Jajaran Muli Mekhanai yang hadir saat Pawai digelar bersama saya dan kak Billy sebagai MC acara. Photo by Tegar Mujah - Radar Lampung |
‘MULI
MEKHANAI TAK BISA LAGU LAMPUNG’.
Begitu
judul besar yang terpampang di media Bandar Lampung News.
Meski
sebenarnya isi pemberitaan bukanlah sesuatu yang berkenaan persis dengan judul.
Headline penting bagi Bandar Lampung News, meski isinya tidak sepenuhnya membenarkan kalimat Judul. |
Siang
itu – Minggu, 22 Mei 2016. Seperti tahun sebelumnya, jajaran Muli Mekhanai
Bandar Lampung mendapat tugas hadir dalam gelaran Karnaval dan Pawai Budaya
dalam rangka event Begawi Bandar Lampung
dan HUT Kota Bandar Lampung. Hujan yang mengguyur
lokasi acara menyebabkan sound system
mengalami kendala. Saya dan kak Billy bertindak sebagai pemandu acara siang itu
sudah merasakan ada masalah pada microphone
yang kami gunakan. “kena hujan” begitu para teknisi belakang panggung berucap
singkat pada saya ketika saya tanya mengapa microphone
yang saya gunakan bermasalah.
Acara
tetap berlanjut. Bahkan hujan masih cukup deras ketika beberapa rombongan wal
melintasi panggung utama. Tetapi lama
kelamaan hujan mereda dan acara semakin meriah dengan semangat para peserta
pawai. Arak arakan peserta pawai berakhir.
Bapak Walikota dan jajaran berkenan menunggu keputusan dewan juri secara
keseluruhan termasuk menyerahkan piala sebelum beranjak meninggalkan tempat
acara.
Menunggu
juri memutuskan pemenang pawai, acara di isi dengan hiburan. Bapak Wakil
Walikota – M.Yusuf Kohar didaulat tampil pertama. Sayang penampilan beliau yang
pandai bernyanyi itu pun tak berlangsung baik karena beberapa kali sound system dan orgen mengalami
kerusakan. Ganggungan pada keluaran suara sound
system membuat pak Wakil Walikota tak nyaman dalam menyanyi. Lagu selesai.
Selanjutnya, pak Walikota meminta anak anak Muli Mekhanai tampil menyanyi. Sesuatu yang tak pernah terjadi. “Coba yang
menang Muli Mekhanai nyanyi lagu lampung.” Begitu Walikota membuka kalimat. Memang butuh beberapa menit bagi jajaran Muli
Mekhanai untuk menyiapkan tampilan mereka. Termasuk penyesuaian dengan sound system dan orgen yang sedang bermasalah.
Mekhanai Prasetya Wibisono – selaku juara 1 Mekhanai Kota Bandar Lampung 2016
maju terlebih dulu. Ia membawakan lagu Cangget Agung dengan suara sound system dan keluaran orgen yang tak
nyaman di telinga. Lagu Cangget Agung berakhir. Sesuai petunjuk pak Walikota,
selanjutnya Juara 1 Muli Kota Bandar Lampung 2016 – Feriska Anggrelita. Karena
tak hafal lirik lagu secara keseluruhan Muli Feriska membawa contekan lirik
lagu melalui ponselnya yang kemudian dilarang oleh bapak Walikota. Pak Walikota
menginginkan yang mampu nyanyi tanpa bawa teks. Tentu teguran tersebut membuat
beberapa jajaran Muli Mekhanai gelagapan. Meski kemudian ada beberapa orang
yang memang berbakat dalam menyanyi mampu menyanyikan lagu lampung tanpa teks.
Dari
20 orang Muli Mekhanai Bandar Lampung yang hadir dalam gelaran tersebut hanya 6
orang yang pandai menyanyi karena bakat mereka sejak awal ikutserta dalam pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung
adalah menyanyi. Selebihnya, tidaklah terlalu pandai menyanyi. Bukan tidak tahu
atau buta Lagu Lampung seperti judul pemberitaan. Yang menyanyi lagu lampung didepan
pak Walikota tanpa teks saat itu ada 6 orang dari 20 orang yang hadir.
