"Ke Pulau Pisang?, ikut dong...." si Abang - putra pertama dan Koko - putra kedua serentak meminta ikut serta saat melihat saya sedang packing pakaian.
Melihat wajah antusias tak tega rasanya tak mewujudkan permintaan mereka. Meski istri sempat dua kali memastikan saya tentang kesanggupan membawa serta 2 bujang sekaligus. Tak masalah. Saya kira ini saat nya saya ajak 2 bujang Kecil saya trip tanpa ibu mereka ke tempat yang bukan penuh fasilitas nyaman lataknya Mall atau Resort.
Tampilan Pulau Pisang dari Dermaga Tembakak |
Dermaga Pulau Pisang dengan pantai berpasir Putih nan Halus - photo by Derry S.Emilga |
Hari beranjak sore di Jumat yang cukup cerah memulai perjalanan bersama rekan rekan traveller : Derry,Mas Teguh, Alan, Andy dan Erick. Dengan mobil avanza dan keceriaan 2 Bujang yang tak sabar membuktikan langsung keindahan Pulau Pisang Seperti yang Ayahnya ceritakan.
Sebenarnya saya sendiri belum pernah ke pulau pisang. Dulu mas Yopie - admin akun Keliling Lampung pernah berkisah banyak hal akan Pulau Pisang dan sejak itu pula saya langsung kepincut dan berniat datang ke Pulau Pisang.
Berbekal arahan mas Yopie dan pengalaman mas Teguh yang pernah datang ke Pulau Pisang lah yang membuat saya semangat mengendalikan kemudi avanza sore itu.
Rute yang kami lalui menuju Pulau Pisang adalah via Kota Agung - Tanggamus. Alternatif lain bisa pula melalui jalan lintas Sumatera tapi jarak tempuh jadi lebih jauh jika dari bandar lampung. Kontur Jalan yang baik dan lalu lintas pun lancar membuat sore semakin menyenangkan.
Lepas dari tanjakan Sedayu, hari mulai gelap. Maghrib baru usai. Saya mulai was was mengemudikan kendaraan kala malam memasuki kawasan hutan bukit barisan. Sebisa mungkin saya menghindari nyetir malam di tengah hamparan bukit barisan selatan. Berupaya menghindari hal hal yang tak di inginkan.
Bersyukur rute membelah hutan bukit Barisan malam itu dapat di lalui dengan lancar dan aman meski hujan super deras plus kini banyak lubang di beberapa ruas jalan dan ada beberapa bagian jalan yang tertutup oleh pohon tumbang.
Tak ada satupun yang kami hubungi di Krui - pusat kota Pesisir Barat jelang keberangkatan untuk sekedar meminta bantuan home stay atau informasi.
Pukul 10 malam kami tiba di Krui dan memutuskan untuk makan malam. Pilihan kami jatuh pada ragam gerobak jajanan di tengah pasar yang posisinya persis di pinggir jalan raya dalam kota Krui. Setelah menghabiskan seporsi bakso ikan khas Krui saya memutuskan menghubungi Bang Yusri - sosok yang dulu rumahnya pernah saya tumpangi saat acara bersama AIESEC UNILA - Lampung. Berharap bisa memberi tumpangan tidur malam sebelum esok pagi menuju Pulau Pisang.
Beruntung rumah bang Yusri berkenan kami tumpangi bermalam. Tuhan pun memberi jalan bagi traveler seperti kami.
The team |
the team enjoy the trip |
mengajari 2 bujang trip bacpacker-an |
BERTANDANG KE KEPINGAN SORGA DI BUMI.
Pagi sekali kami telah terjaga dan bersiap menuju Pulau Pisang. Menurut bang Yusri dalam perbincangan semalam, berlayar menuju Pulau Pisang dapat di tempuh melalui dua dermaga. Pertama via Dermaga Kuala yang letaknya dekat pasar Krui dengan jarak tempuh 1 jam pelayaran dengan kapal nelayan bertarif 20.000/orang, alternatif kedua via dermaga Tembakak yang mengharuskan kami menempuh rute darat dahulu 40menit lalu lanjut menaiki perahu kecil jenis nelayan 20 menit ke Pulau Pisang. Dengan alasan cuaca yang sedang musim hujan dan arus ombak, kami memutuskan menyeberang ke Pulau Pisang via dermaga Tembakak. Tiba di Tembakak saya langsung memarkirkan mobil di rumah warga yang tak jauh dari dermaga Tembakak. Suasana ramai masyarakat pantai terlihat di dermaga Tembakak yang berhias batu batu Pantai nan khas. Kami beruntung dapat menaiki kapal bersama penumpang lainnya dengan tarif 15.000/orang. Kapal dari dermaga Tembakak menuju Pulau Pisang hanya terjadi dua kali dalam sehari, yakni pada pukul 7-9 pagi atau 2-3 sore selebihnya harus menyewa kapal sendiri dengan tarif 500.000/PP dengan muatan maksimal 10 penumpang.
