Garis berwarna Hijau adalah rute yang kami tempuh ; 12 Jam perjalanan darat ; Loksado, Kandangan ke Kotabaru |
Sesungguhnya Saya dan team masih Ingin berlama lama di ️Kandangan dan Loksado kala itu. Meng-Explore ragam keindahan dan keunikan ️Kandangan dan Loksado plus menengok budaya Dayak Meratus adalah sebuah kebahagiaan tersendiri.
PETUALANGAN 12 JAM DI MULAI.
Suhu dingin lereng Gunung Meratus menyerang kami pagi itu. Menatap gagahnya Meratus pagi hari bagai melihat mahakarya dan agung nya budaya khas Indonesia secara langsung. Bermalam di homestay ALYA yang bersebelahan dengan pinggir sungai Amandit di kawasan Loksado adalah kenyamanan yang menyenangkan setelah seharian sebelumnya meng-explore keunikan Loksado. Nampak ragam aktivitas warga sejak pagi di sungai Amandit. Seusai berkemas dan siap, kami melanjutkan perjalanan ke Kotabaru.
Sebelum berlanjut ke Kotabaru, kami singgah di Kandangan untuk sarapan, menikmati nasi kuning sebagai sarapan pagi di warung ibunda Wahyu, Gratis pula.! aaahh baik sekali Wahyu dan Ibu nya pada kami.
Sebenarnya, rute ke Kotabaru dapat di tempuh via Loksado dengan waktu tempuh 5 jam, tapi mengingat saran dari beberapa orang dan pula Saya pribadi belum mengetahui secara pasti rute Jalan singkat tersebut maka berdasarkan kesepakatan team, kami memilih melalui rute Plaihari meski dengan jarak tempuh 12 jam!. Setidaknya selama 12 jam saya dan team bisa singgah di beberapa spot wisata menarik Untuk usir kebosanan.
Terbayang 12 jam diatas mobil. Dan saya yang Nyetir mobil selama 12 jam itu.!! Hahaahahha. Tenggak Kopi gelas besar.!
Bagi saya dan team ini adalah petualangan yang sesungguhnya. Berkunjung ke Kotabaru adalah sebuah keingintahuan yang tak bisa di halang. Secara personal 12 jam perjalanan berkendara Bukan hal mudah. Akses ke Kotabaru sebenarnya dapat menaiki pesawat kecil yang menghubungkan Banjarmasin - Kotabaru. Terlanjur jiwa petualang kami berkehendak. Terlebih di Kotabaru ada gelaran event Nasional yakni Peringatan Puncak Hari Nusantara 2014 yang akan di hadiri oleh bapak Presiden Republik Indonesia.
Dalam perjalanan, kami berempat saling bertukar banyak cerita mulai dari hal serius hingga kekonyolan. Seperti kesepakatan kami bahwa 12 jam perjalanan akan juga di manfaatkan berhenti di beberapa spot menarik untuk sekedar mengabadikan moment dan diri kami sebagai team agar mengusir rasa bosan sepanjang jalan. Pemberhentian pertama adalah Rumah usang nan iconic yang terletak di kawasan real estes dan masyarakat menyebutnya rumah Gunung Kupang. letaknya menyendiri dan berada di atas tumpukan tanah yang tak tergerus, meski lahan sekitar telah rata karena pembangunan rumah tinggal.
Saat beranjak siang kami berhenti di rumah makan khas Banjar nan khas di daerah Banjar Baru, setelah itu berlanjut pada kunjungan ke Pendulangan Intan di Desa Cempaka. meski bergelar Desa, Cempaka terkenal sebagai lokasi pendulangan Intan terbesar dan terbaik di Kalimantan Selatan. Mendatangi lokalisasi Pendulangan Intan bagai melihat hamparan kekayaan bumi yang tak pernah habis. Meski beberapa bagian hamparan tanah telah berbentuk lubang lubang besar penggalian tetap saja di sisi lain masih memiliki potensi dan kandungan yang tak hanya batu akik atau permata, tetapi juga bongkahan emas dan berlian.
Setelah berbincang dengan pendulang, mengabadikan moment sekitar area pendulangan Intan Desa Cempaka, kami melanjutkan perjalanan. Pemberhentian selanjutnya dalah jajaran kebun Buah Naga yang terletak di desa Tanjung Pecah - Pelaihari - kabupaten Tanah Laut. Menyaksikan buah naga berwarna merah keunguan menyala di ujung dahan sungguh menyegarkan mata sekaligus memberi pengetahuan pada kami seputar buah naga terlebih kami bisa berbincang dengan petani langsung di lokasi. Sayang kami tak memakan buahnya. Tak apalah.