Selebihnya mencoba bernyanyi dengan teks dan itu dilarang oleh pak Walikota
yang kemudian tersampailah beberapa kalimat yang sesungguhnya sebuah untaian
kata yang mengandung kritik dan saran membangun. Tidak juga ada keharusan gelar
juara dicopot seperti pemberitaan yang beredar di media. Ya, media memang butuh
tagline yang bombastis untuk menarik perhatian pembaca.
Sesungguhnya,
tidak ada yang salah dengan pemberitaan. Karena pemberitaan di media memang butuh
judul yang provokatif untuk menarik minat baca masyarakat. Meski isinya menurut
saya tidaklah terlampau sama persis dengan judul berita. Media online menyebutkan “Muli Mekhanai Buta
Lagu Lampung”, lalu media lain membuat judul ‘Kok Bisa jadi pememang, tak bisa
lagu lampung”. Bahkan harian Tribun Lampung membuat judul “Ditodong Lagu
Lampung Muli Mekhanai cari di HP”. Judul
judul yang menarik minat baca. Meski
jika disimak isi pemberitaannya, tetap
ada yang maju kedepan menyanyi lagu Lampung tanpa teks didepan pak Walikota,
selebihnya menyanyi dengan Teks. Tetapi reaksi masyarakat tentu lebih pandai
berkomentar soal judul ketimbang memahami isi berita. Begitulah kita. Pandai
membuat kesimpulan berdasarkan judul. Bagai membuat kesimpulan saat melihat
sampul luar tapi tidak berkenan memahami isi bagian dalam.
Muli
Mekhanai adalah gelar duta wisata daerah Lampung. Menjadi Muli Mekhanai tentu
harus memiliki multi aspek penilaian. Beberapa pihak berkomentar di media sosial
mempertanyakan kemampuan peserta hingga ada pernyataan jadi Muli Mekhanai itu
harus orang Lampung asli. Sebuah
pernyataan yang egois dan mungkin yang buat pernyataan lupa bahwa masyarakat
asli Lampung di provinsi Lampung hanya 20% selebihnya pendatang!. Selanjutnya para komentator handal di media
social mempertanyakan kinerja juri dan panitia atas terpilihnya jajaran
pememang. Yang mungkin tidak dipahami bahwa setiap personal yang menang memang
bukan berlatar belakang penyanyi atau pandai bernyanyi. Tapi bukan berarti
mereka tidak bisa menyanyi lagu lampung. Mereka bisa menyanyi hanya saja karena
bukan bakat mereka di dunia menyanyi jadi harus pakai teks. Tak ada yang salah
dengan menyanyi bawa teks kan?. Hanya saja pak Walikota memintanya tanpa teks,
tentu tidak semua mampu karena tidak semua Muli Mekhanai berbakat menyanyi.
Bukankah pemilihan Muli Mekhanai itu acara cari sosok Duta Wisata, bukan cari
sosok Penyanyi?.
Pemberitaan
meluas. Tak ada yang salah dengan pemberitaan tersebut karena bagi
saya dan rekan rekan Muli Mekhanai pemberitaan itu adalah kritik dan saran yang
membangun. Hanya saja memang media perlu menuliskan judul yang seolah olah
pukul rata ‘SEMUA’ Muli Mekhanai ‘TIDAK BISA’ Lagu Lampung. Hahahaha sungguh sebuah pernyataan yang sangat general. Hingga
anggota Dewan pun ikut berkomentar intelek tentang hal tersebut. Padahal belum
tentu si anggota dewan yang terhormat itu pandai menyanyi lagu lampung tanpa
teks. Media memang punya pengaruh
membentuk opini masyarakat. Karena memang ada media yang tugasnya menginformasikan
kekurangan ketimbang sisi baik atau prestasi yang telah dilakukan sebelumnya.
Sebuah cubitan yang manis dari Pak Walkot. Dan juga jajaran panitia. Besok2 syarat pendaftaran tambahkan bahwa calon Muli Mekhanai harus bisa menyanyikan lagu-lagu tradiaional Lampung ��
BalasHapusHehehe... ada2 aja euy.
BalasHapusBegitu memang, banyak orang masih cuma komentar dari sampul/judul doang, isi beritanya blm dibaca.
