Setelah
enam jam mengarungi laut lepas dari Gunung Anak Krakatau tanpa life jacket ditambah bonus adegan – adegan menegangkan kala
bersinggungan dengan cuaca dan gelombang laut yang memukau, akhirnya kami tiba di dermaga pantai Sari
Ringgung – itupun setelah ada evakuasi
penyelamatan dari nelayan dengan kapal kecil yang menemukan posisi kapal kayu yang
kami tumpangi. Sungguh kisah heroik perjuangan
hidup dan mati. Jika saja selamatnya kami dalam pelayaran merupakan sebuah
tantangan seperti di acara reality show TV ; Fear Factor atau Survival, tentulah kami akan dapat ratusan ribu dollar sebagai
imbalan dari ketegaran dan kemampuan
kami tetap bertahan hidup.
Hingga
ketika berada dalam bis yang akan
membawa saya dan rekan rekan blogger dari kawasan Sari Ringgung ke pusat kota
Bandar Lampung, saya masih tak sanggup membayangkan suasana horror 6 jam
pelayaran yang baru saja berhasil kami lewati. Jika semua yang kami lalui itu
adalah tingkatan dalam sebuah game,
tentu saja kami telah berhasil
menyelesaikan level tertinggi dari game yang bernama ; UJI NYALI.!! – yeeeyyy, kami masih hidup!!.
Sedang terjadi pembicaraan serius di meja sebelah - Oom Yopie mewakili kami. |
Dari
balik kaca jendela bis yang membawa saya dan rombongan, saya melihat jajaran
rumah penduduk yang sebagain besar telah tertutup rapat. Tak lagi nampak
aktivitas warga di pekarangan rumah. Beberapa pertokoan dan warung warung sepanjang jalan menuju Bandar Lampung telah tutup.
Pukul 23.45 WIB kala itu. – sesaat lagi
saya kembali ke wujud Upik Abu!!!.
Diam
diam perut menyampaikan pemberitahuan. “Ya,
- saya tahu Rut, kamu belum keisi kan?”.
“Oke saat lagi kita makan” – ujar saya menenangkan perut. Sempat disampaikan akan dapat nasi ketika tiba
di Sari Ringgung dan sempat menunggu beberapa puluh menit akhirnya harus
berubah rencana. “Kalian diajak makan”
ujar seorang pria didalam bis yang merupakan salah satu dari kru EO. – “Nah, Rut, akhirnya kamu akan dapat
makan!!!. Senangkan?.! Sabar yaa, Rut, bentar lagi kita makan, kok”. Saya sempat meminta bis berhenti di lapangan
korpri – Gubernuran, untuk mengambil mobil saya yang saya parkirkan di area parkir
depan gedung dewan dalam komplek Gubernuran sebelum nantinya saya bergabung
dengan rombongan lagi. Rian menemani saya menuju parkiran yang gelap. Sudah tengah
malam, tak ada orang lalu lalang selain Pol PP yang stand by di pos jaga. Untung mobil yang saya taruh sejak jam 6 pagi
itu masih pada posisinya.
Makan
bersama pun berlangsung.
EO
mengajak saya dan rekan rekan blogger termasuk Oom Yopie makan bersama di rumah
makan Puti Minang – jl.Diponegoro. Tentulah tak layak lagi disebut makan malam.
Sahur tepatnya. Tak apalah. Apapun nama
perjamuan yang berlangsung, setidaknya perut kami terisi. Meski beberapa dari
rekan tidak terlalu berselera menyantap
hidangan. Kamipun memesan teh hangat, - untuk menghangatkan bekunya jiwa kami selama
berjuang dalam pelayaran, hallaah!!.
Jika saja jamuan makan itu terjadi disiang hari, tentulah menu menu yang
terhidang sangat menggairahkan. Lauk pauk khas rumah makan padang sungguh
menggoda selera, tapi apa daya mulut tidak begitu beringas untuk melahap menu
menu yang terbilang lezat itu. Bahkan kuah soup
yang hangat pun tak lagi menyenangkan untuk dihirup.
Selama
jamuan makan berlangsung. Saya dan teman teman blogger berada dilain meja
dengan pihak EO. Beberapa kru EO – dan mungkin
ada si owner EO nya, duduk di meja
sebelah kami dengan Oom Yopie. Terlihat juga mba EO yang bergaya metropolitan yang
geol abis itu.