Perjalanan terus berlanjut. Honda CRV pinjaman dari Binuang beranjak pasti dengan kenyamanan tersendiri di sela jauhnya rute yang akan kami tuju. Bagai dapat suguhan terbaik dari sang pencipta, kami tersentak saat Halim yang duduk di bangku depan sebelah saya menyampaikan ada pelangi di sepanjang lana yang kami lalui. Kami pun berhenti sejenak di tanah lapang menikmati semburat warna tiada dua melengkung indah di langit biru bagai lukisan agung maha karya sang pencipta. Senangnya kami kala itu mengabadikan ragam warna pelangi. Ternyata tak cukup hanya dengan seuntai pelangi saja, beberapa saat setelah kami melaju, Halim kembali mengejutkan kami dengan pengelihatannya akan Pelangi Ganda yang muncul di posisi yang sama dengan pelangi sebelumnya. Ternyata kini pelangi melengkung dua lapis dengan gradasi warna sungguh mempesona. Tak hanya takjub kami lantas mengabadikan moment langka berupa pelangi ganda dengan selfie bersama. hahahhaha. kami merasa kehadiran pelangi ganda yang langka itu bagai hiburan yang Tuhan beri pada parjalanan kami. Tuhan tahu sekali bahwa kami lelah menyusuri jalan hanya karena mewujdukan rasa penasaran dan niat tulus untuk eksplorasi keindahan alam indonesia. tak ada yang lain. Pengalaman langsung lebih berharga dari kisah indah buku bacaan.
Hari beranjak malam, susana cerah sepanjang hari berganti gelap dan turun rintik hingga derasnya hujan mewarnai perjalanan. Kami masih menyusuri jalan memasuki Batulicin. Jalan landai tanpa lubang tanpa banyak kendaraan lalu lalang bersama kami. Musik dari CD CD persembahan Mba Donna sangat menghibur sedari pagi tadi terlebih CD Dendang Nusantara yang berisi 10 lagu lagu daerah Pulau Sumatera ; Aceh hingga Lampung luar biasa menghibur dan menyamangati plus menambah kecintaan kami sebagai bagian dari Indonesia. Nasionalisme itu lahir dari sebentuk CD lagu. Minim lampu penerangan sepanjang jalan. bahkan ada bagian bagian yang tak ada lampu jalan sama sekali. kami pun sempat tersesat salah sarah saat tiba di sebuah persimpangan yang tak ada penunjukarahnya. Kilat hadir beberapa kali di daerah yang tak kami ketahui namanya karena suasana semakin gelap tanpa lampu jalan. Beruntung Kilat yang hadir justru menyadarkan kami bahwa bagian kanan yang kami lalui ternyata adalah hamparan laut. Kami memutuskan berhenti di tengah rintik hujan pada sebuah warung pinggir jalan di dekat hamparan laut yang kami saksikan berkat hadirnya kilat. Lagi lagi kami yakin Tuhan membimbing arah dengan mengirimkan kilat sebagai ganti tak adanya penerangan lampu jalan.
Santai sejenak di warung makan sederhana malam itu lumayan melonggarkan urat urat tegang sedari pagi dalam perjalanan dari Loksado - Kandangan menuju Kotabaru yang entah berapa lama lagi. menikmati menu mie instan dan ayam goreng sembari bertanya tanya pada pemilik warung. ternyata kami masih butuh waktu sekitar 3 jam lagi. itu artinya tepat dini hari kami baru tiba di Kotabaru. " itu juga kalau lancar mas.." jelas mba pemilik warung makan pada kami.
Tiba di Batulicin kami menuju dermaga penyeberangan menuju Kotabaru - sebuah kabupaten baru di Kalimantan Selatan yang letaknya berupa pulau terletak terpisah dari daratan Batulicin. Pukul 10 malam kala itu, setelah membayar tiket penyeberangan 1 mobil ; 178.000, kami harus mengantri menunggu kapal ferry ukuran kecil. di beberapa bagian tampak pasukan loreng TNI dan pengamanan untuk event nasional Hari Nusantara terlihat. bahkan beberapa mobil pengangkut para anggota pengamanan di dahulukan menaiki kapal. ada pula kapal khusus bagi para bapak bapak berbaju loreng hujai pekat bersenjata itu. kami lalu merasa ada di daerah konflik berhias ragam sosok gagah angkatan bersenjata negeri ini.
