…
tuntutlah ilmu sampai ke liang lahat…
Barisan
peribahasa itu seolah mengisyaratkan bahwa setiap umat di muka bumi hendaknya
mengerahkan segala kemampuan untuk terus belajar dan berbenah menuju kearah
yang lebih baik hingga akhir hayat.
Setiap
personal tentu mengupayakan diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Meski
tak dapat di pungkiri keinginan dan perwujudan kata ‘lebih baik’ seseorang
dengan orang lain tentulah beragam. Terkadang, seseorang harus melalui banyak
rintangan untuk mencapai tujuan yang ia tetapkan. Meski sebagain lagi cukup
melampaui hal hal ringan dan sepele saja sudah mendapat hasil yang ia inginkan.
Faktor penyebab kesuksesan seseorang pun beragam bentuk. Cenderung tak dapat di
prediksi.
Beberapa
waktu lalu, dalam sebuah obrolan ringan,
saya menyimak kisah dari Zaki Sanefal –
salah satu pemegang akun twitter @bandarlampung. Ia dan rekannya
telah mengelola akun tersebut sejak 2010. Ada banyak kisah panjang menyertai
perjalanan Zaki dan rekan dalam
mengelola akun twitter yang tak hanya menghadirkan serentetan informasi bagi
khalayak dunia maya saja tetapi juga menghadirkan manfaat lebih dalam sebuah
pengelolaan informasi online. Mewujudkan keinginan memberikan pelayanan
maksimal bagi para pengikut akun tersebut ternyata tak semudah pembicaraan
santai kala senggang. Tapi ada runutan kejadian dan perilaku yang segalanya
menuntut banyak konsekuensi, tak hanya keinginan semata tetapi juga kesediaan
untuk konsisten dalam menjalaninya.
Saya
kemudian tertarik untuk membahas kesediaan konsistensi dalam melakukan sesuatu
sesuai dengan passion.
Tahun
2003, adalah pertama kali saya terlibat dalam gelaran pemilihan Muli Mekhanai
Kota Bandar Lampung sebagai panitia setelah pada tahun 2002 saya ada dalam
jajaran finalist dan harus puas dengan gelar atribut ‘Mekhanai
Pariwisata’. Bagi saya, terlibat dalam bagian kepanitiaan kala itu adalah
sebagai bentuk dedikasi dari sebuah ajang yang setidaknya telah mengajarkan
saya banyak hal kearah lebih baik.
Tetapi,
kesediaan saya menjadi bagian dari ajang pemilihan duta wisata daerah di kota
Bandar Lampung itu tak hanya sampai di tahun 2003 saja. Tahun tahun selanjutnya
saya terus terlibat. Meski bekerja menjadi panitia dengan tugas yang bisa di
bilang ‘serabutan’ selama dua pekan hanya di bayar seratus lima puluh ribu
rupiah!!. Nilai rupiah yang jauh lebih
kecil dibanding dengan profesi saya sebagai penyanyi kawinan sekali tampil kala
itu. Tapi nilai honor kepanitiaan bukanlah hal utama bagi saya. Yang terpenting
adalah bagaimana saya dapat berbagi apa yang saya mampu kepada almamater yang
saya anggap berjasa membentuk diri saya menjadi personal yang lebih baik. Hanya itu.
Bersyukur
tahun tahun selanjutnya saya tetap di
percaya terlibat bahkan menjadi bagain dari tim kreatif bersama para petinggi
di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung yang merupakan
penyelenggara. Hanya tahun 2006 saja saya tidak terlibat sama sekali karena
event pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung di ambil alih pihak Event
Organizer (EO) yang pada akhirnya berujung pada ketidakpuasan Kepala Dinas
atas hasil dari beberapa personal dalam jajarajn pemenang.
Back
on the Main Track.!,
2007 saya kembali terlibat dalam jajaran kepanitiaan dengan tidak menggandeng EO
sebelumnya dan pelaksanaan pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung kembali di
kelola Dinas. Di tahun 2008 setelah selesai gelaran puncak pemilihan Muli
Mekhanai saya kemudian mengusulkan untuk melakukan pembentukan organisasi resmi
Duta Wisata Daerah di bawah naungan Pemerintah Kota Bandar Lampung. Setelah
melalui serangkaian tahap termasuk peng-konsepan
dan persetujuan banyak pihak, terutama kepala daerah, akhirnya ide saya untuk
mendirikan Ikatan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung yang di singkat IMKOBAL direstui
dan mendapat pengesahan dari bapak Walikota Bandar Lampung – kala itu Eddy
Sutrisno.
28
Oktober 2008, IMKOBAL resmi berbadan hukum dan menjadi yang pertama dan satu
satunya di provinsi Lampung (hingga saat tulisan ini dibuat) organisasi Duta
Wisata yang mengantungi Surat Keputusan (SK) dari kepala daerah (Walikota).
Bahkan hingga kini – kala tulisan ini saya buat, belum ada perhimpunan duta
wisata di provinsi Lampung yang resmi mengantungi SK Kepala Daerah
(Bupati/Walikota/Gubernur).
Jadilah
sejak 2008 – IMKOBAL berbentuk organisasi yang berbadan hukum dan memiliki
AD/ART serta aturan aturan yang mengatur segala kehidupan berorganisasi
termasuk keanggotaan didalamnya, meski pelantikan kepengurusan pertama baru di
lakukan pada Oktober 2009, setelah Februari 2009 saya resmi menjadi bagian
dalam lingkungan Pemda Kota Bandar Lampung.
