Rambutan Lebat beruntaian |
Volume
hujan dalam beberapa pekan terakhir semakin meningkat. Bahkan beberapa berita di televisi maupun
media cetak mengabarkan dampak dari derasnya hujan yang berimbas dilingkungan
warga. Beberapa orang mengurungkan
niatnya untuk keluar rumah dan berinteraksi dengan lingkungan karena cuaca.
Jikapun keluar rumah – pusat perbelanjaan, mall, café atau restaurant mungkin jadi pilihan terbaik.
Minggu
sore lalu – seusai menghadiri acara donor darah dalam rangka peringatan 3 tahun
Surya Maxima Photography berkarya, saya yang kala itu membawa serta anak anak
dan istri memutuskan untuk menuju kawasan Batu Putuk. Mendung memang telah
menghias. Namun karena ada tujuan yang harus terlaksana sore itu juga maka tak
dapat ditunda.
Sudah
sepekan lalu, anak anak saya mengajak mengunjungi kebun Ibung.
Ibung adalah sebutan ‘tante’ dalam bahasa
ogan. Ibung Mala – adalah saudara sepupu
mendiang Mama saya yang mengundang saya dan anak istri untuk bertandang ke
kebun miliknya.
Kebun
Ibung Mala sesungguhnya tak jauh,
meski saya tak pernah sekalipun bertandang. Terletak di jalan W.A. Rahwan
kawasan Batu Putuk. Sekitar 500 meter setelah Kebun Binatang Bumi Kedaton.
Tidaklah terlampau sulit untuk menjangkaunya dari pusat kota Bandar Lampung.
pohon rambutan di Kebun Ibung Mala. |
Meski
mendung terus menggelayut tidaklah menyurutkan semangat anak anak untuk
mendesak saya melajukan kemudi menuju kawasan Batu Putuk.
“cepet, Yah. Nanti hujan.” ujar si Abang
– bujang pertama berharap saya melajukan kendaraan lebih cepat.
“semoga nggak Hujan ya Allah.” sahut si
gadis bungsu seolah berdoa pada sang kuasa agar tak turun hujan.
“Gak papa juga lah hujan, asal kita sudah
metik rambutan banyak.” ujar si Koko – bujang kedua menimpali.
Tak
ingin anak anak kecewa atas keinginan mereka, saya pun mengendalikan kendaraan
dengan sigap menuju arah Batu Putuk. Lalu lintas tidak begitu ramai. Mungkin
tak ada yang tertarik menuju kawasan Batu Putuk meski tersedia beberapa pilihan
objek wisata alami yang menarik disana.
Rambutan yang dijajakan di depan kebun Ibung |
Setelah
melalui beberapa bagian badan jalan yang rusak selepas lokasi kebun binatang
Bumi Kedaton, kendaraan yang saya
kemudikan tiba di sebuah rumah sederhana yang letaknya persis di pinggir jalan
menanjak. Ada beberapa ikat buah rambutan yang digantung didepan pintu masuk. Terlihat
Ibung Mala dan Suaminya bersantai di
teras rumah.
Sebenarnya,
Kebun yang dimiliki Ibung Mala dan
Suaminya tidaklah terlampau luas. Namun cukuplah menjadi aktivitas mereka
sebagai pensiunan Pegawai Negeri Sipil.
“hiburan di masa tua.” – begitu Suami
Ibung Mala menganggap kebun mereka tersebut. Sehari-hari rumah sederhana
yang ada di areal kebun tersebut hanya ditempati oleh penjaga kebun saja. Hanya
pada akhir pekan atau hari libur saja mereka mendatangi kebun. Mulai dari
mengawasi pekerja yang menjaga kebun hingga memetik hasil kebun. Di lahan kebun
yang terletak dibagian belakang rumah sederhana tersebut tertata pohon coklat
dan beberapa pohon durian, pohon pisang dan pohon rambutan yang rimbun dan
berbuah lebat.
Anak anak menikmati moment mengambil langsung buah rambutan di pohonnya. |
Tak
butuh waktu lama buat anak anak saya menyesuaikan diri dengan lingkungan kebun Ibung Mala. Sejak melihat lebatnya
rambutan dari balik kaca mobil, mereka telah berteriak dan kemudian berlarian
gembira menghampiri pohon rambutan begitu mobil berhenti parkir di pinggir
areal kebun.