Saat
dalam bis, Oom Yopie memang menyampaikan agar ia pribadi yang nantinya akan bicara ke EO soal apa yang kami alami termasuk
kritikan untuk EO. Oom Yopie sepertinya tahu sekali bahwa emosi saya dan rekan
rekan tentu tidaklah dapat dibendung ketika menyampaikan isi hati secara
langsung pada EO. Sesekali saya dan beberapa rekan menguping pembicaraan Oom
Yopie dengan si petinggi EO. Ikut gabung bicara sungguh lebih menarik ketimbang jenis menu yang terhidang
didepan kami. Mba Rien yang memegang
kamera mengajak jajaran EO untuk photo bersama, namun ditolak. Alhasil mba Rien
mengambil gambar suasana perjamuan makan malam – eh makan sahur kami , itupun
beberapa orang EO memalingkan wajah, tak mau melihat kearah kamera. Mungkin ia
takut terpublish di media.
Ajakan
makan malam dari EO pada saya dan rombongan blogger tentu merupakan bentuk
kepedulian EO terhadap apa yang kami alami selama menjadi bagian dari Jelajah
Krakatau. Atas jamuan makan tersebut, saya pribadi mengucap terima kasih. Tapi sebagai
pribadi yang mengalami langsung runutan dari rencana yang di buat EO, saya tetap menyayangkan.
Karena jajaran EO tak mau diajak photo bersama seusai makan, maka kami photo dengan team EO sebagai latar photo |
Nama
besar EO dengan capaian meng-handle event
event besar skala nasional dan internasional bukan berarti matang ketika handle acara trip ke Gunung Anak Krakatau. Bisa jadi hebat untuk
handle acara pameran, expo hingga
konser artis mancanegara, tetapi perjalanan ke Gunung Anak Krakatau adalah
sesuatu yang lain. Meski permintaan maaf terucap, kejadian telah terjadi. Nyawa
saya dan rekan rekan blogger bukanlah mainan. Kesalahan dalam perencanaan
merupakan bukti bahwa EO memang belum begitu memahami medan yang akan dihadapi. Rundown
yang dibuatpun seolah hasil rancangan menerka-nerka. Ini semua pelajaran. Saya belajar
banyak dari kejadian ini. Jikapun kondisi ini harus kami terima sebagai
konsekuensi perjalanan gratis, tetaplah harus difikirkan keselamatan penumpang.
Kami bukan pejalan yang cengeng, tapi jika menyangkut nyawa tentu kami akan
bersuara lantang. Adakah manusia yang berkenan nyawanya dipertaruhkan dalam
rancangan perjalanan mengarungi laut lepas selama 4 jam perjalanan pergi dan 6
jam perjalanan pulang penuh tantangan cuaca dan gelombang laut pasang tanpa life jacket??.
Semoga
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif provinsi Lampung tidak menutup mata akan
kejadian ini. Meski yang mengalami hanya saya dan rekan rekan, yang hanya
penduduk biasa – bukan sekelik orang hebat – bukan keluarga pejabat – atau bukan
anak dari orang yang punya pengaruh – tapi memikirkan keselamatan nyawa manusia adalah hal krusial. Kejadian sedikit
ini tentu dapat jadi catatan dalam menentukan pihak pihak yang kelak akan
menjadi bagian dari perencanaan dan rangkaian event tahunan di provinsi
Lampung. Terlepas dari apa yang saya dan
rekan rekan blogger alami, Lampung tetap menyimpan banyak pesona menarik
sebagai destinasi wisata unggulan yang sangat layak untuk dikunjungi.
Sampe sekarang aku masih sulit mendeskripsikan perasaanku waktu denger si bapak di perahu bilang kita udah dievakuasi, Ndra :D
BalasHapus23.45... 15 menit lagi gak dikasih makan, mungkin kita semua bakal berubah jadi kodok :p
wwkkwkwkw...ya itu..bagai TKI selundupan...kudu di evakuasi karena kapal titanic kaam hahahahha....btw aku berubah jadi PATIN aja laahhh..
HapusWoow dah tayang aja series-nya. Warbiyasak. Kamu emang keren Om Indra.
BalasHapusmba Lina lebih kereeennn....kakak pejalan dan penulis senior aku....
Hapusterus kakak yang belain EO ngga diajak foto kak?