Memasuki Kapal Ferry berukuran kecil, kendaraan diatur sedemikian rupa agar cukup muatan. saya, mba donna, mba evi dan halim memutuskan naik ke bagian penumpang setelah memarkirkan kendaraan pada posisi aman di bagian depan barisan parkir. tampak pula rombongan ragam provinsi dengan gaya bahasa perbincangan yang beragam di sekitar kami. Tujuan mereka sama dengan kami yakni menghadiri acara puncak Hari Nusantara tapi bedanya kami ingin lebih meng-Explore Kotabaru yang belum kami ketahui sebelumnya.
Hanya butuh 45 menit berlayar dari dermaga Batulicin ke Kotabaru tak lantas membuat perjalanan kami terhenti. Kami masih harus menempuh perjalanan darat menyusuri jalan aspal halus bak jalan tol ke bagian kota dari kabupaten Kotabaru selama 1 jam perjalanan. Meski jalan ber-tekstur baik sayang tak ada penerangan jalan. sepanjang jalan gelap gulita. hanya ada penunjuk jalan yang kerap berbelok, menanjak atau menurun tajam. selebihnya penerangan sesama pengendara jalan yang berjalan beriring menuju pusat Kotabaru.
Memasuki wilayah Kotabaru, kami pun masih belum tahu musti bermalam dimana. Berbeda kondisi ketika kunjungan kami ke Kandangan yang telah di fasilitasi oleh Dinas Pariwisata Kandangan - HSS pada sebuah hotel. di Kotabaru kami menghubungi mas Jun - rekan yang baru saya kenal di Labirin. Sayang mas Jun pun tak bisa membantu kami banyak karena ia pun tak punya banyak kenalan di Kotabaru, terlebih segala penginapan di Kotabaru telah penuh oleh seluruh tamu dari penjuru nusantara termasuk rumah warga yang full booking. Wajarlah, kawasan Kotabaru yang tak terlampau luas di datangi oleh seluruh pejabat dan jajaran staff dari seluruh Provinsi se Indonesia.
Sempat mendatangi kantor BANSARNAS untuk meminta informasi penginapan yang bisa kami tumpangi malam itu. waktu telah menunjukkan pukul 1 dini hari. kami masih mencari cari tempat bermalam untuk merebahkan diri seusai perjalanan panjang 12 jam. Kami pula sempat berfikir bermalam di Masjid atau Mushalla jika benar benar tak ada tempat bermalam. Aaahh... jika pengelana kami memang lebih unggul. akhirnya titik terang kejelasan tempat bermalam kami peroleh ketika kunjungan ke kantor Dinas Perhubungan yang masih buka dan seorang staff nya menawarkan kami bermalam di rumah warga dengan tarif 350.000 permalam untuk kami ber-empat. okelah. kami setuju meski untuk standard sebuah rumah harga itu cukup naik dari tarif biasanya dengan fasilitas seadanya. Tak apalah. yang penting kami dapat terlelap hingga pagi dan mandi menyejukkan diri dari jauhnya jarak tempuh.
..... Bersambung ....
Rumah tua diatas gundukan tanah yang tak ter-gerus - Gunung Kupang |
Saat beranjak siang kami berhenti di rumah makan khas Banjar nan khas di daerah Banjar Baru, setelah itu berlanjut pada kunjungan ke Pendulangan Intan di Desa Cempaka. meski bergelar Desa, Cempaka terkenal sebagai lokasi pendulangan Intan terbesar dan terbaik di Kalimantan Selatan. Mendatangi lokalisasi Pendulangan Intan bagai melihat hamparan kekayaan bumi yang tak pernah habis. Meski beberapa bagian hamparan tanah telah berbentuk lubang lubang besar penggalian tetap saja di sisi lain masih memiliki potensi dan kandungan yang tak hanya batu akik atau permata, tetapi juga bongkahan emas dan berlian.
