Menikmati suasana Kampung Wisata Gedung Batin - Photo by +yopie franz |
Rintik
hujan menyambut kehadiran kami di Kampung Wisata Gedung Batin. Sebuah kawasan
yang ditengarai telah terbentuk sejak tahun 1800-an. Bahkan jauh sebelum itu.
Kedatangan
saya bersama Oom Yopie, Mba Katherin, Rian, Mba Dian dan Mba Rosana ke Gedung
Batin dalam rangka mengeksplorasi hal hal menarik di kabupaten Way Kanan. Salah
satunya Kampung Wisata Gedung Batin. Tak hanya kami, bang Yazed, Desva dan Heri
turut serta menemani kunjungan kami ke Gedung Batin sore itu. Berkisar 22 km
dari pusat kota Blambangan Umpu – Way Kanan, pengunjung dapat mengakses kawasan
Gedung Batin. Meski rute jalan yang dilalui tidaklah mulus seperti di pusat
kota, tetapi letaknya cukup mudah dijangkau baik oleh kendaraan roda dua maupun
roda empat. Kontur jalan berkerikil dengan hamparan perkebunan keret dan rumput
belukar sepanjang jalan menghias tujuan kami kala itu.
Kondisi jalan menuju Gedung Batin |
Tugu
sederhana yang dibangun pada tahun 2007 silam seolah menjadi penanda yang
menjelaskan keberadaan pengunjung di Kampung Wisata Gedung Batin. Lengkap
dengan prasasti tugu yang merupakan bagian dari peresmian Gedung Batin menjadi
Kampung Wisata oleh bapak Sapta Nirwandar.
Tugu Penanda Pengunjung berada di Kawasan Kampung Wisata Gedung Batin |
Bang
Yazed bergegas mengajak kami pada dua
buah rumah panggung yang letaknya di bagian kanan dari tugu yang kami jumpai
tadi. Dengan melalui jalan setapak, lebih kurang 40 meter kami melihat dua buah
rumah panggung dengan atap berbentuk segitiga yang seluruh bagain rumah
terbentuk dari kayu kayu tembesu berkualitas prima. Penghuni rumah pun penyambut dengan ramah
kehadiran kami sore itu. Beberapa anak anak belia berlarian dan mendekat ketika
kami datang. Bagai kehadiran tamu jauh, pemilik rumah dan anggota keluarga
mendekati kami. Saya langsung membuyarkan
pandangan pada dua rumah panggung yang gagah menjulang. Sungguh saya
mengagumi akan konstruksi bangunan dan gaya khas bangunan masyarakat Lampung
yang masih terpelihara hingga kini. Bahkan sang pemilik – yang merupakan
pewaris dari silsilah keluarga di Gedung Batin – pak Rajamin menjelaskan bahwa
dua rumah kayu berbentuk panggung yang
ada dihadapan kami kala itu berusia lebih dari 300 tahun!!!. Kekaguman saya
semakin bertambah ketika mendapat
penjelasan panjang akan kisah dibalik 2 rumah panggung nan kokoh yang
kami lihat sore itu. Suasana hujan tiba tiba turun deras. Aktivitas photo photo
– mengabadikan moment dan narsis bersama berpindah dibagian dalam rumah.
Suasana Rumah Panggung yang keduanya berusia lebih dari 300 tahun |
Wefie bareng dibawah rumah panggung disela hujan - photo by Bang Yandes |
Setelah
cukup puas mengabadikan diri berphoto bersama – meski sebenarnya masih ingin berlama-lama, kami melanjutkan
kegiatan sore itu di Kampung Wisata Gedung Batin. Bang Yazed mengajak kami ke sebuah rumah
panggung yang terletak pada bagian ujung kampung. Pak Ali – sang pemilik rumah
panggung yang kami datangi dan Istrinya
menyambut kedatangan kami. Suasana hujan semakin bertambah deras. Kopi dan teh hangat
disuguhkan oleh istri pak Ali dengan beragam camilan yang telah disiapkan bang
Yazed. Sesaat saya menatap lekat lekat wajah pak Ali dan istrinya yang begitu
bersahaja. Menerima kehadiran kami dengan penuh antusias dan bertutur banyak
hal seputar kehidupan kampung Gedung Batin lengkap dengan aktivitas
warganya. Guyuran hujan justru menambah
hangat percakapan akrab kami dengan pak Ali. Termasuk penjelasannya tentang
barang barang tua peninggalan orang tua yang diwariskan dan dijaga secara turun
temurun yang masih tertata apik dibagian dalam rumah panggungnya. Selain itu,
pak Ali juga memperlihatkan lada hasil kebun pribadi yang ia simpan di rumah. Jadilah ajang
photo photo semakin bergairah!.
