Jauh sebelum saya mampu mengunjungi sebuah kota atau provinsi di Indonesia, saya kerap membayangkan suatu hari nanti bisa melakukan trip yang tidak hanya memenuhi rasa penasaran saya akan daerah yang saya kunjungi tetapi juga mendapatkan pelajaran berharga dari perjalanan yang saya tempuh. Ketika di sekolah menengah kala itu. Setiap pelajaran sejarah saya selalu berimajinasi dapat mengunjungi kota kota yang jadi bahasan dalam pelajaran tersebut.
Dan semangat serta keinginan kala SMA itu tetap terpupuk hingga kini. Hingga saat tawaran untuk melakukan trip ke Bengkulu pun saya terima. Meski sudah ke-tiga-kalinya dan harus mengemudikan kendaraan selama 16 jam!.
tampak telah menjadi passion saya menyukai aktivitas traveling. tak hanya jenis traveling menyenangka dengan penuh fasilitas. suatu traveling penuh tantangan dengan minim fasilitas pun saya suka.
Pagi buta, saya mengawali perjalanan dengan tujua provinsi Bengkulu, untuk misi menjadi bagian dari acara tahunan di provinsi Bengkulu - Festival Bumi Raflesia. Dulu, tak pernah terlintas dalam benak saya bisa mengemudikan kendaraan sampai ke Bengkulu dengan rute perjalanan yang tidaklah mudah. Tadinya saya fikir rute jalan ke Puncak - Bogor adalah rute berkelok yang menantang. Ternyata, rute ke Bengkulu lebih menantang ketimbang sekedar naik ke kawasan Puncak - Bogor. Selain itu, suasana alami dan hamparan hijau pepohonan adalah suatu hiburan mata yang gratis sekaligus menyejukkan jiwa bagi saya sang sopir.
Dengan avanza saya yang reot dan penyok di beberapa body. Pukul 7 pagi saya, dan 2 pasang Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung - Azmi, Anggita, Iren dan Karina memamtapka niat untuk menyusuri rute perjalanan yang tak main main. Bersama Ibu Tina - Kabid Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung yang jadi team leader perjalanan kami. Karena sudah yang ketiga-kalinya saya mengemudikan kendaraan ke Bengkulu, tidaklah terlalu asing bagi saya arah menuju Bengkulu.
Bermula dengan rute jalan melalui beberapa kabupaten di provinsi Lampung ; Pesawaran, Pringsewu, Tanggamus hingga menanjak di kawasan Sedayu - Tanggamus sampai pada membelah kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang di sambut antusias rekan rekan Muli Mekhanai. Maklum ini pertama kali mereka mendatangi langsung kawasan hutan lindung dan konservasi yang juga sekaligus paru paru bumi di provinsi Lampung itu.
Aktivitas mengabadikan diri di beberapa bagian penting setiap kawasan menarik yang kami lalui adalah kegiatan kami sepanjang perjalanan. Canda tawa dan gurauan sepanjang perjalanan pun tak terasa mengantarkan kami jauh melaju di jalan menuju Bengkulu. Hanya beberapa bagian di perbatasan antara bagian Utara pesisir barat - Lampung dan bagian selatan dari Bengkulu tampak jalan berlubang parah. Bagi saya tak ada sedikitpun perbaikan jalan sejak terakhir setahun lalu saya melalui rute jalan yang sama. entahlah, apa pemerintah berfikir jalan raya yang berguna bagi seluruh lapisan masyarakat atau kekuasan mereka saja. Melalui bagian jalan yang rusak parah terkadang miris melihat Sumber Daya Alam yang melimpah ruah tapi tidak di imbangi dengan Sumber Daya Manusia yang berkenan dengan cekat membangun daerahnya.
Memasuki bagian selatan provinsi Bengkulu, jalan raya nampak bagai wajah gadis belia yang mulus. sungguh kontras dengan bagian perbatasan. Selain itu, suasana pantai pantai yang di lalui garis Samudera Hindia terbentang indah di bagian kiri jalan kontras dengan hamparan perkebunan, perbukitan dan hunian penduduk di bagian kanan jalan. Suasana pedesaan dan aktivitas warga pun jadi pemadangan dalam perjalanan. hamparan rapih perkebunan warga desa menjadi tontonan seru di balik kaca kendaraan. Rute Bandar Lampung ke bagian perbatasan ujung utara dari Kabupaten Pesisir Barat - Lampung menghabiskan waktu tak kurang dari 8 jam dengan beberapa kali melakukan pemberhentian untuk makan siang, shalat dan buang air. Dilanjutkan dengan perjalanan 8 jam paruh kedua di mulai dari perbatasan hingga memasuki kabupaten di bagian selatan provinsi Bengkulu ; Manna, Bintuhan, Kaur, Tais, termasuk desa desa yang bergantian berbeda nama. Stamina kuat yang saya persiapkan sejak sehari sebelum keberangkatan tampa berguna dalam perjalanan yang butuh konsentrasi dalam mengemudi tersebut. Tak jarang kami menemui mobil mobil besar dengan muata menjulang harus emnghentikan kendaraan di bagian menanjak karena kelebihan beban muatan. Atau ada pula kendaraan yang harus menepi karena mengalami gangguan pada mesin kendaraannya. bersyukur dua hari sebelum berangkat saya melakukan pengecekan menyeluruh pada mesin kendaraan yang hendak saya kemudikan.