BalasHapusUdah masih sorga kali kalo gak mampir dulu ke rumah Firaun
HapusSeharusnya ya jika mmg hrs ada perbedaan treatment utk peserta tour, para bloggers yang hrs dpt "red carpet treatment" krn mereka" inilah yg setelah acara akan sibuk melaporkan suasana tour yg mereka ikuti melalui tulisan" mereka. Dengan kepiawaian skill menulis mereka pastinya mereka bisa mengundang banyak orang utk dtg dan mengunjungi Lampung yang indah serta anak gunung Krakatau. Dengan begitu tujuan diadakannya festival ini kena pada sasarannya. Sayang sekali penanganan acara yg kurang tertata rapi membuat para bloggers ketakutan dan sdh pasti kita" yg cuma org biasa ikut takut juga utk ikut the next festival :) Semoga para bloggers dr luar kota ga kapok ya Ndra dtg ke Lampung...
BalasHapusEO besar di nasional belum tentu bisa range event yang sifatnya jelajah alam. karena trip ke Gunung Anak Krakatau itu bukan pameran atau acara konser musik..heheheh...
Hapusserius, aku bayanginnya kayak kapal titanic.. teganya itu EO...hhmmm..
BalasHapusbtw, tulisannya enak dibaca, walaupun banyak, gak kerasa dilahap aja, tau-tau udah selesai ceritanya ^^
untung masih selamat mbaaa..hehehe..... Eo kurang tau medan mbaa mereka kira kayak nyeberang sungai
HapusIndraaaaa.... Bisa jadi novel ini pengalaman kalian! I never thought it will be like that..
BalasHapusNovel miris mbaaa .... Trip yang harusnya lancar malah bagai kompetisi uji nyali - yang bertahan hidup dia akan menang hahahahaha - Dyandra Promosindo lho EO nya - tahun. Tahun sebelumnya pakai EO lokal lancar lancar ajaaa malah jauh lebih bagus pelaksanaannya
HapusAku masih galau dengan hatiku yang terombang-ambing kapal. Ah entahlah menggambarkan suasana hatiku saat itu.
BalasHapusKalau gak makan semua berubah jadi kodok tuch bentar lagi hahhaa
aku sih dah berubah jadi setan wkwkwkwkwkwkwk
HapusOh mereka ada minta maaf ya bang? aku gak denger. Aku sih nunggu ya momen-momen kita berpisah saling bersalaman dan ada permintaan maaf, ya yang nggak resmi-resmi banget tapi paling nggak adalah hehe.
BalasHapusYang lebih ditunggu lagi sih permintaan maaf dari pihak-pihak yang menuduh kita semua mengeksklusifkan diri. Bener-bener bikin sedih. Tapi ya sudahlah, Tuhan maha adil.
Minta maafnya via Oom Yo, kalo ke kita mereka takut kena semprot hahahah --- sudahlah EO gak akan kepake lagi tahun depan. Mending EO lokal ajaaa kayak tahun kemarin gak ada masalah dengan trip Krakatau - soal yang bilangan kita eksklusif biarkan saja - toh aku gak kenal - tapi kalo sampe ketemu muka lagi bakal aku tanyakan langsung heheheheh
HapusApapun kejadiannya, aku ga kapok ke Lampung! hahahahahahaha
BalasHapustentu. aku pun gak kapok mau explose sebanyak banyaknya
HapusIkutan melongo pas baca status tentang terombang-ambing di lautan tanpa life jacket. Masa ngundang tamu (blogger) tapi dibiarkan tegambuy. Yang menghandle EO besar dari daerah lain tapi bikin warga Lampung ikut nggak enak hati juga. Semoga tahun depan penyelenggaraannya lebih oke, nggak perlu EO skala nasional, kalau EO lokal aja bisa lebih profesional ya pakai yang lokal aja.
BalasHapusyaaa gitulah. EO nasional gak jaminan bisa handle hal hal lokal. malah kadang miss. buat rundown asal terka.
Hapusitu siapa yang pake kaos kutang biru? EO juga? wah.. mereka nyesel gak mau berfoto sama ketua cheboxx..
BalasHapusaaahhh... aku justru Nyesel liat mukanya...be tatto tatto...tapi Jiwa dan mental kerdil...menang Belagak!!.. Tanggungjawab NOL...gede nama EO tapi buat plan trip aja gagal total.
HapusSaya suka banget paragraf pembuka tulisan ini. Seharusnya sanggup menyentil pihak EO yang sembrono... Alam tak bisa diduga, :(
BalasHapusSaya pribadi ikut bersyukur semua telah pulang dengan selamat. Walaupun saya tetap berharap ada tindak lanjut atas kelalaian si EO..
terima kasih mas atas perhatiannya. yaa begitulah EO, terkadang range sesuatu tanpa memperhatikan kondisi riil di lapangan... buat rundown saja seperti hayalan negeri dongeng. hehehe
Hapus