Desa Cempaka - Pusat Pendulangan Intan di Kalimantan Selatan |
Setelah berbincang dengan pendulang, mengabadikan moment sekitar area pendulangan Intan Desa Cempaka, kami melanjutkan perjalanan. Pemberhentian selanjutnya dalah jajaran kebun Buah Naga yang terletak di desa Tanjung Pecah - Pelaihari - kabupaten Tanah Laut. Menyaksikan buah naga berwarna merah keunguan menyala di ujung dahan sungguh menyegarkan mata sekaligus memberi pengetahuan pada kami seputar buah naga terlebih kami bisa berbincang dengan petani langsung di lokasi. Sayang kami tak memakan buahnya. Tak apalah.
Perkebunan Buah Naga di Pelaihari - Kabupaten Tanah Laut - Kalimantan Selatan |
Perjalanan terus berlanjut. Honda CRV pinjaman dari Binuang beranjak pasti dengan kenyamanan tersendiri di sela jauhnya rute yang akan kami tuju. Bagai dapat suguhan terbaik dari sang pencipta, kami tersentak saat Halim yang duduk di bangku depan sebelah saya menyampaikan ada pelangi di sepanjang lana yang kami lalui. Kami pun berhenti sejenak di tanah lapang menikmati semburat warna tiada dua melengkung indah di langit biru bagai lukisan agung maha karya sang pencipta. Senangnya kami kala itu mengabadikan ragam warna pelangi. Ternyata tak cukup hanya dengan seuntai pelangi saja, beberapa saat setelah kami melaju, Halim kembali mengejutkan kami dengan pengelihatannya akan Pelangi Ganda yang muncul di posisi yang sama dengan pelangi sebelumnya. Ternyata kini pelangi melengkung dua lapis dengan gradasi warna sungguh mempesona. Tak hanya takjub kami lantas mengabadikan moment langka berupa pelangi ganda dengan selfie bersama. hahahhaha. kami merasa kehadiran pelangi ganda yang langka itu bagai hiburan yang Tuhan beri pada parjalanan kami. Tuhan tahu sekali bahwa kami lelah menyusuri jalan hanya karena mewujdukan rasa penasaran dan niat tulus untuk eksplorasi keindahan alam indonesia. tak ada yang lain. Pengalaman langsung lebih berharga dari kisah indah buku bacaan.
Welfie bersama Pelangi |
Pelangi Ganda, perembahan Maha Karya Pencipta di tengah 12 jam rute perjalanan kami |
Hari beranjak malam, susana cerah sepanjang hari berganti gelap dan turun rintik hingga derasnya hujan mewarnai perjalanan. Kami masih menyusuri jalan memasuki Batulicin. Jalan landai tanpa lubang tanpa banyak kendaraan lalu lalang bersama kami. Musik dari CD CD persembahan Mba Donna sangat menghibur sedari pagi tadi terlebih CD Dendang Nusantara yang berisi 10 lagu lagu daerah Pulau Sumatera ; Aceh hingga Lampung luar biasa menghibur dan menyamangati plus menambah kecintaan kami sebagai bagian dari Indonesia. Nasionalisme itu lahir dari sebentuk CD lagu. Minim lampu penerangan sepanjang jalan. bahkan ada bagian bagian yang tak ada lampu jalan sama sekali. kami pun sempat tersesat salah sarah saat tiba di sebuah persimpangan yang tak ada penunjukarahnya. Kilat hadir beberapa kali di daerah yang tak kami ketahui namanya karena suasana semakin gelap tanpa lampu jalan. Beruntung Kilat yang hadir justru menyadarkan kami bahwa bagian kanan yang kami lalui ternyata adalah hamparan laut. Kami memutuskan berhenti di tengah rintik hujan pada sebuah warung pinggir jalan di dekat hamparan laut yang kami saksikan berkat hadirnya kilat. Lagi lagi kami yakin Tuhan membimbing arah dengan mengirimkan kilat sebagai ganti tak adanya penerangan lampu jalan.
Santai sejenak di warung makan sederhana malam itu lumayan melonggarkan urat urat tegang sedari pagi dalam perjalanan dari Loksado - Kandangan menuju Kotabaru yang entah berapa lama lagi. menikmati menu mie instan dan ayam goreng sembari bertanya tanya pada pemilik warung. ternyata kami masih butuh waktu sekitar 3 jam lagi. itu artinya tepat dini hari kami baru tiba di Kotabaru. " itu juga kalau lancar mas.." jelas mba pemilik warung makan pada kami.
