat berhenti di spot pertama hanya karena melihat sebuah pepaya matang.
Hanya dengan di hempas pada sebilah
tonggak kayu pun pepaya terbelah dan kami berebut mencicipinya. Nampak kasihan
melihat gelagat lapar kami, pak Kepala Desa yang turut dalam trip pendakian pun
dengan sigap mengambil pepaya pepaya setengah matang dari pohon pohon pepaya yang
tak jauh dari posisi kami berada. Aahh… sungguh moment menarik untuk di
abadikan. Bagaimana kami yang merasa penduduk modern tiba tiba merasa
sangat butuh kudapan pepaya untuk mengatasi rasa lelah dan lapar di tengah
kebun kebun sayur di lereng gunung Tanggamus nan gagah. Tak butuh waktu lama menghabiskan pepaya pepaya
setengah matang yang di belah dengan pisau petani yang leawat didepan kami.
Saya, tentu tak mau kelaparan dalam pendakian lanjutan, hingga memutuskan
membawa dua potong pepaya setengah matang yang saya genggam sambil melanjutkan
pendakian.
Ternyata
medan yang di tempuh selanjutnya tidaklah mudah. Kontur tanah yang lembab,
bebatuan dengan badan jalan yang tak rata dan menanjak adalah tantangan
tersendiri. Saya dan Derry saling menyemangati diri untuk segera tiba di spot
yang di maksud lebih awal agar bisa photo dan mengabadikan moment lebih awal. Ketika
yang lain datang, kami istirahat. Teman
teman yang lain pun tampak semangat memacu diri untuk tiba di spot lereng yang
di tentukan. Setelah menikmati view dengan berphoto dan mengabadikan moment
indah terbayar sudah lelahnya melakukan pendakian. Lengkap dengan menyusuri
jalan setapak nan curam menuju mata air pegunungan yang sangat murni dan segar.
Saya dan beberapa rekan pun mencoba menikmati dinginnya air pegunungan
tersebut. Air Sorgawi.!
Ada
pendakian tentu ada penyusuran kembali kearah semula. Ingin rasanya langsung
tiba di bagian bawah tanpa perlu bersusah jalan menyusuri. Tapi apa daya, kami
pun harus kembali ke tempat semula. Seluruh team bergegas menuju bagian semula
dengan tak lupa mempir ke spot dimana telah di siapkan makan siang. Lapar yang
teramat sangat melanda saya dan rekan rekan pendakian terlebih saat itu telah
lewat jam makan siang yang semestinya. Tak apalah. Ada baiknya lapar maksimal
agar makan pun lahap maksimal. Hahahah.
Untuk
makan siang kali ini, saya sangat antusias. Pasalnya, panitia melalui ibu ibu
desa menyiapkan makan siang di hamparan luas dekat tanaman Kol dan tumbuhan
pertanian lainnya. Aahh …berasa sedang piknik keluarga besar. Terlebih menu
makan siang yang sangat menggoda selera. Ada Ikan Mas Bakar, Sayur Asem, Tempe
Goreng, Lalapan plus Pete.!! …ooohh…. Makanan Sorgawi di tempat Sorgawi pula.!!
Karena makanan sorgawi tak musti di
Hotel bintang 5.!! Hahahaha….
Awal
kami memulai makan siang sungguh sebuah gelaran yang sangat bahagia. Layaknya keluarga
besar kami menikmati santapan siang dengan penuh suka cita, nyaris bagai orang
orang yang tak bertemu makan seharian penuh. Sorak sorai gembira karena lauk
pauk yang sesuai dengan selera, di tambah suasana sekitar yang tenang dan sejuk
nya pedesaan menjadi moment berharga kala itu. Sayang, hal itu tak berlangsung
lama. Bagai dongeng cinta yang ketiban malapetaka petuah sihir, hujan datang
menyapa kami. Awalnya rintik hujan kami hiraukan. Kami fikir rintik hanyalah
sesaat. Tapi lama kelamaan rintik hujan berangsur deras dan menyerang kami
tanpa permisi. Satu persatu berlarian menyelamatkan diri dengan tak lupa membawa
beberapa makanan yang bisa di selamatkan dengan harapan bisa di makan kembali. Ada
pula yang tetap melanjutkan makannya meski nasi telah terguyur air hujan.!!.
Saya pun tak kalah sigap. Jika yang lain menyelamatkan barang bawaan agar tak
basah. Saya malah membawa semangkuk kecil sayur asem, lengkap dengan nasi dan
lauk pauk serta lalapan yang belum dihabiskan dalam genggaman menuju pondok
tani terdekat plus pete satu papan!!. Niat hati inigin melanjutkan makan sambil
berteduh di pondok tani berukuran 2 meter itu dengan rekan rekan lain. Apa daya
Pete yang di selamatkan malah terinjak Andy.!!
Moment
tragedy hujan di makan siang itu adalah moment langka yang jika saya ingat
hingga kini pun selalu tertawa geli sendiri. Bagaimana tidak suasana bahagia
dan suka cita berubah jadi porak poranda seketika hanya karena hujan datang. Meski
setelah hujan reda, kami dibawa ke rumah salah satu warga desa dan melanjutkan
makan siang di sana meski saya sudah tak lagi berselera. Untunglah si ibu rumah
membuatkan Kopi panas. Ahhh…. Sorgawi bagian ke dua.!
View Gunung Tanggamus |
Kebersamaan
dalam sebuah team dan merasa senasib sebagai sosok pendatang di negeri orang
menjadikan kami bagai keluarga yang saling melengkapi. Selalu ada senda gurau
di balik kelelahan yang dialami. Selalu ada cara untuk tertawa lepas bersama di
setiap langkah yang tercipta. Sungguh indah menjadi seorang petualang,
berwisata kesebuah daerah yang kita tak tahu banyak sebelumnya.
Setelah
mendaki lereng gunung Tanggamus dan tragedi makan siang yang super heboh, kami
kemudian diajak menuju object wisata Air Terjun Way Lalaan 1 yang sudah sangat
terkenal sebagai salah satu tourism destination di Tanggamus. Tanggamus
yang memiliki banyak perbukitan juga menyimpan banyak keindahan air terjun
sebagai daerah yang memiliki aliran sungai yang cukup banyak. Selain Way Lalaan
1 kami juga menyusuri track yang tak mudah menuju Way Lalaan 2 dengan
pesona air terjun yang lebih dahsyat dan volume air yang lebih banyak
ketimbang air terjun Way Lalaan 1. Menikmati suasana air terjun dengan mandi
dan photo bersama tentu jadi aktivitas kami sebagai team tour. Sayang
saya tak bisa berenang dan harus puas menikmati setiap orang yang berenang di
bawah indahnya kucuran air terjun.
Tajuk
Tour D’Semaka hari itu di tutup dengan makan durian yang telah di
sediakan oleh panitia. Sejak siang saya dan teman teman memang meminta durian
pada panitia. Sungguh Panitia maha baik berkenan mengabulkan permintaan kami
yang sangat ingin menikmati Durian Tanggamus (merayu.!!). jadilah suasana sore
yang bahagia, setelah berlelah menyusuri track Air Terjun kemudian
menikmati durian lengkap dengan senda gurau khas team kami. Sebuah tour yang komplet hari itu. Meski
saya mengharap adanya tour guide untuk meng-explaint semua tempat yang
di kunjungi terlebih tour guide dalam bus selama perjalanan agar tidak
terjadi kekosongan dalam perjalanan. Terlebih untuk para personal yang berasal
dari luar kota yang tak tahu apa apa
tentang Tanggamus.
0 comments :
Posting Komentar