Pelayaran 20 menit di mulai. Sejak dari dermaga Tembakak, gugusan Pulau Pisang telah nampak jelas. Jarak tempuh berlayar 20 menit itu seolah menjelaskan betapa dekatnya jarak Pulau Pisang dan dermaga Tembakak. Bersyukur pula ombak laut bersahabat pagi itu. Cuaca cerah menghiasi perjalanan kami meski semalam dalam perjalanan ke Krui kami di landa hujan yang sangat lebat. Memang waktu yang pas mengunjungi Pulau Pisang adalah bukan kala musim hujan akhir tahun. Tapi beruntung selama di Pulau Pisang cuaca sangat bersahabat.
Menjejakkan kaki di pasir tepian pantai Pulau Pisang bagai menapak di atas permadani nan empuk. Tekstur pasir yang halus berpadu lekat dengan air laut biru gradasi toska. Gesekan udara dari pohon nyiur mencipta suasana sejuk bertata rapih pepohonan rindang sekitar pulau. Sebuah bentangan keindahan memanjakan mata dan mencipta decak kagum kami kala itu. Akhirnya, kami tiba di salah satu pecahan sorga di bumi.
Seolah tak ingin menyia-nyiakan waktu, kami langsung berjalan kaki mengitari Pulau Pisang setelah menaruh ransel dan ragam perlengkapan di Wisma Kemala - tempat dimana kami bermalam selama di Pulau Pisang. Sepanjang penelusuran berjalan kaki, deretan rumah rumah bergaya vintage nan fotogenic menghiasi sepanjang jalan. Keramahtamahan penduduk asli Pulau Pisang sangat kontras dengan suasana asri dan tenang di perkampungan dalam kawasan Pulau Pisang.
Meski berjalan kaki tapi menelusuri kawasan Pulau Pisang sudah setengah bagian. Kami memutuskan untuk kembali ke Wisma untuk makan siang dengan menu khas Pesisir Barat ; gulai Taboh dan sayur bening daun kelor. Saking lezatnya santapan siang itu membuat kami tertidur di tengah udara siang nan tropis. (Detail Keindahan Pulau Pisang akan saya tuturkan dalam bagian lainnya).
Kurang rasanya dua hari mendiami Pulau Pisang. Apa daya senin harus kembali bekerja. Meski berat meninggalkan Pulau Pisang kami tetap beranjak sejak pagi ke dermaga kapal di Pulau Pisang untuk menuju dermaga Tembakak. Sayang, Kapal yang semula berjanji membawa kami pukul 6.30 Pagi malah meninggalkan kami lebih dulu. Akhirnya kami harus menunggu kapal selanjutnya atau kapal jam 2 siang. Sempat menunggu cukup lama akhirnya kami bergegas ke dermaga lain di sisi selatan Pulau Pisang untuk mencegat kapal penumpang disana ketika melihat kapal merapat dari kejauhan. Lagi lagi kami harus kecewa karena di tinggal sang kapal meski langkah kaki kami cukup cepat menuju bagian selatan dari Pulau Pisang. Beruntung ada kapal yang bisa kami sewa menuju dermaga Tembakak dengan harga 200.000 - khusus mengangkut kami saja, berkat Nego bang Yusri yang turut serta dalam perjalanan kami.
Masih ingin rasanya berlama lama di Pulau Pisang, terlebih landscape Pulau Pisang masih terlihat jelas saat kami tiba di dermaga Tembakak. Kami pun tak bergegas meninggalkan dermaga Tembakak. Photo di beberapa sudut dan melanjutkan sarapan plus ngopi di Warung kecil pinggir jalan dermaga Tembakak jadi pilihan kami selanjutnya sebelum memacu kendaraan kembali ke Bandar Lampung.
Sebelum kembali ke Bandar Lampung kami singgah ke Rumah bang Yusri yang telah banyak membantu kami, Ia dengan suka hati jadi pemandu kami selama di Pulau Pisang. Bagai menemukan sosok tepat ditengah ketidaktahuan kami sebagai traveller. Tak lupa pula kami membeli gula merah khas Krui yang terkenal kualitasnya dari istri bang Yusri.
Kembali ke Bandar Lampung siang itu meninggalkan memori mengesankan yang dalam tak hanya pada saya Pribadi tapi juga di tiap personal team termasuk kedekatan saya dengan mereka sebagai travel mates dan hubungan pertemanan kami. Karena pertemanan terbaik adalah ketika kita bisa menerima sosok teman bukan hanya dalam kondisi menyenangkan,hura-hura, glamour-gelimang harta, tapi juga dalam kondisi paling sederhana dan jauh dari fasilitas memadai.
Bagi saya, selain hubungan pertemanan yang menyenangkan saya pun berhasil mendidik 2 Bujang saya cara berwisata dalam kondisi sederhana. Mengarahkan mereka menjadi sosok backpacker selanjutnya. Saya mengajari 2 Bujang bersahabat dengan alam, survive dalam kondisi yang tak semua Anak Anak seusia mereka alami. Tak ada perlakukan manja dan mereka mengambil hikmah dari perjalanan bersama Ayah dan teman teman Ayah nya.
Thanks infonya bang Indra. Jdi ada pencerahan bt backpacker ke pulau pisang
BalasHapus