Ibung Mala dan Suaminya terkekeh melihat
tingkah polah anak anak saya yang kegirangan memetik buah rambutan langsung
dari pohonnya. Meski berpohon tinggi, beberapa buah rambutan di areal kebun
cukup landai untuk dipetik oleh anak anak. Hanya Abang – anak pertama saya yang
berani mencoba menaiki pohon rambutan – meski kemudian turun lagi karena tak
mampu menjangkau buah rambutan yang letaknya di ujung ujung dahan.
“Makanya sering sering kesini. Pada senang kan?..”
tanya Suami Ibung Mala mendekati anak
anak saya.
Anak
anak hanya mengangguk. Mereka asik memetik rambutan yang ranum menjuntai. Sambil
sesekali memakannya langsung.
“Seru, Yah.!!...” teriak si Abang dari pohon
rambutan yang terletak didekat pagar kawat pembatas kebun. Sesekali anak gadis saya meminta saya untuk mengambilkan
rambutan yang ranum, maklum jangkauan gadis bungsu belum mencukupi.
buah rambutan hasil memetik langsung di kebun |
Menurut
Ibung Mala, biasanya penjaga kebun
menjual rambutan dalam bentuk ikatan
atau kiloan. Dipasar harga buah rambutan mencapai Rp.5.000,-/kilogram.
“kalau ada yang mau beli sambil memetik
langsung juga boleh.” sahut bapak penjaga kebun Ibung Mala menimpali.
“seru juga ya tamasya metik rambutan.” ujar
si Abang – anak bujang pertama saya dengan polosnya seraya mengunyah rambutan
hasil petikannya.
Ucapan
si Abang – anak bujang pertama saya itu memang asal ucap, namun terlintas sebuah ide menarik dibenak
saya.
Si Abang yang membantu adik nya mengambilkan buah rambutan yang menjuntai landai. |
Saya
yakin, tak semua warga yang tinggal di Bandar Lampung selalu menjadikan pusat
perbelanjaan sebagai tujuan menghabiskan waktu bersama keluarga. Meski beberapa rekan saya yang juga memiliki
anak kerap kehabisan ide dalam mengisi waktu senggang khususnya diakhir pekan
bersama anak anak mereka. Tetapi sebagai orang tua tentu berkewajiban
menciptakan suasana yang tidak hanya menghibur untuk mengisi waktu senggang
anak anak tetapi juga memiliki kandungan edukasi. Sebisa mungkin saya
mengenalkan anak anak pada alam dan lingkungan. Mengajak anak anak ke kebun
binatang misalnya, atau perkebunan yang mendekatkan mereka pada ragam tumbuh
tumbuhan. Mengenalkan anak anak pada pohon dari buah buahan yang kerap mereka
lihat di pasar atau swalayan. Tak jarang saya temui – remaja masa kini, yang
tak mengenal bentuk pohon dari buah buahan yang mereka konsumsi.
Termasuk
tak semua anak mengenal pohon dari buah rambutan apalagi pernah merasakan
bagaimana memetik langsung buah rambutan dari
pohonnya.
cerianya anak anak diperkenankan memetik langsung buah rambutan |
Setidaknya,
usaha saya dan istri dalam mengisi waktu luang anak anak diakhir pekan dengan
membawa mereka ke kebun buah rambutan mampu mencipta suasana bahagia sekaligus
wisata keluarga. Meski musim hujan bukanlah halangan untuk membawa serta anak
anak dalam menikmati wisata berbasis alam dan lingkungan.
Metik buah rambutan langsung dari pohonnya bisa jadi pengalaman tak terlupakan untuk anak2 sampai masa tuanya. seru pastinya :)
BalasHapusbenar oom. anak anak senang. malah mintak lagi kalo nanti libur ehhehe
HapusSaya tertarik dengan artikel yang ada di website anda yang berjudul " WISATA PETIK RAMBUTAN DI MUSIM HUJAN ".
BalasHapusSaya juga mempunyai jurnal yang sejenis yang bisa anda kunjungi di Pariwisata Indonesia . Mari bersama-sama kita memperluas ilmu kita. :)