BalasHapusKita harus bisa memilah berita yg benar dan tidak benar. Jangan terhasut dengan judul karena itu hanya cara media menarik perhatian para pembaca. Tapi pahami apa yg sebenarnya terjadi Dan siapa yg terkait dalam berita tersebut. Ini sangat salah. karena muli mekhanai tidak hanya dipilih berdasarkan kemampuan menyanyi. Tetapi Juga para pemuda pemudi yg berprestasi dan layak menjadi seorang duta. apakah seorang duta harus pandai bernyanyi? Fikirkan
BalasHapusAku juga melihat beritanya bang. Miris juga. Jadi ingat pergelaran hal serupa di Palembang. Bujang Gadis Palembang, Bujang Gadis kampus Palembang dsb. Sebagaian juara malah berasal dari kota lain, tapi dengan keikutsertaan mereka menunjukkan kecintaan mereka terhadap daerah yang mereka tinggali sekarang.
BalasHapusTerlalu gegabah memang jika pak walikota menjustifikasi kemamampuan seseorang dari bakat menyanyinya. Memang itu indikator sederhana, tapi toh bukan satu-satunya kan?
Bahkan penyanyi profesional yang banyak memiliki album belum tentu lagi hapal semua lirik lagu yang ada di albumnya (katakanlah 10 album, masing 10 lagu), jika diminta nyanyi lagu yang nggak hits mereka pun butuh persiapan. Bukan berarti gak bisa tapi harus ada penyegaran.
Kasihan bagi para pemenang yang dibully. Toh dari awal itu bukan kompetisi menyanyi, kan?
Tetap semangat, ya buat para pemenang
nggk gegabah kok...karna muli meghanai lampung adalah remaja pria dan remaja wanita lampung ( bukan inggris ) dan kegiatan mereka disamping hal-hal lain, yang paling erat adalah seni budaya dan pariwisata jadi ? apanya yg gegabah hahaa
HapusAspek penilaiannya jangan hanya sekedar cakep, tpi juga smart dan cerdik
BalasHapusMencoba memberikan masukan....
BalasHapusAda benarnya masukan dari pak walikota lagu lampung bagian dari budaya... Mungkin adalah salah satu wajah budaya selain banyak hal lagi... Sebagai perwakilan putra putri daerah yang memang terpilih wajib menjunjung tgi nilai budaya dan produk asli lampung, selain bahasa indonesia dan bahasa inggris bahasa lampung dan sastra lampung perlu di pahami oleh setiap kontestan... Hal ini saya pikir sangat membangun supaya para muli mekhanai dan pemuda lampung termasuk saya sendiri dapat memahami sastra lampung dan budaya lampung jauh lebih dalam... Saya pikir jangan lah defensif... Teguran om walikota ini ada baiknya kok... SupayaMuli mekhanai dan pemuda lampung gak melupakan nilai budaya yg ada di lampung... Supaya seni budaya dan sastra lampung gak hilang ditelan arus
Saya berkaca pada diri saya sendiri sebagai orang yg lahir besar dan mencari nafkah dilampung hingga kini mungkin sedikit lagu lampung yg saya kuasai atau bahkan saya belum paham seni dan sastra lampung keseluruhan... Hal ini kritik yg bijak buat panitia... Dan peserta kedepan
Terima kasih Pak Rio atas masukkanya. memang tidak ada yang salah dengan teguran pak Wali. kami tidak mempermasalahkan. yang salah adalah kata TIDAK BISA, yang saya rasa kurang tepat untuk menggambarkan Muli mekhanai. karena kenyataannya Bukan TIDAK BISA, tapi sebagian yang hadir TIDAK HAFAL jadi harus lihat teks di ponsel masing masing. Toh Tidaklah masalah besar jika seseorang tidak hafal lantas harus dibantu dengan teks kan?....Lagipula mereka bukan Hasil dari ajang Lomba Nyanyi atau bukan profesi Penyanyi kan?.
Hapusmemang benar ga semuanya harus bisa nyanyi. tapi yg dimaksud adalah seharusnya paling tidak ada satu lagu lampung yg mereka hafal dan tau maknanya. begitu
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusPak Khairul, ada baiknya jika usia bapak masih masuk kriteria pemilihan, ikut pemilihan Muli Mekhanai Bandar Lampung 2017. jangan cuma bisa berkomentar. kalo anda punya kualitas mari buktikan kualitas anda dengan ikut kompetisi. Bangun tanah Lampung dengan karya bukan mencela dan menilai tanpa tahu dasarnya.
Hapus