Buah Buni - kecil kecil berkhasiat. |
Kala
kecil, saya menyebutnya buah Uni – jenis buah biji kecil yang kerap saya
jadikan umpan dalam Sontokan – pistol mainan yang terbuat dari sebilah bambu
kecil. Buah Buni merupakan buah berbiji tunggal yang berkelompok dalam satuan
tangkai. Buahnya berbentuk kecil berwarna hijau pada awalnya dan kemudian
berubah menjadi merah hingga ungu pekat ketika matang dengan rasa yang manis,
kecut cenderung asam.
Di
kampung kelahiran saya, tidaklah sulit menjumpai buah Buni. Dengan pohonnya
yang besar, tinggi menjulang – nyaris sama dengan bentuk pohon mangga, mudah
dikenali. Kini – khususnya diperkotaan cukup sulit ditemui. Meski terkadang beberapa
kali saya jumpai buah Buni di pasar pasar tradisional.
Ibu Rita dan aktivitasnya menyiangi Buah Buni dari dedaunan seusai di panen sang Suami |
Disuatu
sore, secara tak sengaja saya bertemu buah Buni – ketika saya diminta bapak
mertua mengantar paket barang pada warung kelontongan seorang ibu bernama Rita
di kawasan Sukarame 2 – kecamatan Teluk Betung Barat. Karena saya tidak bertemu
langsung dengan si ibu warung, maka pria remaja penjaga warung – yang merupakan
anak ketiga ibu Rita mengantarkan saya ke rumah ibu Rita yang jaraknya tak jauh
berselang dari warung sederhana tersebut.
Saat
tiba rumah ibu Rita, ternyata ia dan anak perempuannya sedang menyiangi buah
Buni dari dedaunan dan tangkainya. Melihat buah Buni yang tak asing di masa
kanak kanak dulu, membuat saya ikut serta dalam aktivitas ibu Rita yang
berujung pada obrolan.
Aktivitas Ibu Rita dan Anak Perempuannya mengemas buah Buni di teras rumah. |
Sebagai
petani, ibu Rita dan keluarganya yang telah menempati kawasan Sukarame 2 sejak 25 tahun silam itu melakukan aktivitas bercocok tanam beragam
jenis tanaman kebun yang kelak hasil panennya akan mereka jual langsung. Mulai
dari jenis sayur mayur hingga buah buahan. Kebun ibu Rita pun tidak jauh berselang
dari letak rumah sederhana ibu Rita. Sore itu, sembari berbincang, saya seperti
kembali pada masa kecil yang sering memetik buah Buni langsung dari pohonnya.
Biasanya,
seusai dipanen oleh sang suami, tugas ibu Rita dan anak perempuannyalah yang
kemudian membersihkan buah Buni dari tangkai dan dedaunan sebelum akhirnya diikat
dan dijual ke pihak pengumpul hasil kebun di pusat kota Bandar Lampung.
“buah Buni, biasanya dipakai untuk rujakan
mas. Malah sering digunakan untuk obat juga, mas.” ujar ibu Rita ketika
saya bertanya seputar manfaat dari buah Buni.
Meski
berbentuk kecil, buah Buni memiliki khasiat yang besar. Ada kadar antosianin
yang tinggi dalam buah Buni yang berwarna ungu kehitaman itu. Terutama untuk
kesehatan pembuluh darah karena antosianin bekerja mengoksidasi kadar lemak
jahat dalam tubuh. Konon, buah Buni juga dapat mengurangi penyakit darah tinggi
dengan mengkonsumsinya secara teratur.
Dalam
literature yang saya baca, buah Buni mengandung
vitamin C, provitamin A, vitamin B1, Vitamin E, mineral, besi, fosfor, kalsium
dan juga serat. Selain itu buah Buni juga dapat menjaga kesehatan mata.
Buah Buni yang telah di ikat ikat inilah yang selanjutnya akan di jual ke pasaran. |
Sambil
membantu memisahkan rangkaian buah Buni dari dedaunan,sesekali saya mencicipi
buah Buni yang cenderung asam tersebut. Dalam sebuah tangkai, buah Buni kecil
bertumpuk dengan warna hijau muda yang sangat kecut, warna merah yang asam
pekat dan warna ungu tua yang menghadirkan sedikit manis meski tetap rasa asam
pekat mendominasi.
Ibu
Rita dan anak perempuannya terkekeh setiap kali melihat saya mengeluarkan mimik
wajah mengernyit kala mencicipi buah Buni. “udah
tau asem kecut, kok yo masih di makan terus, mas.” ucap anak gadis ibu Rita
sembari menoleh aneh kearah saya.
“meski asem kecut ada sedikit manis.”
sahut saya.
“sama dengan pacaran ya mas, meski sering
ribut ribut dikit, pasti baikan lagi.” seloroh ibu Rita sedikit melirik ke
anak perempuannya. Saya yang melihat gelagat
ibu Rita langsung tertawa ketika tahu ucapan tersebut ditujukan untuk si anak
perempuannya. Ada sindiran halus nampaknya. Si anak perempuan pun tersipu. Ada
gelagat malu yang ia tutupi dari saya.
Sore
terus beranjak. Saya berpamitan pada ibu Rita dan anak perempuannya setelah
merasa cukup lama berbincang santai sore itu.
“Sering
– sering ke sini, mas.” ucap si Ibu pada saya sebelum saya berlalu dari teras
rumahnya.
“inshaAllah,
bu.” jawab saya sembari menggenggam seikat buah Buni oleh oleh dari ibu Rita.
Tentu
saya akan kembali lagi. Ketika nanti ada waktu senggang. Terlebih keinginan
saya untuk mengunjungi area perkebunan ibu Rita secara langsung.
Duh, aku sudah lama banget gak ketemu buah buni. Dulu waktu kecil di belakang rumah nenek saya juga banyak buni. Tapi tidak dimanfaatkan. Berbuah kemudian dibiakan saja rontok sendiri. Padahal kalau diambil untuk pengasam masakan buni juga enak kali ya, Kak...
BalasHapusYeeeeyyy ternyata Kita sama yaaa Mba, punya kisah dengan Buah Buni hehehehhe btw Kalo Aku dulu tidak dimakan Tapi untuk umpan pistolan hahahahhah
BalasHapusmaaf mas kalo boleh tau lokasinya dimana ya atau di jual dmn ? saya butuh buah buni untuk penelitian skripsi mohon infonya ya :)
BalasHapusmaaf mas kalo boleh tau lokasinya dimana ya atau dijual dmn ya ? saya butuh untuk penelitian skripsi mohon infonya ya mas makasih :)
BalasHapusmaaf mas lokasinya dimana ya atau bisa tau lokasi pasar yg menjual buah buni ? saya butuh utk penelitian skripsi mohon infonya ya mas makasih :)
BalasHapusLucu nama nya..
BalasHapus