Mengajak anak anak mengenali langsung tempat tempat yang merupakan bagain dari sejarah |
…”Ayah
ada jadwal lagi gak, sore atau nanti malam?” tanya si Abang – Bujang pertama,
beberapa saat ketika saya tiba di rumah sehabis memandu acara akad nikah pada
pagi hari.
“gak
ada.” jawab saya singkat sembari melepas sepatu.
“kayaknya
cuaca cerah nih, Yah. Gak bakal ujan.” ucap si Koko – Bujang kedua.
Sebagai
Ayah, saya tentu tahu betul maksud dari pertanyaan bujang pertama dan penjelasan cuaca cerah dari bujang kedua.
“oke,
kalian ganti baju, ayah juga ganti baju, kita berangkat jalan jalan. Kasih tau
Bunda dan Yara.” ucap saya segera.
Sebagai
pekerja seni, saya kerap bekerja pada hari dimana anak anak justru sedang
libur. Sabtu dan Minggu adalah moment mereka tidak belajar di sekolah. Sedang
Sabtu Minggu bagi saya adalah waktunya bekerja sebagai penyanyi kawinan,
pemandu acara kawinan atau gelaran event lainnya. Maklumlah – upaya cari uang
tambahan buat anak bini juga. Hehehe.
Itulah
sebabnya ketika pada sabtu dan minggu lengang tiada job sebagai pekerja seni, menghabiskan
waktu bersama anak anak adalah pilihan terbaik.
Jadi,
pada Minggu siang itu – setelah memandu acara akad nikah dan sindiran bujang pertama dan
bujang kedua makan bersedialah saya membawa mereka berjalan-jalan menghabiskan waktu
dan menikmati kebersamaan.
Bagi
saya, Sebisa mungkin waktu luang pada akhir pekan dijadikan waktu yang berharga
untuk bersama anak istri. Mereka adalah sosok yang berhak dapat waktu luang
saya selain kegemaran saya bepergian sendiri atau bersama team travel blogger seperti minggu minggu sebelumnya.
Sebenarnya,
pada minggu siang itu, saya pribadi tak ada rencana khusus untuk mengajak anak
istri menghabiskan waktu bersama. Pukul 10.20 WIB kala itu. Hari Minggu yang
cerah. Awan putih terlihat indah bak kapas menggumpal diantara bentangan awan
biru nan syahdu.
Mengunjungi Resevoir Air di Jln. Imam Bonjol - Bandar Lampung |
Saya
mengemudikan kendaraan keluar gang rumah. Tak ada ide apapun dari istri hendak
kemana kami pergi. Anak anak pun sepakat
menyerahkan pada saya sebagai pemegang kemudi. Maka dengan segera saya mengarahkan kendaraan
menuju Jl. Imam Bonjol atau kawasan Gedong Air – begitu masyarakat Bandar
Lampung menyebutnya. Sebagai prIbadi yang ingin tahu. Saya penasaran pada
bagian dalam dari bangunan penampungan air yang ada di kawasan Gedong
Air. Jadilah anak anak saya ikut serta masuk bersama saya ke kawasan yang
katanya merupakan peninggalan masa lampau tersebut. Sayang, si penjaga
Reservoir Air tersebut tidak berada ditempat. Jadilah saya dan anak anak hanya
bisa mengelilingi luas bangunan yang memang tidak terlampau luas tersebut.
Sepertinya harus ada sesi khusus untuk saya melakukan interview seputar bangunan
yang konon berisi pipa pipa penyaluran air ini. Sungguh saya penasaran akan isi
bagian dalam gedung tersebut.
si Abang dan Koko melihat langsung bentuk Sumur Puteri yang merupakan salah satu tema cerita rakyat suku Lampung. |
Gagal
masuk kebagian dalam gedung reservoir air, tak membuat saya kehabisan akal
untuk menghibur anak anak berkeliling kota sekaligus mendapatkan manfaat kebersamaan
akhir pekan. Perjalanan saya lanjutkan
ke kawasan Teluk Betung melalui rute arah Batu Putu. Berhenti sesaat di Sumur Puteri
– sebuah Sumur yang melegenda dalam dongeng rakyat suku Lampung. Tak lupa
melihat kawasan wisata yang kelak akan dibangun pada tahun 2016 – kampung Kapal
De Brooh. Sangat berkesan.
