Golden Age pada anak adalah masa
dimana tumbuh kembang sempurna yang butuh pendampingan orang tua.
Demikian
setidaknya sepenggal kalimat yang pernah saya baca di sebuah buku.
Dulu,
di masa kecil, masih kuat dalam ingatan saya hingga kini, sosok Mama yang
selalu bersemangat 45 ketika ada perlombaan menyanyi, deklamasi, lomba menari
daerah, lomba pidato - pokoknya semua lomba
lomba yang menampilkan diri, menggunakan suara dan tampil di hadapan orang banyak. Dari semua lomba lomba
tersebut, Mama selalu membujuk saya untuk ikut serta. Tak semua bujukannya
berhasil. Seolah tak habis cara, Mama kerap mengiming-imingi saya dengan baju,
sepatu atau celana baru jika saya
berkenan ikut perlombaan yang ia sarankan. Kadang, Mama sering melakukan
‘tekanan’ ala orang tua pada anak nya. Tapi tidak ada tekanan yang kasar atau main
tangan. Semua yang Mama lakukan masih dalam batas normal.
Singkatnya,
semua hal yang dulu saya fikir percuma saja Mama lakukan ternyata berhasil.
Hasrat Mama yang ingin saya tidak canggung tampil di depan umum ternyata benar
benar berhasil. Saya ingat sekali bahwa Mama tidak pernah menargetkan saya
untuk menang. Mama, adalah sosok yang selalu mendorong saya untuk ikut
perlombaan demi perlombaan tetapi tidak pernah pasang target. Mama selalu
bilang ..”Mama mau lihat anak Mama keren di atas panggung.” – hanya itu kalimat
yang selalu ia tegaskan pada saya sebelum naik panggung.
Setidaknya
ketika beranjak besar, - SD, SMP, SMK, dan masa masa Kuliah, Saya bertransformasi
menjadi sosok yang berani diatas panggung pentas. Semua lakon panggung berhasil
saya lakukan karena ada jasa besar Mama sejak saya kanak kanak dulu. Sebelum
Mama berpulang kepangkuan ilahi pada tahun 2002 akibat kecelakaan motor yang ia
alami.
Kini,
ketika saya telah berkeluarga dengan tiga anak. Saya dan istri sepakat
bekerjasama membentuk pribadi dan mengarahkan bakat anak semenjak mereka kecil,
dengan metode yang lebih kekinian. Tidak begitu ‘keras’ bagai metode Mama
dahulu. Karena masa tumbuh kembang anak anak saya tentu berbeda jauh dengan
masa yang saya hadapi kala belia dulu. Dalam pemilihan kemampuan personal – mengingat
anak saya masih belia, saya dan istri lebih setuju membekali anak anak dengan 3
jenis keterampilan yang harus ada dalam tumbuh kembang mereka di masa golden
age. Semua anak anak saya pada masa dan tingkatan kemampuan mereka wajib
mengikuti les Keagamaan (Mengaji), Kesenian (les music – Piano) dan Olah raga
(renang, jogging, main bola, dsb). Pemilihan 3 bekal kemampuan personal pada
anak anak saya bukannya tanpa alasan. Unsur agama yang kuat sejak kecil
merupakan pondasi penting untuk kehidupan kelak. Saya sangat yakin bahwa
kegamangan dan kekuatan diri ketika bertumbuhkembang akan di tentukan oleh kekuatan
pondasi agama. Keimanan seseorang di perkuat oleh agama yang mereka anut.
Mengaji adalah keharusan bagi anak anak saya. Beruntung ada guru Ngaji – ust. Abi
Saiful yang berkenan datang kerumah untuk ketiga anak saya selama 3 kali dalam
seminggu. Selanjutnya, Les Piano juga
wajib di lalui oleh ketiga anak saya. Untuk Saat ini , - mengingat tingkat
kesiapan dan kematangan pada usia dan materi les hanya si Abang (putra sulung)
saya yang melakukan les Piano setiap hari Jum’at sore. Keputusan saya dan Istri
memberikan pendidikan musik pada anak dikarenakan anak anak harus di asah jiwa
sensitivitasnya. Memasukkan unsur
musikalitas pada jiwa anak memberi jiwa empati dan antusias yang cukup baik
ketimbang anak anak yang tumbuh dengan musik
yang tidak sesuai usia mereka sebagai anak anak. Tambahan kemampuan ke tiga
yang harus di miliki anak saya selain Mengaji dan Musik adalah Olah Raga. Untuk
yang satu ini, saya dan istri sepakat memasukkan Les Renang dalam daftar olah
raga anak anak selain kegiatan olah raga jogging dan main bola di weekend yang
senggang. Seminggu 2 kali cukup untuk kegiatan berenang.
Mengarahkan
kemampuan anak anak sejak dini adalah sebuah keharusan. Potensi anak musti di
gali dan kemudian di arahkan pada minat dan bakat masing masing personal. Saya
dan istri tidak sepakat jika anak di biarkan tumbuh naluriah saja. Karena anak
anak tak akan pernah tahu apa yang mereka butuhkan di masa mendatang jika kami
sebagai orang tua tidak membekalinya kemampuan sejak dini. Sama halnya dengan
kemampuan yang saya miliki kini adalah sebuah ‘lecutan’ terbaik yang saya dapat
dari sosok Mama yang hebat sejak saya kecil dulu. Mama benar benar pintar
mengasah dan mengarahkan bakat saya. Dan begitu pun yang akan saya dan istri
lakukan pada ketiga anak anak saya sejak mereka kecil. Saya sudah melihat
adanya bakat bakat serta kecenderungan minat tertentu pada anak anak saya sejak
mereka berusia 3 tahun. Sejak mereka bisa bergaya, bersenandung dan menunjukkan
gerak gerik yang atraktif.
Menjadi
orang tua yang mendidik anak secara
langsung tidaklah semudah teori di buku buku karya pakar professional. Tak
pernah benar benar sama antara teori dan prakteknya secara langsung. Karena
tidak ada sikap dan perangai anak yang sama satu sama lain. Saudara kembar
sekalipun. Mendampingi ketiga anak dengan memberikan kebutuhan kebutuhan mereka
bagai memberi warna pada selembar kertas putih. Warna warna tersebut kelak akan
ber-transformasi kearah positif selagi saya dan istri bersinergi dalam
membentuk pribadi dan kemampuan anak anak tanpa menggurui dan men-dikte mereka.
0 comments :
Posting Komentar