Secara keseluruhan, perjalanan menuju Bengkulu sungguh berkesan. Terlebih rekan rekan Muli Mekhanai bandar Lampung yang tak pernah saya fikir semula mampu dan berkenan melalui rute perjalanan yang takudah ternyata begitu kuat jiwa mereka. Meski sebenarnya mereka bukanlah sosok muda petualang. Tetapi kesediaan mereka sebagai bagian dari Duta Wisata Daerah lah yang berkenan menjadi bagian dari perjalanan ini. Terima kasih atas pelajaran berharga dalam perjalanan ini. Terima Kasih saya pada Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan maksimal Nya pada saya dan seluruh personal yang terlibat. Terima kasih juga pada keluarga saya yang mendo'a dan mensupports segala aktivitas saya. Termasuk keluarga dari seluruh personal Muli Mekhanai yag berkena melepas anak tersayang mereka untuk ikut bergabung dalam perjalanan bersama saya dengan segala keterbatasan fasilitas. Ini lebih dari perjalanan. Segala yang telah terjadi mengandung pejalaran. Belajar mengatasi diri dan menerima keterbatasan diri dan personal lain. Belajar menerima segala kondisi yang ada, menikmati segala ketidaknyamanan. Berdamai dengan diri dan lingkungan. Terlanjur diri ini menyukai aktivitas yang menambah pembelajaran dari dalam diri. Karena belajar tak hanya di bangku sekolah atau kuliah. terkadang aktivitas perjalanan dengan fasilitas sederhana dan cenderung terbatas memberi pelajaran berarti bagi pengembagan pribnadi yang lebih baik lagi. Amiin.
tampak telah menjadi passion saya menyukai aktivitas traveling. tak hanya jenis traveling menyenangka dengan penuh fasilitas. suatu traveling penuh tantangan dengan minim fasilitas pun saya suka.
Pagi buta, saya mengawali perjalanan dengan tujua provinsi Bengkulu, untuk misi menjadi bagian dari acara tahunan di provinsi Bengkulu - Festival Bumi Raflesia. Dulu, tak pernah terlintas dalam benak saya bisa mengemudikan kendaraan sampai ke Bengkulu dengan rute perjalanan yang tidaklah mudah. Tadinya saya fikir rute jalan ke Puncak - Bogor adalah rute berkelok yang menantang. Ternyata, rute ke Bengkulu lebih menantang ketimbang sekedar naik ke kawasan Puncak - Bogor. Selain itu, suasana alami dan hamparan hijau pepohonan adalah suatu hiburan mata yang gratis sekaligus menyejukkan jiwa bagi saya sang sopir.
Dengan avanza saya yang reot dan penyok di beberapa body. Pukul 7 pagi saya, dan 2 pasang Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung - Azmi, Anggita, Iren dan Karina memamtapka niat untuk menyusuri rute perjalanan yang tak main main. Bersama Ibu Tina - Kabid Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung yang jadi team leader perjalanan kami. Karena sudah yang ketiga-kalinya saya mengemudikan kendaraan ke Bengkulu, tidaklah terlalu asing bagi saya arah menuju Bengkulu.
Bermula dengan rute jalan melalui beberapa kabupaten di provinsi Lampung ; Pesawaran, Pringsewu, Tanggamus hingga menanjak di kawasan Sedayu - Tanggamus sampai pada membelah kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang di sambut antusias rekan rekan Muli Mekhanai. Maklum ini pertama kali mereka mendatangi langsung kawasan hutan lindung dan konservasi yang juga sekaligus paru paru bumi di provinsi Lampung itu.