Kunjungan
selanjutnya adalah Jembatan tua jaman Belanda. “Horeee”, ketiga anak saya bersorak gembira. Bisa jadi mereka
berfikir sebuah jembatan yang megah bergaya eropa sebagimana negara Belanda. Menyusuri kawasan Negeri Olok Gading dan
melaju ke bagian Kuripan – Teluk Betung Barat. Ketiga anak saya cukup kecewa
melihat kenyataan bahwa jembatan zaman Belanda yang saya sampaikan tidak sesuai
dengan bayangan mereka. Hahahah.
Kunjungan
ke Jembatan masa Belanda yang membuat anak anak menekuk wajah membuat Istri
saya mengusulkan untuk makan siang di warung Sate favorite kami yang sontak disambut gembira anak anak. Belakangan saya baru tahu bahwa ajakan makan
sate dari istri adalah upaya untuk mengalihkan kekecewaan anak anak pada jembatan
peninggalan belanda yang menurut imajinasi mereka bak jembatan kokoh.
Selesai
menikmati sate ayam, sop kambing dan pelengkap hidangan lainnya dengan lahap –
sampai saya lupa melakukan ritual photo, saking lezatnya. Hahahah.
Perjalanan
saya lanjutkan ke kawasan wisata bahari. Menyusuri kawasan Jl.RE.Marthadinata –
bagian Teluk Betung Timur berlanjut melalui kawasan jual beli hasil laut di
ujung Bandar Lampung – Lempasing hingga memasuki teritori Pesawaran dengan
wisata pantai beragam pilihan di bagian kiri jalan. Tinggal berbelok mengikuti
rute, pengguna jalan dapat singgah di pantai Sari Ringgung, pantai Mutun bahkan
Kelapa Rapet (KLARA).
Kemudi
pun semakin jauh. Tak disangka saya membawa anak istri memasuki kawasan Padang
Cermin – sebuah kecamatan yang cukup besar dan ramai plus memiliki beragam
potensi yang tak hanya bidang perkebunan tetapi juga kekayaan baharinya. Tak
lupa saya mengajak anak anak menikmati suasana asri pedesaan dan sungai jernih
di salah satu desa di Padang Cermin.
Photo bersama di kawasan TNI AL - Padang Cermin |
Selain
itu, saya dan keluarga pun menikmati waktu sore di kawasan TNI AL dengan
suasana sore yang menyenangkan. Ditambah tingkah polah anak anak selama berkendara mendambah gelak tawa. Beberapa kali saya menghentikan kendaraan di bahu
jalan ketika ada penjaja makanan, mulai dari pisang, durian, kerupuk kemplang
hingga ikan asin. Biasa – hasrat belanja istri saya pun terpanggil lihat benda
benda unik sepanjang jalan yang kami lalui.
Ketika
kembali dari Padang Cermin, saya dan keluarga pun sempat bersantai di bibir pantai dekat kawasan Pantai Klara. Disana
kami bisa menikmati suasana sore nan santai tanpa bayar layaknya masuk pantai
pantai lain. Mungkin karena letaknya di pinggir jalan jadi pengendara dapat
dengan cermat menghentikan kendaraan dan kemudian menikmati suasana pantai
dengan bentangan garis pesisir teluk lampung di bagian kiri badan jalan.
Sungguh moment sore yang menyenagkan bersama anak istri.
