Seusai mandi
kami bergegas melanjutkan rencana jelajahi kota Jogja kala malam. Pukul 7.30
malam kala itu. Suasana gerimis menyerang. Ada kekhawatiran suasana malam tahun
baru berhias hujan.
Tujuan pertama
malam itu adalah makan malam. Rencanan mengunjungi Raminten batal karena tutup.
Kamipun ke Shushi Kaki Lima di samping Plaza Galeria Jogja. Selama makan malam
di Shushi Kaki Lima hujan terus berangsur deras. Ditambah kemacetan dimana mana. Jelang pukul
11 malam kala itu. Lalu lintas Kota Jogja bagai tak bergerak. Ragam kendaraan
memenuhi jalan jalan utama dan tempat tempat penyelenggaraan event perayaan
malam pergantian tahun. Tampak semua orang tak ingin ketinggalan merayakan
pergantian tahun.
Mendekati pukul
00.00 kendaraan yang saya kemudikan tiba di lokasi Pasar Kembang – Kota Yogyakarta.
Dengan sigap saya memparkir kendaraan di areal parkir yang tak jauh dari
stasiun kereta api dan mengajak anak istri serta mertua berjalan kaki merapatkan diri dalam keramaian
yang telah meluas bak lautan manusia di sepanjang jalan Malioboro malam itu.
Letupan kembang
api menandakan pergantian tahun.
2015.!
Bahagianya saya melewati malam pergantian tahun bersama orang orang yang saya cintai. 3 anak dengan ragam karakter yang memperkaya sikap saya menghadapi mereka, sosok Istri yang super sabar dan tangguh plus sabar menghadapi tabiat saya yang cenderung keras. Dan tak lupa Ibu mertua representative orang tua yang juga selalu mendukung saya dan istri. Apa lagi yang kurang dalam hidup saya?. Tak ada alasan saya untuk tidak bersyukur pada Tuhan atas karunia besar-NYa bagi saya dalam hidup ini. Bersyukur selalu untuk segala pembelajaran yang telah lalu dan yang akan datang. Bersyukur untuk usia dan kesehatan serta kelimpahan bahagia.
Padatnya malam
di Malioboro berimbas dengan pemandangan orang orang tidur di depan toko
sepanjang jalan jalan dekat kawasan Malioboro sekitar jam 2 pagi hari. Saya
yang menyaksikan pemandangan tersebut saat menuju lokasi Kost-kost-an dimana kami
bermalam merasa miris. Betapa malam pergantian tahun bagai maghnet yang dapat
membuat orang melakukan apa saja demi menikmati moment meski harus resl tidur
di depan toko pinggiran jalan.
Dengan kondisi
kurang tidur saya dan keluarga memulai kembali perjalanan untuk menikmati
moment liburan di Jogja. Meski ada beberapa hal yang harus di ubah mengingat
kesehatan Ibu Mertua yang tampak kurang membaik. Sejak tiba di Jogja, Ibu
mertua muntah muntah dan badan panas. Rencana lanjut ke Solo harus di batalkan.
Jadwal pagi di mulai dengan pasar Beringhardjo. Istri saya tinggalkan di pasar
agar bisa leluasa berbelanja sesuai keinginannya sedang saya membawa ke tiga
anak dan mertua ke Museum Benteng Van Der Bergh yang bersebelahan dengan lokasi
pasar Beringhardjo.
Puas mendatangi
segala ruangan di dalam museum, kami melanjutkan perjalanan ke Keraton meski harus kecewa karena lokasi Keraton tutup tapi kemudian jadi senang karena kami bertemu dengan keluarga Mas Sammy dan Kania - Mamamia dan Pak Purwo (Pa'e). Ada juga warga Lampung di Jogja!. hahahah. Perjalanan berikutnya mengujungi candi Prambanan
sebagaimana keinginan anak anak. Rencana ke kebun binatang Gembira Loka pun
harus gagal karena pertimbangan kesehatan Ibu Mertua yang tak mungkin dapat
mengelilingi wahana dalam kebun binatang karena kondisi tubuh yang tak fit.
atraksi anak anak di panggung Prambanan. sungguh menghibur |
Selama di Prambanan, anak anak sangat antusias. Dan saya dilanda migren dengan kondisi tubuh yang rasanya limbung – mungkin karena nyetir berjam jam sejak beberapa hari lalu. Sekuat mungkin saya tahan sakit di tubuh demi mendampingi anak anak berjalan menikmati setiap sudut candi Prambanan. Setelah lama menapaki candi Prambanan saya mengajak anak istri ke Teater Pertunjukan Balet Ramayana - sebuah bagian terpisah dari lokasi candi. Memasuki lokasi tersebut dengan kondisi sedang dalam persiapan sebuah pementasan yang akan di gelar malam hari. Saya memesan secangkir kopi hitam pekat pada pelayan yang lalu lalang di lokasi pertunjukan. Sejenak saya duduk merebahkan badan di kursi kayu besar nan empuk dengan pemandangan panggung pertunjukan berlatar candi Prambanan membentang gagah nan anggun. Kala sedang menyeruput Kopi dan me-rileksasi diri tiba tiba ketiga anak berulah di atas panggung. Mereka melompat bernyanyi riang gembira bagai mempertontonan pertunjukan opera tanpa tema. Si Abang dan Koko – bujang pertama dan kedua bernyanyi kencang kencang ragam lagu daerah yang mereka pelajari dari CD Lagu Dendang Nusantara pemberian Mba Donna yang sepanjang perjalanan selalu di putar. Sedang anak gadis ku – Syara berjoged dan seolah menirukan gerakan balet yang gemulai meski asal. Ibu Mertua dan Istri tertawa terpingkal di sudut panggung sedang saya merasa terhibur dengan ulah spontan mereka. Ahhh…. Anak anak, mereka sungguh menggemaskan.! Tingkah polah mereka di atas panggung pertunjukan bagai sebuah suguhan yang menyulap rasa letih menjadi sebuah oase menyejukkan.
