Tante Una dan beberapa koleksi batik tulis khas Lampung |
... “ Batik adalah Mahakarya…”
“ Bukan hanya sekedar kain hasil
olahan saja tapi sebuah proses karya
yang melibatkan rasa. Pekerjaan hati.”
Kata kata penuh makna diatas membuka perbincangan saya siang itu. Terucap
dari sosok lembut keibuan yang tak hanya
berupaya mewujudkan niatnya saja tetapi juga telah menjadi pelopor bagi
kemandirian.
Tahun 1982, adalah kali pertama Ibu
Al Khusna mendirikan Yayasan yang
bergerak di bidang pendidikan taman kanak kanak. Berjalannya waktu, sebagai pendatang di bumi lampung ia tergerak
untuk membuat usaha batik khas Lampung dengan melibatkan banyak pihak yang kurang mampu
untuk dilatih menjadi bagian dari proses cipta batik khas Lampung. Pada tahun
1984, berbekal pemahaman dalam pembuatan batik dari orang tua yang merupakan
pengusaha batik di Solo, ia lantas menjadikan rumah tinggal dan yayasan yang ia
dirikan sebagai tempat usaha pembuatan batik.
Pekerja di Rumah Batik Siger yang sedang men-canting |
Perlahan upaya ibu Al Khusna mulai
di lirik pemerintah. Berbekal izin dari usaha dari pemerintah kota Bandar
Lampung, ibu Al Khusna kemudian mendapat bantuan program dari kementerian
perindustrian pada tahun 2008 melalui program life skill untuk membentuk
kewirausahaan desa, hingga ibu Al Khusna
memutuskan untuk membuat Yayasan Sari Teladan yang di pimpinnya menjadi lembaga
kursus – Lembaga Kursus Pelatihan (LKP) Batik
Siger . Tahun 2009 melalui Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan di beri bantuan kurus kreatif 50 orang pendidikan
kwirausahaan masyarakat pada tahun ini sebanyak 25 orang.
Segala program pendidikan dan
pelatihan yang dilaksanakan ibu Al Khusna melalui LKP BATIK SIGER dimaksud guna
memberdayakan kelompok kelompok masyarakat yang membutuhkan pelatihan yang
kelak diharapkan dapat melakukan penciptaan lapangan kerja sendiri minimal
melakukan proses membatik di daerah mereka masing masing. Para peminat program
pelatihan tak hanya masyarakat di sekitar rumah ibu Al kHusna saja, tetapi
berasal dari Tulang bawang, Kalianda hingga Lampung Barat. Besar harapan ibu Al Khusna agar para pembatik
yang ia ajarkan kelak dapat membuat batik khas kabupaten dimana mereka berasal
sehingga tumbuh kecintaan terhadap batik produksi Lampung. Selain itu, Ibu Al Khusna juga mendirikan
show room batik di bagian depan rumahnya, agar para pengerajin yang tadinya
telah dibina dapat memajang batik hasil olahannya di show room tersebut.
2 pekerja dari beberapa orang yang merupakan Tuna Rungu |
Menurut ibu Al Khusna tak semua orang berkenan
belajar membatik, karena proses panjang dan butuh ketelatenan tinggi terhadap
pengerjaan, selain kesediaan berhadapan dengan kondisi kotor dari proses
pencantingan, pewarnaan, dan sebagainya. Selain itu, daya beli masyarakat lampung terhadap batik tulis khas Lampung masih
rendah karena mereka belum memahami nilai dari batik tulis dan lebih memandang
harga ekonomis nan praktis dari sebuah batik yang dikenakan. Padahal batik yang
banyak di pakai kini tak semuanya batik. Karena batik yang sesungguhnya adalah
yang diproses dengan lilin baik melalui cap maupun tulis menggunakan lilin. Selain
itu bukanlah batik hanya tekstil bermotif atau printing. Itulah mengapa hargnya
jauh lebih murah dibanding dengan batik tulis atau cap.
Piagam UPAKARTI |
Piala UPAKARTI |
Dalam pengerjaan batik batik di
Rumah Batik Singer, ibu Al Khusna juga mempekerjakan mereka mereka yang
memiliki keterbatasan fisik, seperti tuna rungu dan penyandang cacat. Mereka dilibatkan
dengan tujuan pemberdayaan, agar mereka bangga memiliki karya dan kemampuan
membatik selain tetap mereka di bayar dan diperlakukan professional oleh ibu Al
Khusna.
“…saya ingin, batik tulis lampung
jadi tuan rumah di lampung.”
“…dan mereka yang membantu saya dalam
proses pembuatan batik tak semata mata pekerja tetapi mereka adalah sosok
pencipta karya seni.”
Demikian harapan ibu Al Khusna yang akrab di sebut Tante Una
siang itu.
Untuk upaya ibu Al Khusna dalam memberi
pelatihan pada kelompok kelompok masyarakat dari mulai dasar proses membatik
hingga pada pemberdayaan masyarakat sekitar dan melibatkan mereka yang memiliki
kekurangan sejak tahun 1984 lengkap dengan perjuangan ibu Al khusna secara
terus menerus dalam proses penciptaan batik khas lampung dengan penciptaan
motif motif khas lampung yang penuh filosofis itulah ia di ganjar penghargaan
UPAKARTI jasa Kepeloporan oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
pada tanggal 15 Oktober 2014 silam.
0 comments :
Posting Komentar