Nyaris
pukul 5 sore, saya mengajak anak istri menuju Bandar Lampung kembali. Tak lupa
sebelum kembali ke rumah, istri meminta singgah di Gudang Lelang – sebuah kawasan
jual beli ikan dan hasil laut lainnya di Bandar Lampung. Di Gudang Lelang,
Istri membeli beberapa hasil laut sebagai lauk makan malam nanti di rumah. Tak
lupa panganan ringan yang terbuat dari ikan seperti ; otak-otak, nuget ikan,
pentul ikan, dan jajanan khas yang terbuat dari ikan lainnya yang banyak di
jajakan di bagian pintu masuk Gudang Lelang.
Jalan
– jalan setengah hari yang berkesan bersama keluarga.
Secara
satu persatu kawasan yang saya kunjungi bersama keluarga nantinya akan saya
ulas melalui judul tulisan tersendiri.
Bagi
saya mengenalkan anak anak – yang notabene
masih dalam tahap pertumbuhan, pada alam dan lingkungan nyata adalah sebuah
keharusan. Ditengah padatnya jadwal saya sebagai ; seorang pekerja, penyuka
jalan jalan, pekerja seni, pelakon organisasi mengajak – kebersamaan dengan keluarga
dalam waktu dan suasana yang berkualitas adalah sebuah keharusan.
Sebagai
orang tua – saya dan istri, tak pernah kehabisan akal untuk mengenalkan anak
anak pada lingkungan. Ditengah banyaknya alasan keluarga modern perkotaan
Bandar Lampung masa kini, yang bingung untuk mengajak kemana anak anak kala
waktu senggang. Sungguh ada banyak alternatif kunjungan wisata di Bandar
Lampung atau beberapa kawasan yang jarak tempuhnya tidak terlampau jauh dari
pusat kota yang memiliki sisi edukasi berbasis alam yang dapat diperkenalkan
pada anak anak sejak dini selain hanya kunjungan ke pusat perbelanjaan, gaya
hidup modern yang serba glamour. Zaman semakin modern, teknologi makin canggih
tapi bukan berarti anak anak cukup
dihibur dengan gadget modern serba canggih. Semoga saya dan istri selalu diberi
waktu untuk memperkenalkan anak anak saya pada indahnya lingkungan dimana
meraka lahir dan dibesarkan termasuk memperlihatkan secara langsung betapa
indah dan memesonanya alam Indonesia
yang tak cukup sekedar diketahui melalui kecanggihan Gadget saja.
Aku jadi ingat dulu waktu kecil juga sering meminta diajakin jalan sama ayah bang, dan kalau berhasil rasanya seneng banget. Aku ingat pernah suatu hari aku minta diajakin ke pasar tradisional yg becek dan bau itu hanya karena mau jalan jalan sore sambil dibonceng sepeda sama ayah. Hahaha.
BalasHapusBaca tulisan ini, jadi inget videonya Yara nyanyi Bungo Jeumpa. Keren banget ges!!! Hahaha
sebagai Ayah, selalu ada kebahagiaan tersendiri ketika lihat anak anak ceria dan bahagia saat moment kebersamaan. Dan saya akan selalu menciptakan moment Bahagia tersebut meski lumayan 'jumpalitan' atur waktu. hehehehehe supaya kelak mereka mengenang memori indah kebersamaan tsb.
HapusYou are so sweet Kakak, as a husband and daddy. Proud to know you...
BalasHapusProud to know you too mba..... aku juga bangga banget bisa kenal mba Evi yang baik. biasalah mba. aku kan gak punya kenangan kebersamaan masa kecil bersama Ayah hehehe... (mba masih inget kisah ku kan?)...so sebisa mungkin selalu ada moment dengan anak anak disela jadwal kegiatan.
HapusLiburan keluarga memang selalu menyenangkan... Bukan kemananya, tapi kebersamaannya. Asal semua lengkap, mau pergi makan bareng di rumah makan dekat rumah pun bisa jadi sebuah momen super berharga
BalasHapusTerima kasih Brother.
Hapus