Pada media Oktober lalu, secara tak sengaja saya mendatangi sebuah Goa bernama Goa Batu Hapu. Kenapa saya bilang secara tak sengaja?, semua bermula saat menyimak obrolan sekumpulan anak muda di hadapan saya pada sebuah warung bakso. Sekumpulan anak muda yang duduk tepat diseberang saya kala bicara tentang Goa. Goa Batu Hapu namanya. Asik juga sambil santap bakso ada sederet cerita tentang seru nya anak muda itu bermain ke Goa.
"Kasih tau saya cara ke Goa itu mas..." Pinta saya mendekat pada salah satu anak muda.
Tak ingin saya cuma jadi pendengar setia saja.
Saya juga berharap dapat kisah menarik dari kunjungan ke Goa itu nanti nya.
Mulut GOA BATU HAPU |
Dengan kondisi jalan yang relatif baik. Suasana pedesaan terasa sepanjang perjalanan yang memasuki perkebunan karet dan beberapa perasawahan khas warga. Cuaca cukup cerah saat itu. Tak ada satupun angkutan umum melintas. Beberapa anak anak sekolah berpapasan dengan saya sepanjang perjalanan. Hari Rabu kala itu.
Plang GOA Batu Hapu |
Tampak Depan Goa |
Menuju Bagian Dalam menyerupai Dek Kapal yang terbelah |
Goa Batu Hapu. Tak pernah saya dengar sebelumnya. Asing di telinga terlebih tak bisa cari banyak informasi di dunia maya. Selain kala itu HP tak dapat akses signal dengan sempurna. Mendekati lokasi yang di maksud, tak sulit bagi saya menemukannya. Selain petunjuk anak muda di warung bakso tadi sangat jelas, beberapa warga yang saya mintai tanya pun dapat menjelaskan keberadaan Goa Batu Hapu dengan gamblang.
Terletak di desa Tarungin, Kecamatan Hatungun Kabupaten Tapin - Kalimantan Selatan. Sekitar 20 menit dari kecamatan Binuang - letak saya homestay yang bersebelahan dengan kecamatan Hantungun.
Sebuah gerbang sederhana - layaknya gerbang selamat datang di sebuah desa, menyambut kedatangan saya dan motor Scoopy kala itu. Mentari kian terik membuat saya kian penasaran membuktikan hal hal seru seperti yang tadi saya dengar dari kisah para anak muda di Warung bakso.
Setelah memparkir Scoopy di posisi semestinya dengan aman saya segera memasuki pintu utama menuju Goa. Di bagian halaman tampak lengang. Hanya Scoopy saya yang paling keren di areal parkir. Tak ada satu pun kendaraan lain. Mungkin jam kerja dan sekolah kala itu. Upaya menghibur diri sendiri.
Ada plang ucapan selamat datang pada Pintu masuk dan kondisi loket tiket yang bertulis "tempat Karcis" sepi. Saya segera menyapu pandangan kesegala arah. Tak ada seorang pun. Kemudian saya coba untuk beranikan diri melangkah sedikit masuk di bagian ruangan persis di samping letak loket tiket tadi.
Ada plang ucapan selamat datang pada Pintu masuk dan kondisi loket tiket yang bertulis "tempat Karcis" sepi. Saya segera menyapu pandangan kesegala arah. Tak ada seorang pun. Kemudian saya coba untuk beranikan diri melangkah sedikit masuk di bagian ruangan persis di samping letak loket tiket tadi.
"Permisi... mba, mas...?" Saya coba memanggil siapapun petugas yang kiranya ada di bagian dalam ruangan yang cukup luas itu.
Tak ada jawaban dari siapapun.!
Sepi. Hanya bunyi kicauan burung jenis burung walet beterbangan cukup jelas di bagian luar ruangan dimana saya berada.
"Pada kemana yaa...? Kok gak ada siapa siapa..." Gumam saya kala itu, sembari celingukan kesemua arah. Berharap mata ini melihat sosok manusia yang bisa di tanya tanyai.
Tetap tak ada satu orang pun.
Saya memutuskan kembali ke area parkir. Kasihan Scoopy saya berdiam tanpa rekan lain disana.