Hingga
kini, IMKOBAL solid karena konsistensi memegang teguh aturan aturan yang telah
disetujui dan disepakati bersama sejak proses pendirian hingga pada proses
pelaksanaan dilapangan. Dengan beragam kegiatan yang di laksanakan sesuai
dengan empat bidang yang dinaunginya ; Bidang Sosial Kemasyaraatan, Bidang Seni
Budaya dan Pariwisata, Bidang Peningkatan Mutu dan Pendayagunaan Sumber Daya
Manusia serta Bidang Administrasi Kelembagaan. Dengan Visi dan Misi yang kuat
IMKOBAL bukan hanya organisasi yang mencetak SDM berkualitas dengan azas – azas
yang menaunginya tetapi juga memiliki program kerja yang nyata dengan capaian
capaian yang terlihat setiap tahunnya.
Proses
belajar tentu juga ada dalam tubuh IMKOBAL. Tak ada kata puas diri. IMKOBAL
sealu memberi sentuhan dalam proses pemilihan setiap tahunnya dengan sistem
audisi pada tahun 2010 hingga kini menghasilkan sosok sosok muli dan mekhanai
yang sesuai dengan standar kriteria penilaian yang di tetapkan.
Terlepas
perjalanan IMKOBAL. Saya pribadi tentu tak bisa luput dari perjalanan IMKOBAL.
Sebagai penggagas dan pendiri organisasi yang tak serta merta membuat saya pongah untuk
menjadi penguasa dalam tubuh IMKOBAL. Posisi Sekretaris Umum yang saya pegang
menunjukkan bahwa saya tak begitu berambisi menjadi Ketua Umum. Cukuplah saya
hanya sebagai konseptor dari segala yang terlaksana di lapangan dan di
praktekkan oleh setiap personal dalam tubuh IMKOBAL. Tantangan terhadap diri saya ?, tentu ada.
Bahkan hingga kini, banyak yang salah kaprah terhadap apa yang saya lakukan
terlebih menganggap saya terlalu dominan dan sebagainya. Padahal jelas jelas
IMKOBAL punya Ketua Umum yang tentu memberi arahan dan berfungsi lebih baik
ketimbang saya. Sentuhan kreatif yang diberikan oleh tim dalam tubuh IMKOBAL
tak jarang memancing reaksi negatif dari beberap pihak bahkan terang terangan
menganggap IMKOBAL hanya ajang gegayaan semata kala photo session menggunakan Batik Lampung
yang di kombinasi dengan jas modern – misalnya. Atau menganggap saya sebagai pribadi yang tak
layak di contoh, trouble maker dan tak memiliki kemampuan apapun. Jika mereka mampu mestinya mereka juga bisa
me-legal-kan perkumpulan yang mereka beri lebel organisasi dengan mengantungi
SK Kepala Daerah, kenyataannya – belum hingga kini. Bahkan setiap tahun
pemilihan selalu saja tersiar kabar bahwa saya menerima sogokan sejumlah uang
untuk kemenangan pihak tertentu. Tapi uniknya segala hal berhubungan dengan
sogokan itu tak pernah terbukti sampai kini.
Bagi
saya, apapun tanggapan orang tentang saya pribadi maupun IMKOBAL silakan saja.
Sah saja orang berpendapat. Hak setiap personal untuk berpendapat dan saya
tidak akan pernah melarang bahkan tak akan pernah menggubris hal tersebut. Tapi
tentu kewajiban saya untuk terus melakukan yang terbaik bagi diri saya maupun
IMKOBAL yang telah dengan upaya panjang saya bentuk dan dirikan hingga
dijalankan dengan SDM SDM unggul didalamnya. IMKOBAL besar karena SDM yang
loyal bukan karena Saya Semata.!. Pekara ada pembelot, itu sih biasa.! Tak
berpengaruh pada konsistensi dan kreativitas yang akan saya lakukan. Seleksi alam itu selalu
ada. Hanya pribadi yang kuat yang akan bertahan. Sama hal nya ketika seorang
Zaki Sanefal berujar banyak tentang perjuanganya bersama team menghidupkan
sebuah akun yang tak hanya eksis sebagai media online tapi juga memberikan
pelayanan pada mereka yang membutuhkan di tataran dunia maya. “Belajar konsistensi itu memang butuh kekuatan mental yang tak
cukup sebatas niat saja”. Saya memetik hikmah itu dari banyak pihak. Tak hanya diamini dalam pelaksanaannya,
tetapi juga termasuk kesediaan melampau rintangan plus cercaan dari beragam
pihak. Untuk IMKOBAL saya siap melakukan itu. Sama dengan kesiapan saya di caci
maki atau digunjingkan dengan banyak topik perbincangan. Silakan. Selagi saya
tidak minta makan dan minta uang dari mereka yang membicarakan tak akan pernah
saya hiraukan apa yang mereka bicarakan. Saya tetap melakukan segala hal sesuai track
saya, yang saya yakini akan berjalan dan
besar berbarengan dengan impian saya yang lebih besar lagi dikemudian hari. IMKOBAL bukan apa apa, tapi apa apa yang saya mampu bermula dari
IMKOBAL.
0 comments :
Posting Komentar