contoh, Selempang Duta Wisata Daerah. |
Pada gelaran RAKORNAS ADWINDO ke 3 Tahun 2012 yang lalu, di
tahap Diskusi Panel dari Pihak Kementerian yang di sampaikan oleh Pak Yabes ada
sebuah tag line yang cukup menggelitik.
Beliau sempat mengungkapkan bahwa Selempang yang di sandang dan melingkari
bahu hingga dada setiap para Duta Wisata di seluruh Indonesia itu adalah
gabungan dari sebuah kebanggaan sekaligus juga misi untuk melaksanakan bagian
dari apa yang menjadi tanggung jawab para juara tersebut.
Kebanggaan yang di maksud sudah barang tentu, kebanggaan
menjadi pemenang. Telah terpilih menjadi
pemenang dari seluruh sosok yang berlaga dan menjadi kompetitor selama
rangkaian acara berlangsung. Kebanggaan
karena melalui beragam tahap dalam sebuah kontes pemilihan icon atau duta
wisata di daerah masing masing atau di tingkat nasional. Kebangga ini pula lah
yang kelak akan menjadi alasan mengapa setiap juara harus sadar diri selalu
menggunakan selempang dalam setiap tugasnya. Karena dasar dari selempang bukanlah
bentuk dan corak atau tulisannya semata melainkan juga kebanggaan karena tak
semua sosok dalam lomba dapat memiliki selempang jika memang dirasa kurang
pantas.
Kata kedua yang tersirat dari sehelai selempang yang
disandang adalah Mission. Mission yang di maksud adalah Misi dari setiap
individu yang memiliki selempang untuk terus menerus berkarya dan bekerja
sesuai dengan tugas dari sebuah kompetisi tersebut. Layaknya kompetisi yang mengunggulkan
gabungan dari keindahan rupa, keunggulan kepribadian dan sikap, tentu misi yang
diharapkan adalah bagaimana menjadi sosok terdepan dalam bidang bidang yang
mencakup pada aktivitas khalayak ramai.
Kegiatan yang bersumber serta bermanfaat bagi masyarakat banyak tentulah
sangat di harapkan. Setiap pemenang yang
memiliki selempang tentu di harapkan dapat menjadi garda terdepan dalam
penciptaan kreativitas di lingkungan dimana ia tinggal dan berkarya.
Nah, jika seorang pak Yabes menyoroti bahwa selempang
bukanlah sebuah mainan tapi sebuah gabungan unik dan khas dari sebuah
kebanggaan dan misi. Kebanggaan akan seorang sosok yang unggul di banding yang
lain, serta misi untuk terus dapat menghasilkan karya. Tentu saja karya yang
bermanfaat bagi semua pihak. Tapi sayangnya saat ini tak sedikit dari para
pemenang beragam ajang pemilihan Duta Wisata di manapun yang belum memahami
arti dari selempang yang di sandang. Masih ada rasa malu dan gengsi menyematkan
selempang dalam setiap tugas yang semestinya ada rasa bangga kala mengenakannya. Ada pula sebuah kebanggaan yang di salah
artikan. Kebanggaan yang bisa jadi datang bukan karena dari perjuangan tapi
karena ‘sogokan’, sehingga wajar saja jika setelah menang tidak memiliki visi
dan misi untuk berkarya. Ajang berakhir, maka berakhir pula lah langkah untuk
berkarya nyata. Tak banyak dari setiap personal yang memahami betapa banyak makna tersirat dari selempang yang di
dapat. Meski itu bukan juara pertama, meski hanya juara predikat, atau hanya
sekedar finalis saja. Tapi selempang yang di peroleh adalah buah karya dari usaha
keras. Sebuah benda yang tak bisa di
ukur dari uang, meski harga selempang tidaklah mahal, dan semua orang pun bisa bebas membeli selempang
dan sekehendak-hati membubuhkan gelar apapun yang mereka mau. Tapi tentu bukan
itu makna sebenarnya dari selempang kemenangan.
Di lain pihak, Kebanggan dan Visi itu tentulah berbanding lurus
dengan sebuah pembuktian dari apa yang di niatkan. Maka tak heran jika banyak
sosok yang menghilang setelah ajang pemilihan berakhir, bisa jadi juga karena
mereka tak memiliki niat untuk mengabdi pada daerah dimana mereka mengikuti ajang
pemilihan. Layaknya ratusan lulusan sebuah Sekolah Menengah Atas atau Universitas, sudah barang
tentu yang masih memberi sumbangsing pada almamater hanya beberapa, selebihnya
tentulah hilang di telan zaman, atau bisa di bilang mati jiwa kala raga masih
hidup. Atau kisah lain para personal yang melakukan ‘koleksi’ selempang dengan
terang terangan. Ikut pemilihan di satu
kabupaten dan kabupaten lain, satu kota dan kota lain, tapi tak ada satu pun
karya yang ia berikan dan dedikasikan bagi tempat dimana ia mengikuti ajang
pemilihan tersebut. Tak ada yang salah
dengan hal tersebut. Yang salah adalah
ketika keikutsertaan dalam ajang pemilihan hanyalah ikut ikutan semata, tanpa
pernah tahu tujuan pasti dan jelas dari keikutsertaan dirinya sendiri. Sama
halnya dengan upaya pencarian ‘mata pencaharian’ dari ajang pemilihan. Atau
hanya jadi pelengkap saja.
0 comments :
Posting Komentar