..." Indonesia memang masih banyak harus berbenah soal Pariwisata. Permasalahannya selalu sama, Transportasi yang tak memadai, tarif yang gak jelas dan pengelolaan yang seadanya. Sayangkan tempat secantik ini lebih nikmat dipandang dalam bingkai lensa dibanding aslinya karena salah kelola #syedih..."
Begitulah kutipan yang tertera pada akun Path Mba Donna - salah satu partner Trip Luar Biasa menyenangkan yang saya punya. Plus ada tanda #syedih di penghujung untaian kalimat seolah menjelaskan begitu dalam rasa batin mba Donna meski ia berada di hamparan Danau Ranau yang begitu tenang dan sungguh indah. Sama indahnya dengan objek berbaju hijau di separuh sisi lainnya. Aaahh... Mba Donna, sebagai sosok seorang traveller tentu Ia tidak main main dengan statement yang ia tulis di akun media sosial pribadinya itu. Terlebih, saya cukup memahami karakter Mba Donna sebagai seorang yang cukup terbuka dalam mengutarakan sesuatu. Tentulah statement yang ia bagikan itu bukan suatu khayalan atau rekayasa pemikiran belaka.
Merasakan secara langsung sebuah objek wisata memang terkadang membawa kita pada sebuah kesiapan untuk menerima objek wisata tersebut jauh dari harapan atau bayangan kita sebelumnya. Bisa jadi apa yang mba Donna rasakan tidak sesuai dengan kenyataan, meski secara visual tidak ada yang mengecewakan.
Sebagai rekan mba Donna yang juga bertugas di bidang Kepariwisataan - sebagai Staff taraf rendahan tentu saya tertarik untuk mengulas sedikit rasa batin yang menggurat tak lama setelah saya membaca statement di Path mba Donna tersebut.
Pengelolaan sebuah objek wisata tentu tidaklah semudah teori. Ada banyak pihak yang turut andil dalam penciptaan sebuah objek wisata yang memadai.
Pertama, dari sisi Pemerintah sebagai pembuat kebijakan sebuah objek wisata tentu butuh perencanaan matang hingga pengawasan dan kajian secara terus menerus. Objek wisata yang tata kelolanya dilakukan secara langsung oleh Pemerintah seyogyanya dapat menjadi bagian kecil dari reputasi karya jajaran dinas pemerintahan tersebut. Bicara Pariwisata tak dapat dengan mudah melepaskan keterlibatan sektor Pekerjaan Umum, Kebersihan dan Tata Kota hingga lingkup infrastruktur. Tak sedikit terdapat objek wisata luar biasa menarik tetapi tidak di dukung dengan infrastruktur jalan yang baik dan lancar untuk menuju ke objek wisata tersebut. Belum lagi masalah sarana dan prasarana yang tersedia di objek pariwisata. Celakanya, belum tentu pejabat atau Pemerintah daerah setempat pernah berkunjung ke objek wisata di daerahnya, jika pun pernah pasti dengan fasilitas kunjungan kenegaraan, pengawalan dan protokoler yang lengkap. Sehingga pejabat tidak merasakan apa yang pengunjung pada umumnya rasakan. Atau malah para petinggi daerah tidak pernah tahu dan mau tau atau bahkan menganggap objek wisata daerahnya tidak menarik sama sekali, dan bisa juga cenderung membanding-bandingkan keindahan objek wisata provinsi lain atau malah negara lain.! Edan.!!!. Tak heran jika pejabat daerah dan jajaran keluarga lebih bangga dan sungguh berkelas jika memajang photo pelesiran luar negeri. Hahaha.
Kedua, keterlibatan pihak swasta.
Tak jarang objek Pariwisata di sebuah daerah tersedia berkat upaya pihak pihak swasta. Pihak swasta cenderung lebih paham sisi industri dari sebuah objek wisata. Tak jarang objek wisata yang kepemilikan dan pengelolaannya dilakukan oleh pihak swasta cenderung lebih menarik banyak pengunjung karena mampu memberi sarana dan prasarana penunjang yang menjadi daya tarik lebih bagi pengunjung. Selain itu, pihak swasta memang cenderung bernyali kuat dalam hal permodalan dan investasi pada penyediaan sarana dan prasarana, karena hal itu merupakan bagian dari bisnis berkala yang menghasilkan laba.
Tetapi tak juga jarang di temui usaha bisnis objek wisata yang dikelola oleh swasta kerap meng-anak-tiri-kan masyarakat sekitar. Hingga kerap di jumpai hadirnya objek wisata di sebuah daerah tidak membawa kesejahteraan pada masyarakat sekitar karena swakelola yang mencakup segala aspek, tak hanya bagian wisata sebagai menu utama tetapi juga usaha waralaba dan pengadaan makan minum didalamnya. Tak ada yang salah dengan sistem tersebut, selagi memiliki porsi yang tepat. Wajar jika sebuah objek wisata berkembang pesat tetapi tidak dengan masyarakat sekitar yang tak kunjung mengalami kesejahteraan dalam kehidupan perekonomian mereka. Masih terekam dalam ingatan sebuah kawasan wisata berkembang tanpa melibatkan masyarakat sekitar yang seyogyanya mampu berjualan dan memetik hasil dari jumlah kunjungan ke sebuah objek wisata di kawasan tersebut. Sungguh menyenangkan melihat Warung Warung kopi atau penjaja beragam oleh oleh khas daerah setempat di pinggir jalan di sekitar objek wisata sama majunya dengan usaha swakelola objek wisatanya.
Ketiga, peran aktif seluruh lapisan masyarakat dalam penciptaan kondisi yang menyenangkan sesuai sapta pesona menjadi bagian yang juga tidak kalah penting.
Saya, Anda, dan Kita semua adalah bagian dari masyarakat yang merupakan pengguna sebuah objek wisata atau bisa jadi menjadi bagian dari masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan objek wisata favorite. Sejauh apa kita sebagai bagian dari masyarakat turut mendukung penciptaan objek wisata yang memadai ?, sudahkah kita sadar diri untuk membuang sampah pada tempatnya di tengah banyaknya aksi buang sampah sembarangan di objek wisata termasuk hobby coret coret tak penting pada objek wisata bagai perilaku manusia purbakala.
Jika saja segala aspek ; Pemerintah, Swasta dan Masyarakat bersinergi tentulah penuturan mba Donna - seorang tukang jalan jalan itu tentu tidaklah terjadi. Sungguh sayang jika objek wisata yang sejatinya mampu menjadi salah satu sumber pendapatan daerah justru di biarkan begitu saja.
Pemaparan yang menarik dari seorang Indra. Tanpa harus menghakimi salah satu pihak, kamu bisa memaparkan sebuah realita, analisis singkat dan sudut pandang yang jernih. Terlebih sebagai anak muda kreatif, juga seorang pejalan, pelaku sekaligus berdinas di sektor pariwisata tulisanmu mengingatkan bahwa urusan ini adalah pe er kita bersama. Thanks sudah mengulasnya, ndra. Semoga sinergi akan tercipta dan pariwisata Indonesia lebih baik ke depannya.
BalasHapusInsha Allah aku akan sharing pengalaman di sana lewat tulisan nanti. Btw... Ranau memang indah... luv it
Hehehehhe ia MBA Ranau Mempesona. Bak gadis virgin yang anggun dan berkelas hingga menyejukkan mata yang memandang. Cant wait to read Your words mba....
BalasHapus