"Ya mas..." Tiba tiba ada suara jawaban dari arah luar.
Saya mencari asal suara itu.
Aaahh ternyata ada yang mendengar suara saya sedari tadi.
"Ada apa mas...? Mas mau masuk ke Goa.?..."
Sosok ibu muda berkuncir, berbaju hijau tua dengan wajah yang tidak terlalu tua menyapa saya dari balik kaca tiket yang berlubang.
"Mas mau masuk kedalam...?" Tanya si ibu lagi.
Baru saya temui penjaga loket tiket menawarkan ke pengunjung untuk masuk dari balik loket tiketnya. Biasanya petugas tiket diam saja, pengunjung yang mendekati.
Okelah, mungkin ini bagian istimewanya di Goa Batu Hapu. Atau mungkin karena tak ada pengunjung lain?. Entahlah. Kesimpulan terlalu awal. Tak terlalu bijak.
"Ia bu..." Jawab saya mendekat ke loket
" 2.500, mas... Kalo gak ada 500 rupiahnya 2.000 ajart gak papa..." Ucap si ibu tiket.
Oh ibu ini baik menurut saya. Meski cukup unik jika harga ketetapan tiket masuk bisa sangat fleksibel hanya karena jika tidak ada 500 rupiah cukup bayar 2.000 saja. Semacam bukan potongan harga resmi. Diskon yang tak biasa. Sudahlah lupakan. Anggap saja si ibu berbaik hati.
"Sepi ya bu..?" Saya basa basi bertanya.
"Kalau Sabtu Minggu atau hari libur rame mas... Mas datang pas bukan hari libur, sih..." Jelas si Ibu Tiket.
Aaahh cukup rumpi cara si ibu tiket menjelaskan ke saya. Padahal tak ada salahnya juga kan saya berkunjung hari Rabu?.
"Mas sendirian...?" Tanya si ibu Tiket setelah ia merobek selembar tiket tak lama setelah saya menyodorkan 2.000 rupiah pada nya.
"Ia Bu, saya kebetulan kesini setelah di kasih tau arah tempat ini dari beberapa anak muda." Ucap saya berterus terang pada si ibu yang mulai senyum senyum tak wajar pada saya.
"Mas, Pasti bukan orang Banjar.?" Si ibu bukan hanya senyum senyum tak wajar tapi sudah memperhatikan diri saya dari kepala hingga kaki.
"Ia Bu, saya dari Lampung..."
"Ooohhh.... Sumatera rupanya. Cocok sekali datang kesini.." Renyah sekali kalimat si Ibu Tiket. Nampak kini senyum sumringahnya berbeda dengan sebelumnya yang tampak menyelidiki sekujur tubuh.
"Apa nya yang cocok, Bu..?" Tanya saya ingin tahu.
"Tempat ini, ada hubungannya dengan Sumatera, tepatnya Sumatera Barat." Seolah si Ibu tiket hendak memberi informasi penting.
Ia pun duduk di banku kayu dekat ruang kosong di bagian dalam areal taman.
Saya pun mendekati posisi duduk si Ibu.
Duduk berjarak tak jauh di bangku kayu yang sama.
"Jadi Mas, pernah tau Malin Kundang kini dalam wujud Batu di Sumatera Barat?, nah Goa Batu Hapu ini adalah pecahan dari Kapal Malin Kundang yang terlempar ke pulau Kalimantan." Mimik ibu Tiket bagai sedang berkisah sebuah legenda nan agung. Saya pun takjub.
"tapi mas, ada pula masyarakat sekitar sini yang menduga, Goa Batu Hapu ini adalah perwujudan dari Istana makhluk gaib." Lanjut si Ibu.
Untuk kisah ke dua saya merinding mendengarnya.
"Jika nanti mas masuk ke bagian dalam Goa, mas akan lihat bentuk dek kapal yang terbelah. Tapi ada pula beberapa benda bagai perkakas kerajaan jaman dulu." Kisah si Ibu selanjutnya.
Lagi lagi saya takjub.