Anak anak bermain dibawah rumah panggung |
Mba Rian dengan Lada hasil kebun pak Ali |
Sore di beranda rumah |
Setelah
hujan reda, bang Yazed mengajak kami melakukan aktivitas jalan sore kearah
sungai. Suasana desa yang lengang dengan aktivitas anak anak bermain di bagian bawah rumah
panggung diakhir guyuran hujan. Sungai
Way Besai menjadi pemandangan sore yang indah di antara perkebunan karet yang
rindang. Ajang photo photo tentu tak terelakkan. Terlebih letak jembatan yang
sangat sayang jika tidak diabadikan.
Hamparan Sungai Way Besai |
Hamparan Perkebunan Karet disebarang sungai Way Besai |
Jembatan penyeberangan akses warga Gedung Batin. |
Wajib.! Pose . |
Senja
beranjak keperaduan.
Malam
seketika datang. Kami bergegas menuju rumah pak Ali, setelah menghabiskan
sepanjang sore di sungai Way Besai.
Tawaran
Oom Yopie untuk bermalam di rumah pak Ali pun kami setujui tanpa ragu. Meski kami
tahu bahwa kami akan menghadapi suasana yang benar benar pedesaan. Tapi justru
itu yang membuat kami senang.
Hidangan Sederhana dengan citarasa Istimewa. |
Suasana Makan Bersama sembari bertutur banyak kisah. |
Suasana
malam semakin menarik. Lampu lampu rumah mulai benderang diantara gelapnya
suasana jalan tanpa lampu penerangan bagai dipusat kota. Aktivitas mandi
bergantian menjadi kegiatan kami selanjutnya. Kami harus sabar mengantri,
berbagi kamar mandi yang hanya satu dan letaknya dibelakang rumah panggung
dengan tanpa cahaya penerangan menuju kamar mandi tersebut.
Seusai
mandi, kami melanjutkan santap malam bersama dengan menu masakan rumahan yang
khas nan lezat persembahan istri pak Ali. Lagi lagi kami bahagia bukan kepalang
ketika menyantap sajian makan malam yang bercitarasa lezat dengan suasana rumah
panggung. Terbayang berada dalam kehidupan sederhana namun penuh kesahajaan.
Suasana malam Gedung Batin dari Beranda rumah Pak Ali. |
Suasana tidur kami - diabadikan oleh Mba Katerin +Katerina. S |
Beberapa
dari kami masih menikmati malam dengan bersantai di beranda rumah panggung dan
menikmati malam di kampung yang tak begitu banyak orang lalu lalang. Hingga kemudian ajang bertutur banyak kisah
hingga hal hal konyol pun terjadi diantara kami. Tanpa ada sekat seolah kami
begitu dekat. Bagai sebuah keluarga baru.
Suasana
malam semakin sepi sebelum akhirnya kami tertidur dengan kasur empuk pemberian
istri pak Ali.
KAMPUNG TUA PENUH CERITA.
Sesungguhnya,
Gedung Batin merupakan kawasan pemukiman yang awalnya merupakan contoh pemukiman
warga yang dibangun oleh penjajah Belanda.