Setelah merasa rileksasi karena Kopi dan pertunjukan menghiburan anak anak di panggung opera tadi saya dan keluarga meneruskan perjalanan menuju Kota Jogja dengan berharap bisa menikmati ragam ke-khasa-an Jogja hingga malam sebelum akhirnya bergerak menuju Bandung. Dengan harapan sembari menuju jalan pulang dan dapat memberi efek sehat pada Ibu Mertua yang semakin lesu.
Pukul 21.00 WIB saya melajukan kendaraan menuju Bandung. Jalur Selatan saya pilih karena relative singkat dengan volume kendaraan yang tak terlalu banyak. Berharap terhindar kemacetan yang cukup padat. Beruntung selama perjalanan kendaraan yang saya kemudiakn sehat sehat saja. Tak sia sia sehari sebelum berangkat melakukan tune – up mesin mobil secara keseluruhan. Meski secara tak di ketahui plat mobil bagian belakang hilang dalam perjalanan menuju Jogja. Jadilah selama menjelajahi Jogja mobil tak ber-plat belakang dan mengundang perhatian banyak orang termasuk Polisi yang bertugas sepanjang jalan.
Menyusuri malam
rute Jogja – Bandung dengan kondisi gelap tak berlampu jalan di beberapa bagian
di tambah cuaca hujan lebat ketika memasuki Purworejo hingga Cilacap. Saya
sempat beberapakali berhenti di Pom Bensin maupun menepi sejenak di pinggir
jalan untuk keluar kendaraan meluruskan pinging atau hanya melelapkan kehendak
mata yang ingin tidur sejenak.
Pagi pukul 09.00 tanggal 2 Januari tiba di Bandung. Karena masih terbilang pagi saya dan keluarga memutuskan berhenti di Cileunyi untuk sarapan. Selepas sarapan kami menuju kesebuah Pom Bensin di jalur tol Cileunyi – Pasteur guna sejenak membilas tubuh, mandi dll. Sempat berkelilling beberapa bagian kota Bandung, bersantai di Ciwalk dan tak lupa menikmati kuliner khas Jawa Barat dan membeli panganan khas Bandung sebelum akhirnya saya kembali melajukan Avanza silver super kuat menuju Jakarta.
Di Jakarta
kami bermalam di Rumah Anton di Kalibata
dan bertemu dengan Fito yang juga sedang stay di rumah tersebut. Beruntung bisa
mberistirahat sejenak sebelum melajukan kendaraan kembali ke Lampung. Anak anak
sempat minta ke Dufan – Ancol keesokan harinya, meski harus di batalkan karena
kondisi kesehatan Ibu Mertua semakin tak membaik. Saya akhirnya memberi
pengertian pada anak anak yang tampak kecewa karena banyak spot favorite mereka
di Jakarta tak bisa di wujudkan dalam rentang waktu liburan mereka kali
ini. Setelah sesaat menghibur anak anak
ke Milepolis – Grand Indonesia, sebagai obat batal ke Dufan – Ancol dan Kota
Tua favorite mereka, kami melanjutkan perjalanan pulang ke Lampung dengan tak
lupa makan siang dan membeli obat di Rest Area KM 13,5 – Palm Square.
Sungguh moment
berharga dalam balutan tema liburan keluarga di penghujung tahun 2014. Terobati
sudah rasa rindu kebersamaan saya dengan anak istri yang terpisah selama 3
bulan sebelumnya dikarenakan tugas. Keinginan saya untuk membahagiakan anak
anak setidaknya tercukupi. Meski persediaan financial berkurang di
tambah kondisi tubuh yang pegal selama menyusuri rute perjalanan tapi segalanya
seimbang dengan kebahagiaan yang tercipta, terlihat dan terucap dari anak anak.
Sudah pasti budged berkurang tapi memori yang saya dan istri ciptakan
melalui perjalanan liburan keluarga tak akan pernah hilang bahkan sudah pasti
jadi bagian memori masa kecil anak anak yang akan terus mereka ingat kelak. Karena
mencipta moment indah tak harus menunggu kala kaya raya. Cara sederhana tapi
sarat makna. Begitulah tema liburan saya dan keluarga kali ini. Karena mencari
uang dalam rutinitas pekerjaan tak ada
habisnya. Tapi kala bahagia dan membekas dalam benak bahagia anak anak harus
sebisa-mungkin di cipta.
Sayang yah jauh-jauh datang Raminten tutup. Sengaja kali ya..Gak sanggup mereka bakal handle tamu. Hari biasa saja rame banget..:)
BalasHapus