Jika memang Goa ini adalah pecahan kapal Malin Kundang yang terpental ke pulau Kalimantan sungguh sebuah keajaiban yang unik. Jika pun ini adalah bentuk istana raja yang di kutuk, sungguh sebuah bagian cerita rakyat yang layak di rawat.
"Tapi menurut Pemerintah kecamatan meyakini ini puing puing pecahan kapal Malin Kundang, mas. Setelah sebelumnya ada Penelitian di sini. Beberapa Benda yang arti bagian dalam Goa itu adalah barang barang isi Kapal Malin Kundang mas.. Jika Mas ramean, mas bisa panjat Tebing dari Tengah Goa kebagian atas. Di bagian atas - menurut para pendaki, pemandangannya bagus, mas. Selain mas bisa lihat Makam keramat dengan panjang makam sampai 2 meter lebih ." Lanjut Ibu berkisah.
"Mas, kalau mau lihat kedalam, silakan..."
Penuturan si Ibu Penjaga tiket dan satu satu nya pertugas di kawasan Goa Batu Hapu cukuplah jadi panduan saya. Meski saya sendiri belum begitu menemukan pemahaman yang valid akan Goa Batu Hapu. Setidaknya saya Ingin tahu sebuah Goa setelah mendengar Kisah seru para anak muda yang saya simak di Warung Bakso secara tak sengaja.
Perlahan saya naiki Anak tangga yang cukup curam kebagian mulut Goa. Tak ada satu pun pengunjung selain saya. Pukul 2 siang kala itu. Cuaca masih terik. Bebatuan sekitar Goa nampak mesra dalam dekapan lumut parasit dan tumbuhan khas di batu tropis. Keunikan yang terbukti dari kisah Anak muda di warung bakso - menyaksikan banyaknya pohon pohon yang tumbuh dengan subur di atas bebatuan di sekitar mulut Goa. Saya menghela nafas panjang ketika berhasil menjajakkan kaki di puncak Anak tangga. Saya berada Tepat ada di mulut Goa. Sejenak Saya nikmati view dari ketinggian setelah berhasil menapaki Anak tangga. Tak lagi terlihat Ibu Tiket yang tadi sempat menghantar saya ke bagian tangga.
Dari mulut Goa nampak bebatuan granit yang sangat Dramatic. Ada pula bentuk bebatuan bagai gumpalan Besar di bagian dalam sudut Goa. Saya Mulai melangkah perlahan ke bagian dalam. Sedikit demi sedikit saya merasakan suasana mistis. Tapi beragam batu batu yang ada dalam bagian dalam memyerupai bentuk kendi, bagai herabah buatan adalah hal yang menarik bagi saya. Perlahan saya dekati benda benda itu sambil sesekali melihat sekitar Goa yang semakin saya masuk semakin redup karena Cahaya dari mulut Goa ber kurang akibat banyak nya bebatuan di bagian dalam. Tak jauh dari benda benda bak alat Rumah tangga berwujud batu itu ada sebuah jalan masuk ke bagian dalam dengan di lengkapi tangga untuk pegangan ke bagian dasar Goa yang nampaknya cukup dalam. Perlahan saya hampiri tapi nyali makin Menciut. Ada keraguan bercampur rasa Takut yang cukup besar. Mata saya kemudian melihat bahwa bagian dalam Goa masih lah cukup jauh melalui sedikit jalan curam ke bawah lalu ada undakan ke bagian atas dan entah kemana selanjutnya karena saya pun tak berniat kebagian dalam itu. Sedang Serius Menyimak rute bagian dalam saya di kejutkan oleh sekumpulan burung walet yang terbang cukup rendah. Terasa makin mencekat. Semakin saya takut. Tapi ingin lihat bagian lainnya yang masih terhalang bongkahan batu besar.
Perlahan nampak jelas oleh mata ada banyak bentuk batu baru di bagian sudut Goa yang jika di simak seksama bagai Perlengkapan Kapal. Mungkin itu yang di maksud dengan bagian dek Kapal yang tadi di kisah kan Ibu Penjaga loket tiket. Saya sempat merekam keberatan saya dalam video singkat di bagian permukaan Goa. Tak Berani saya masuk kebagian dalam karena seorang diri. Jika saja ada banyak teman yang ikut Serta tentulah saya bersedia kebagian paling Tinggi di atas Goa. Belum lagi Suara Suara unik yang cukup membuat saya merinding ngeri. Makin takut.