Penjajah
berharap, bentuk dan contoh bangunan yang mereka prakarsai tersebut dapat diteruskan oleh para masyarakat
yang bermukim dikawasan Gedung Batin bahkan hingga beberapa desa yang
berdekatan dengan Gedung Batin. Demikian penuturan pak Ali dan pak Rajamin yang
saya tangkap pada pagi hari disela persiapan kami meninggalkan Gedung Batin untuk kegiatan kunjungan
berikutnya.
Obrolan pagi hari |
Pagi itu,
seusai beristirahat cukup, kami
mendengarkan penuturan pak Ali dan pak Rajamin yang telah bergabung bersama
kami. Saya pribadi telah jauh lebih awal menyimak pemaparan kisah pak Ali –
sang pemilik rumah ketika rekan rekan yang lain masih mandi dan berkemas.
Sarapan pagi semakin berarti dengan kisah kisah inspiratif yang dituturkan pak
Ali dan pak Rajamin sembari seruput Kopi.
Obrolan serius mba Rian dengan pak Ali - pemilik Rumah yang kami tumpangi bermalam. |
(dari Atas) pak Rajamin, Istri pak Ali dan pak Ali. Follow Instagram saya ; duniaindra |
Keberadaan
sungai Way Besai yang mengelilingi kawasan Gedung Batin menjadi oase kehidupan
dan menambah ke-khas-an Kampung Wisata Gedung Batin.
Perhatian
pemerintah daerah kabupaten Way Kanan pun semakin serius dengan Kampung Wisata
ini. Beberapa rencana yang tertuang dalan master plan berupa penataan Kampung
Wisata Gedung Batin menjadi kawasan wisata berbasis alam dengan komponen
pendukung dan infrastrukur yang memadai kelak akan diwujudkan Potensi Desa Wisata dengan kearifan lokal dan
kekayaan budaya Lampung nan agung sungguh merupakan daya tarik Gedung Batin
yang tidak akan didapat di kawasan lain.
Khasanah
kehidupan bermasyarakat dengan ritme yang alamiah adalah kekuatan yang dapat
disinergikan secara maksimal untuk kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana
penuturan pak Rajamin, bahwa dengan adanya kunjungan wisatawan ataupun warga
dari luar Kampung Gedung Batin diharap dapat memberikan keuntungan secara
langsung pada seluruh masyarakat yang tinggal di Gedung Batin dengan
keterlibatan dan peran aktif seluruh komponen masyarakat yang bertempat-tinggal
di Kampung Wisata Gedung Batin. Semoga.
… Simak pula kekaguman saya akan bentuk bentuk rumah yang ada di dalam
kawasan Kampung Wisata Gedung batin di tulisan selanjutnya.
Seru banget ya, sayang aku tidak bisa ikut ke sana karena waktunya berbenturan dengan yang lain. Padahal keren banget deh Lampung.
BalasHapuskalo ada mas Indra....pasti semakin chebokkkk daaahhh....semoga next ke sana lagi masss...
HapusAku kangen Gedung Batin... Kangen ngopi sambil ngobrol di beranda lagi... Kangen kalian semuaaaa :)
BalasHapusYooookkkkk dateng lagii yokkkkk heheheheh
HapusGila 3 abad usia rumah nya
BalasHapusliving Legend tu rumah mas...
HapusDesan ini penuh kesan, senang bisa merasakan bermalam bersama mas Indra dkk. Sebuah pengalaman istimewa yang tidak tiap saat dapat dirasakan. Menginap di rumah tua dengan suasana berbeda ala kota. Gelap gulita di luar rumah, minim sinyal, jangankan koneksi internet, untuk menelpon saja putus2... Ketenangan yang melenakan bagi saya. Tidak sibuk main HP, tapi sibuk menikmati kesahajaan ala desa... Pengalaman amat berharga :)
BalasHapusyesss.....kapan kapan dateng lagi yaaaakkk
HapusPertama kemari ngopi bareng tuan rumah, kemarin kemari bisa ngopi sore dan pagi bareng kawan2 yang kece bana-bana :D
BalasHapusSenang banget..!!
ke way kanan lagi aku ikut yaa Ooom.. hehehehehe
Hapus