Tiba di Batulicin kami menuju dermaga penyeberangan menuju Kotabaru - sebuah kabupaten baru di Kalimantan Selatan yang letaknya berupa pulau terletak terpisah dari daratan Batulicin. Pukul 10 malam kala itu, setelah membayar tiket penyeberangan 1 mobil ; 178.000, kami harus mengantri menunggu kapal ferry ukuran kecil. di beberapa bagian tampak pasukan loreng TNI dan pengamanan untuk event nasional Hari Nusantara terlihat. bahkan beberapa mobil pengangkut para anggota pengamanan di dahulukan menaiki kapal. ada pula kapal khusus bagi para bapak bapak berbaju loreng hujai pekat bersenjata itu. kami lalu merasa ada di daerah konflik berhias ragam sosok gagah angkatan bersenjata negeri ini.
suasana memasuki Kapal Ferry ukuran kecil dari Batulicin ke Kotabaru |
Suasana dalam dek penunpang |
Memasuki Kapal Ferry berukuran kecil, kendaraan diatur sedemikian rupa agar cukup muatan. saya, mba donna, mba evi dan halim memutuskan naik ke bagian penumpang setelah memarkirkan kendaraan pada posisi aman di bagian depan barisan parkir. tampak pula rombongan ragam provinsi dengan gaya bahasa perbincangan yang beragam di sekitar kami. Tujuan mereka sama dengan kami yakni menghadiri acara puncak Hari Nusantara tapi bedanya kami ingin lebih meng-Explore Kotabaru yang belum kami ketahui sebelumnya.
Hanya butuh 45 menit berlayar dari dermaga Batulicin ke Kotabaru tak lantas membuat perjalanan kami terhenti. Kami masih harus menempuh perjalanan darat menyusuri jalan aspal halus bak jalan tol ke bagian kota dari kabupaten Kotabaru selama 1 jam perjalanan. Meski jalan ber-tekstur baik sayang tak ada penerangan jalan. sepanjang jalan gelap gulita. hanya ada penunjuk jalan yang kerap berbelok, menanjak atau menurun tajam. selebihnya penerangan sesama pengendara jalan yang berjalan beriring menuju pusat Kotabaru.
Memasuki wilayah Kotabaru, kami pun masih belum tahu musti bermalam dimana. Berbeda kondisi ketika kunjungan kami ke Kandangan yang telah di fasilitasi oleh Dinas Pariwisata Kandangan - HSS pada sebuah hotel. di Kotabaru kami menghubungi mas Jun - rekan yang baru saya kenal di Labirin. Sayang mas Jun pun tak bisa membantu kami banyak karena ia pun tak punya banyak kenalan di Kotabaru, terlebih segala penginapan di Kotabaru telah penuh oleh seluruh tamu dari penjuru nusantara termasuk rumah warga yang full booking. Wajarlah, kawasan Kotabaru yang tak terlampau luas di datangi oleh seluruh pejabat dan jajaran staff dari seluruh Provinsi se Indonesia.
Sempat mendatangi kantor BANSARNAS untuk meminta informasi penginapan yang bisa kami tumpangi malam itu. waktu telah menunjukkan pukul 1 dini hari. kami masih mencari cari tempat bermalam untuk merebahkan diri seusai perjalanan panjang 12 jam. Kami pula sempat berfikir bermalam di Masjid atau Mushalla jika benar benar tak ada tempat bermalam. Aaahh... jika pengelana kami memang lebih unggul. akhirnya titik terang kejelasan tempat bermalam kami peroleh ketika kunjungan ke kantor Dinas Perhubungan yang masih buka dan seorang staff nya menawarkan kami bermalam di rumah warga dengan tarif 350.000 permalam untuk kami ber-empat. okelah. kami setuju meski untuk standard sebuah rumah harga itu cukup naik dari tarif biasanya dengan fasilitas seadanya. Tak apalah. yang penting kami dapat terlelap hingga pagi dan mandi menyejukkan diri dari jauhnya jarak tempuh.
..... Bersambung ....
Ini perjalanan terpanjang selama kita di Kalsel ya Bang :)
BalasHapusPerjalanan terpanjang dan pada posisi mental Que serra serra, siap dengan segala kondisi di luar ekpektasi. The show must go on, 12 jam yang luar biasa....
BalasHapusPerjalanan jadi seru karena bersama kalian lho heheheh Up next lagi yaaa
BalasHapusPaling WOW itu saat ketemu double rainbow... kejutan yang ruarr biasa...
BalasHapusEh tapii anu bang... laper.. sarapan dulu ya... hahaha