|
Sebagain View Pulau Balak - photo by. bang Rendra Utama |
Suasana
hening dan cahaya temaram Pulau Balak menyambut kedatangan saya dan
rombongan yang akan bermalam di Pulau tersebut. Keterlambatan pelaksanaan kegiatan membuat
kami juga telat tiba di kawasan pulau yang memiliki luas 14 hektar dan masuk
wilayah administrative kabupaten Pesawaran – Lampung tersebut. Suasana air laut pasang dengan deburan ombak
tenang begitu jelas di balik redupnya malam. Dengan perlahan dan penuh hati
hati saya dan rombongan yang berjumlah 30 orang menuruni kapal bermesin kecil
yang kami tumpangi dari dermaga Ketapang sejak sore. Dua jam perjalanan
berlayar di garis Pesisir Teluk Lampung, dimanjakan dengan Sunset dan suasana
gugusan pulau pulau kecil yang terbagi dalam beberapa titik menghias pelayaran.
Lelah seketika buyar kala mengetahui tujuan kami bermalam ada di hadapan. Meski
beberapa pihak merasa asing dengan Pulau Balak, tapi saya pribadi ini adalah
kunjungan ke tiga kalinya. Kali pertama menjajakkan kaki di Pulau Balak kala
bersama rekan rekan dari Jakarta – tak bermalam kala itu hanya datang pagi dan
kembali ketika Sunset hadir. Kali kedua ketika saya tergabung dalam team
Snorkelling dan Diving Team bersamaan dengan gelaran event Festival Krakatau
2014. Dan kali ini adalah kali ke tiga saya hadir menyambangi Pulau Balak yang
sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Hanya saja Pulau Balak tak begitu familiar seperti beberapa pulau yang berada tak jauh dari
Pulau Balak – Pulau Pahawang, Kelagian atau Tanjung Putus.
Tiba
di Pulau Balak malam itu kami langsung menuju sebuah Home Stay yang ukurannya
tak beda jauh dengan barak sebuah peristirahatan yang luas. Terdiri dari sebuah
koridor yang luas dengan kursi rotan sebagai sarana bersantai siapapun yang
bermalam disana. Dua kamar tidur ukuran cukup luas kami peruntukan untuk
beristirahat para Muli dan Mekhanai secara terpisah. Dibagian belakang, sarana
dua buah kamar mandi dengan ruangan luas bagai ruang makan yang kosong dan
dapat di alih fungsi sebagai tempat penjemur pakaian atau handuk basah sehabis
mandi. Tak berjauh jarak, di sebelah home stay yang kami tempati ada sebuah
bangunan terbuka dengan ukuran luas yang
juga dapat id jadikan tempat berkumpul atau sekedar rebahan. Di sebalahnya
terdapat rumah berukuran sedang yang di huni oleh sepasang suami istri paruh
baya dengan cucu mereka. Sepasang Suami Istri itulah penghuni setia Pulau Balak
selain beberapa anjing yang sepertinya di pelihara khusus guna meramaikan
suasana Pulau Balak yang sunyi.
Setelah
menaruh barang barang bawaan dan berbagi kamar antara rombongan pria dan
wanita, kami langsung melaksanakan shalat Maghrib berjamaah di imami oleh Bang Rendra tepat di koridor
home stay yang luas. Seperti itenary yang di kirim ke semua peserta yang ikut
dalam perjalanan bermalam di Pualu Balak bahwa perjalanan dan bermalam kali ini
jauh dari kesan mewah dan fasilitas wah. Seluruh peserta perkenan menerima
ketersediaan fasilitas yang memang terbatas di Pulau Balak.
|
Api Unggun Ala Kadarnya |
|
Ikan Bakar beralaskan Plastik Kresek |
|
Kebersamaan Muli Mekhanai dan Pemenang Photo Contest |
|
Lahapnya menyantap Ikan Kakap. |
Selesai
Shalat Maghrib berjamaah, masing masing menyiapkan diri, mandi dan bergegas
melaksanakan makan malam. Nasi bungkus lauk ikan yang di bawa sejak sore tadi
cukuplah mengisi kekosongan perut selama pelayaran yang ternyata membawa rasa
lapar. Sejurus kemudian mas Edi selaku owner RQ Tour and EO yang mendukung
program bermalam di Pulau Balak ini bersama rekan rekan Mekhanai mengangkut
kayu kayu dan beberapa batok kelapa untuk kemudian di susun jadi perapian. Tak
lama, semburat api unggun yang tercipta ala kadarnya sontak membuat seluruh
personal yang masih berada di home stay segera mendekat. Satu persatu duduk tak
jauh dari gundukan api unggun yang semakin lama semakin menjadi. Terjadilan
suasana keakraban antara jajaran Muli Mekhanai dan Para Pememang IMKOBAL Photo
Contest, di pandu pemba wacara Mekhanai
bablu dan Mekhanai Dani – sesi perkenalan personal pun terjadi tanpa ada yang
terlewati. Semua saling mengenal hingga akhirnya terlibat dalam games
yang dicipta berkelompok hingga suasana melebur tanpa ada pembatas dan gelak
tawa tercipta dari kebersamaan yang terjadi. Api unggun yang semakin mengecil
akhirnya kami manfaatkan untuk membakar Ikan Kakap dan Simba yang sore tadi
kami beli di perkampungan nelayan tak jauh dari kawasan Tanjung Putus. Beberapa
jagung dan ayam berbumbu yang sengaja di siapkan dari rumah pun di bakar. Jadilah suasana barbeque
sederhana di Pulau Balak yang sunyi.
|
Suasana Membaur antara Muli Mekhanai dan Pemenang Photo Contest |
|
Saat perkenalan setiap individu di depan Api Unggun |
|
Sesi perkenalan dan kebersamaan |
|
Sesi Games dan Hiburan dengan Musik dari Speaker Portable. |
Suasana semakin meriah dengan bebunyian
musik menghentak dari speaker portable yang di usung oleh RQ Tour and EO
komplit memecah kesunyian Pulau Balak malam itu. Sekejab jadi arena disko suka suka.
Suara gelak canda dan tarian tarian ala kadarnya membaur dengan malam yang
semakin temaram. Meski makan ikan bakar hanya beralas Koran dan plastik kresek
seadanya cukuplah menenangkan perut dan mencipta suasana keterbatasan yang jadi
moment mahal. Sebagai Muli Mekhanai
tentulah moment tersebut langka terjadi. Terasing di Pulau dengan fasilitas
terbatas, mau tak mau membuat setiap personal membaur dalam kebersaman yang
ada. Terlebih ketersediaan aliran listrik yang terbatas, lebih meminimalisir
personal yang autis gadget. Malam
semakin larut, satu persatu memisahkan diri keperaduan. Beralas kasur standard
dan kain pembungkus biasa. Beberapa masuk keruangan, ada yang tertidur di luar,
bermain kartu menghabiskan malam dengan beragam hukuman, hingga beberapa
mekhanai yang asik begadang di dermaga depan Pulau Balak hingga akhirnya
memutuskan berendam di air laut kala pukul 3 dini hari sebagai balasan susahnya
mata terpejam. Bisa jadi, moment bermalam yang meski hanya semalam tapi membuat
setiap personal dapat menghargai keindahan hidup dalam keterbatasan. Sebagai
sosok sosok Muli Mekhanai tentu ini adalah suasana baru. Suasana yang jauh dari
gemerlap dan ketersediaan fasilitas memadai layaknya di rumah mereka masing
masing. Tapi kondisi ini mengajarkan kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan
yang harus terus menerus di syukuri.
0 comments :
Posting Komentar