Aktivitas mengabadikan diri di beberapa bagian penting setiap kawasan menarik yang kami lalui adalah kegiatan kami sepanjang perjalanan. Canda tawa dan gurauan sepanjang perjalanan pun tak terasa mengantarkan kami jauh melaju di jalan menuju Bengkulu. Hanya beberapa bagian di perbatasan antara bagian Utara pesisir barat - Lampung dan bagian selatan dari Bengkulu tampak jalan berlubang parah. Bagi saya tak ada sedikitpun perbaikan jalan sejak terakhir setahun lalu saya melalui rute jalan yang sama. entahlah, apa pemerintah berfikir jalan raya yang berguna bagi seluruh lapisan masyarakat atau kekuasan mereka saja. Melalui bagian jalan yang rusak parah terkadang miris melihat Sumber Daya Alam yang melimpah ruah tapi tidak di imbangi dengan Sumber Daya Manusia yang berkenan dengan cekat membangun daerahnya.
hamparan pantai di pinggir jalan di perbatasan Lampung dan Bengkulu |
Memasuki bagian selatan provinsi Bengkulu, jalan raya nampak bagai wajah gadis belia yang mulus. sungguh kontras dengan bagian perbatasan. Selain itu, suasana pantai pantai yang di lalui garis Samudera Hindia terbentang indah di bagian kiri jalan kontras dengan hamparan perkebunan, perbukitan dan hunian penduduk di bagian kanan jalan. Suasana pedesaan dan aktivitas warga pun jadi pemadangan dalam perjalanan. hamparan rapih perkebunan warga desa menjadi tontonan seru di balik kaca kendaraan. Rute Bandar Lampung ke bagian perbatasan ujung utara dari Kabupaten Pesisir Barat - Lampung menghabiskan waktu tak kurang dari 8 jam dengan beberapa kali melakukan pemberhentian untuk makan siang, shalat dan buang air. Dilanjutkan dengan perjalanan 8 jam paruh kedua di mulai dari perbatasan hingga memasuki kabupaten di bagian selatan provinsi Bengkulu ; Manna, Bintuhan, Kaur, Tais, termasuk desa desa yang bergantian berbeda nama. Stamina kuat yang saya persiapkan sejak sehari sebelum keberangkatan tampa berguna dalam perjalanan yang butuh konsentrasi dalam mengemudi tersebut. Tak jarang kami menemui mobil mobil besar dengan muata menjulang harus emnghentikan kendaraan di bagian menanjak karena kelebihan beban muatan. Atau ada pula kendaraan yang harus menepi karena mengalami gangguan pada mesin kendaraannya. bersyukur dua hari sebelum berangkat saya melakukan pengecekan menyeluruh pada mesin kendaraan yang hendak saya kemudikan.
rumah rumah warga sepanjang jalan dalam kawasan perbatasan |
Secara keseluruhan, perjalanan menuju Bengkulu sungguh berkesan. Terlebih rekan rekan Muli Mekhanai bandar Lampung yang tak pernah saya fikir semula mampu dan berkenan melalui rute perjalanan yang takudah ternyata begitu kuat jiwa mereka. Meski sebenarnya mereka bukanlah sosok muda petualang. Tetapi kesediaan mereka sebagai bagian dari Duta Wisata Daerah lah yang berkenan menjadi bagian dari perjalanan ini. Terima kasih atas pelajaran berharga dalam perjalanan ini. Terima Kasih saya pada Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan maksimal Nya pada saya dan seluruh personal yang terlibat. Terima kasih juga pada keluarga saya yang mendo'a dan mensupports segala aktivitas saya. Termasuk keluarga dari seluruh personal Muli Mekhanai yag berkena melepas anak tersayang mereka untuk ikut bergabung dalam perjalanan bersama saya dengan segala keterbatasan fasilitas. Ini lebih dari perjalanan. Segala yang telah terjadi mengandung pejalaran. Belajar mengatasi diri dan menerima keterbatasan diri dan personal lain. Belajar menerima segala kondisi yang ada, menikmati segala ketidaknyamanan. Berdamai dengan diri dan lingkungan. Terlanjur diri ini menyukai aktivitas yang menambah pembelajaran dari dalam diri. Karena belajar tak hanya di bangku sekolah atau kuliah. terkadang aktivitas perjalanan dengan fasilitas sederhana dan cenderung terbatas memberi pelajaran berarti bagi pengembagan pribnadi yang lebih baik lagi. Amiin.
Bagus infonya lebaran skrang saya lewat sini
BalasHapus
BalasHapusSabtu 2 Juli besok saya mau touring ke bengkulu motoran.
Banyak razia kah ?
Begal ?
Semua aman hanya harus berhati hati pada tikungan, tanjakan dan turunan tajam . Terlebih ketika memasuki kawasan taman nasional bukit barisan.
HapusSabtu 2 Juli besok, saya rencana mau motoran dari Lampung sendiri via Krui.
BalasHapusKondisi jalan aman ya ?
Razia atau Begal ?
Betulkah bandar lampung - bengkulu bisa ditempuh 10 jam dengan mobil pribadi?
BalasHapus