Setelah cukup tahu bagian permukaan Goa dan mengabadikan moment di sana dalam foto dan video. Saya memutuskan untuk kembali ke hamparan tanah lapang di mulut Goa bagian bawah dengan Kembali meniti Anak tangga. Tampak sepasang muda mudi sedang asik bercengkrama di sebuah bangku kayu di sudut tanah lapang. Aahhh nampak gambaran remaja pacaran dengan mesranya . "Ngapain pacaran di tempat beginian.!" Saya bergumam sembari menuruni anak tangga.
Itu kisah saya saat mendatangi Goa Batu Hapu pada pertengahan Oktober lalu. Tak Langsung sempat saya tutur kan menjadi kisah karena waktu tercurah pada deadline pekerjaan.
Dan pada hari Minggu kemarin, ketika tak ada kegiatan. Saya terfikir untuk mendatangi kembali Goa Batu Hapu. Sebulan sejak kedatangan pertama berlalu. Siapa tahu kondisi kini jauh lebih ramai. Terlebih hari Minggu.
Hujan yang datang sejak pagi menggeser waktu kunjungan ke Goa Batu Hapu yang telah saya tetapkan. Jalan kerikil berlumpur akibat hujan pun tak buat niat saya lantas pudar.
Jarak yang relative dekat dari Posisi home stay saya di Binuang ke Lokasi Goa cukup menyenangkan bagi saya.
Masih dengan Scoopy andalan, setelah melalui beragam hal menarik di sepanjang jalan yang masih basah Sisa hujan. Saya Tiba di lokasi Goa Batu Hapu. Pukul 3 sore kala itu. Tak banyak berbeda. Suasana masih sepi. Kali ini hanya 2 sepeda motor ter parkir di halaman. Lumayan Scoopy ku tak diam sendiri.
Berbeda dari kunjungan pertama. Kedatangan kali ini terlihat ada yang jaga loket tiket. Bukan Ibu waktu itu. Lebih muda. Meski termasuk Ibu Ibu pula.
Kali ini saya bayar dengan uang pas 2.500. Tak ada istilah diskon bagi Ibu Penjaga tiket minggu ini.
"Minggu sepi ya, mba ?" Tanya saya pada mba tiket setelah saya celingukan lihat sekitar.
"Di dalam ada 2 orang mas." Jawab si mba tiket singkat.
Oh, benar. Kan di parkiran saya lihat ada 2 motor Jenis Bebek parkir disana.
Mungkin menurut si mba, kehadiran 2 orang yang Ia maksud sudah termasuk ramai.
Okelah. Melihat si mba tiket yang nampak sungkan di ajak berbasa basi saya memutuskan untuk segera masuk ke dalam setelah menerima tiket masuk dan tak juga ada pemeriksaan.
Sebelum naik Anak Tangga Menuju mulut Goa. Tak ada pengunjung lain yang saya lihat seperti yang di sampaikan oleh mba di loket tiket tadi.
Mungkin mereka ada di dalam goa.
Saya mempercepat langkah saya naik ke bagian mulut Goa. Berharap bertemu pengunjung lain hingga rasa takut saat dalam Goa berkurang.
Benar saja. Saya melihat 2 wanita ada di bagian dalam tepat berada di posisi dulu saya mengabadikan diri. Mereka melihat saya dengan menganggukkan kepala seolah menyapa lengkap dengan senyum ramah nya. Tapi saya sungkan bicara. Sapaan melalui lambaian tangan tadi cukuplah tanda bahwa saya menyapa mereka sebagai sesama pengunjung.
"Mba, pada mau masuk kedalam ?" Tanya saya memberani kan diri membuka percakapan.
" tidak mas, cukup photo di batu ini saja."
Ucap salah sari dari Dua mba manis yang menurut saya usia nya Tak Beda jauh dengan saya. Hanya saja mereka Bukan tipe gadis Kota besar. Mungkin warga sekitar. Atau warga kecamatan Binuang - lokasi home stay saya tinggal.
Fix lagi lagi saya tak mungkin kebagian dalam Goa karena tak ada partner. Dan tak mungkin pula saya memaksa 2 wanita itu ikut keinginan saya. Akhirnya saya putuskan untuk kembali ke bawah Goa karena merasa tak bisa masuk ke bagian dalam.
"Mas mau kemana?, tak minat kebagian dalam?" Ujar salah seorang wanita pada saya.
"Duluan mba ... Maaf lain waktu saja." Saya bergegas menuruni Anak Tangga setelah melambaikan tangan perpisahan pada Dua wanita yang sedang melihat lihat batu batu Goa.
Gagal lagi keinginan saya untuk bisa tau bagian dalam dan sampai di bagian puncak Goa. Tak Ada partner adalah Alasan saya. Manalah saya berani menapaki dalam Goa Sendirian. Cukup tahu sedikit bagian dalam saja. Itu pun sudah cukup buat gentar.
Tiba di undakan Tangga bagian bawah Goa saya beristirahat Sejenak. Ada rasa Kesal karena gagal memasuki bagian dalam Goa. Termasuk menyesal menolak ajakan 2 wanita tadi. Aaah sudahlah, mungkin belum nasib. Mungkin suatu saat saya harus bawa teman teman serombongan buat menelusuri seluruh bagian Goa. Saat saya sedang beristirahat di undakan tangga paling bawah dari Goa, saya melihat ada sepasang muda mudi yang duduk di bangku kayu di bagian halaman dalam dari area Goa Batu Hapu. Setelah mata saya melihat dengan seksama ternyata sepasang remaja itu adalah sepasang kekasih yang sama yang pernah saya lihat pada kunjungan pertama saya sebulan yang lalu disini. Astaga!!!. "Apa mereka gak ada lokasi mojok lain selain di halaman depan Goa ini.!!!" Saya bergumam sambil menahan kesal dalam hati. Semakin di perhatikan sepasang muda mudi semakin mesra. Sepertinya ada kebanggaan jika Kemesraan mereka di lihat orang lain.
Agar tak semakin kesal dan terus bergumam. Akhirnya saya putuskan untuk ke halaman depan saja dekat dengan lokasi parkir. Sekalian melihat motor Scoopy saya. Atau siapa tau ada jajanan buat pengganjal perut sore itu.
"Sudah mas..? Cepat banget...? Yang pacaran aja masih asik tuh.?!" Si mba Penjaga tiket menyapa ketika saya melintasinya.
"Eh, Ia mba.... Heehheeh mereka enak mba pacaran. Saya kan sendirian."
"Mereka itu pacaran nya selalu di sini mas..." Ucap si Mba yang mulai memperlihatkan gelagat hobi rumpi.
Tak ingin menyudahi gelagat ramah si mba, saya mendekatkan badan saya di balik lubang loket.
"Mereka pengunjung setia sini yaaa mba.?" Tanya saya memulai Urusan Kepo.
"Saya selalu lihat mereka bertemu disini mas. Selalu duduk di bangku itu. Mereka dari kampung sebelah mas. Si cowok dateng sendiri dan si cewek juga dateng dengan motor sendiri. Bertemulah mereka disini." Si Mba menjelaskan semuanya dengan gamblang.
"Oh, pacaran murah ya mba..." timpal saya selanjutnya yang di jawab dengan anggukan setuju oleh si Mba.
"Mas kenapa sebentar banget? Gak kebagian dalam Goa kayak anak anak Pecinta alam ?." Tanya si mba pada saya yang tangah menyimak remaja pacaran itu dari kejauhan.
"Nggak mba...? Nanti aja pas ada temen temen. Walau tadi sih ada 2 mba mba di dalem yang ngajakin masuk ke bagian dalam Goa." Saya coba berkilah menutupi rasa yang sebenarnya di depan mba penjaga tiket.
"Apa mas?, Dua Mba Mba ,?..." Mba penjaga loket kaget.
"Ia tadi saya ketemu 2 mba mba di bagian dalam Goa." Ucap saya meyakinkan.
"Setau saya yang berkunjung melewati loket seharian ini cuma sepasang yang pacaran itu aja mas, 2 motor di parkiran itu juga motor mereka berdua." si Mba tiket meyakinkan sedang saya semakin bingung.
Otak sehat saya kemudian menganalisa. Apa yang dilakukan 2 wanita di dalam Goa bersama saya tadi. Mereka tidak foto foto seperti yang saya lakukan. Mereka tidak pegang kamera. mereka juga tidak banyak saling bincang antar mereka.
"Oh, mungkin mas bertemu penunggu Goa! Karena mas tidak Ucap salam ketika masuk Goa." Si Mba Penjaga Loket Tiket makin buat saya terdiam. Mulai ada gentar seluruh badan.
Saya kemudian teringat percakapan para remaja di Warung Bakso dahulu bahwa salah satu dari mereka melihat dengan 2 wanita muda dalam kelompok mereka sedangkan sejak awal anggota kelompok hanya Lelaki semua.!
Kemudian saya jadi ingat ucapan Ibu Penjaga tiket yang saya ajak bincang Sebulan lalu, jika di bagian paling atas Goa ada Makam Sepanjang 2 meter Lebih yang konon isi nya 2 gadis yang di makam secara paksa sebagai tumbal jaman dahulu. Dan seketika segala ucapan ucapan Ibu penjaga tiket sebulan lalu dan perbincangan sekumpulan remaja yang saya simak di warung bakso itu, kini begitu terbukti nyata. Tak hanya dengar kisah dari sekumpulan anak muda saja tapi kemudian saya mengalaminya. Beruntung saya tak ikuti ajakan 2 wanita tadi.
Saya tak begitu suka hal mistis. Termasuk orang yang juga penakut. Sore itu saya mengalaminya. Meski belum bisa di akui kebenarannya. Sepanjang perjalanan pulang dari Goa Batu Hapu tubuh mengalami guncangan kuat. Bukan karena jalan kerikil berlubang tapi karena mengingat kejadian yang baru saja di alami dengan beragam kisah yang di tutur kan oleh mereka yang sempat hadapi. Dan kini saya mengalaminya .
Aku ngakak pas baca bahwa goa ini adalah pecahan batu kapal Malin Kundang. Kemudian merinding saat dua gadis itu menyapamu, Mas. Untung gak ikut ajakan mereka ke dalam ya...
BalasHapusaduh mba...ampe sekarang aku gak kebayang kenapa pula aku bisa mendatangi Goa itu ...tapi justru aku penasaran.. tak ada brosur atau petugas yang meyakinkan yang bisa aku tanyai seputar kebenaran kisah kisah di balik Goa tersebut mba ... hahahaha
BalasHapussebagai warga Kalsel saya salut. saya aja belum pernah kesana hehe..
BalasHapusSekedar info nih mas Indra, sepengetahuan saya ya :
BalasHapusLegenda Batu Hapu tidak ada kaitannya dengan kisah Malin Kundang di Sumatera Barat.
Nama tokohnya saja berbeda. Si ibu bernama Nini Kudampai dan si anak bernama Angui.
Kemudian untuk makam, kemungkinan yang di maksud adalah makam Datu Nuraya di Desa Tatakan yang terlihat dikejauhan ( kecamatan sebelah ).
Mungkin sebaiknya, Dinas Pariwisata setempat menyediakan suatu media di area Goa yang menceritakan Legenda tersebut agar pengunjung tidak bertanya-tanya.
Waktu umur 8 tahun pernah naik ke bagian atas... Bagus pemandangannya tapi udah lupa2... Pas smp beberapa kali datang tapi kotor jadi malas datang lagi... Pas adik kesana krn wajib dr sekolahnya sma, temannya hilang satu... Untung stlh dicari n didoakan rame2, ketemu didpn mulut goa... Katanya dia bingung knp tiba1 dia sendirian aja, muter2 ga ada orang didalam n luar goa... Pulanglah sblm magrib. Biasanya ga boleh bw telor nasi kuning dll kalo mau pergi ke tempat2 begini...
BalasHapus