Walking Street - Street Style Dancer |
“…kita
meeting nya sambil ngopi yok!” sahut
mba Ika – sesaat setelah tugas sepanjang hari usai
“…cari
tempat yang asik lah..”lanjut mba Ika
kemudian.
“ke
Walking Street aja.”timpal mba Ana.
Walking Street ?, saya kok dengarnya seperti judul lagu Elvis Presley yaa?!. Hhmm – maklumlah saya kan belum pernah ke Thailand –
terlebih Pattaya.
Yang
saya tahu di Pattaya banyak wanita palsu. Alias dulunya lelaki dan kemudian
berubah wujud menjadi wanita cantik. Lebih cantik dari wanita asli lho.! Please, jangan salah cari pasangan yaa… Hahahah.
Video saya dan teman teman menikmati naek mobil angkot khas Pattaya
Setelah
diskusi dan tim SoulStories formasi lengkap kumpul dimuka hotel, kami memutuskan
untuk menuju kawasan Walking Street. Pukul
22.30 kala itu. Mengingat jumlah kami berenam, tidaklah muat dengan taksi kota
biasa, kami pun memutuskan untuk naik angkutan khas Thailand. Berbentuk mobil
dengan bagian belakang terbuka beratap
terpal dan berteralis besi ringan pada bagian kiri dan kanan badan mobil. Sekilas
seperti angkutan pedesaan di pedalaman Indonesia. Okelah. Sesekali memang kami harus mencoba
sesuatu yang khas dari kawasan yang dikunjungi. Lagi pula ke negeri orang hanya
tidur di kamar hotel saja, ya buat apa?, mending diam dirumah saja, tak usah ke
luar negeri. Mumpung di negeri orang, saatnya lihat dan tahu secara langsung
kondisi kawasan. Terlebih menjajal suasana
malam yang tentunya bisa jadi bagian dari kisah perjalanan.
bentuk mobil khas Pattaya yang kami coba |
bagian depan Walking Street. |
Meski hujan pengujung tetap ramai |
Sebenarnya,
ajakan meeting mba Ika bukanlah sesuatu yang serius. Mba Ika – bahkan hampir semua
dari kami ; mba Sari, mba Anna, Al, bang Alex dan Saya – berniat mengurai hal
hal negatif dan yang mendatangkan penat
setelah seharian penuh dan beberapa hari sebelumnya berkutat dengan padatnya rutinitas.
Terkadang, menyenangkan diri sendiri
juga perlu lho!. Selama hal yang dilakukan positif dan tidak merugikan banyak
pihak, yaa, tak ada salahnya kan?, hehehe.
Jadilah
malam itu, meski hujan gerimis datang sejak sore, tak mengurungkan niat kami
berenam untuk sedikit merileksasi diri dan melakukan kegiatan tambahan diluar
dari jadwal yang telah tertulis.
mengabadikan kebersamaan ditengah rintik hujan |
Setelah
tawar menawar harga dengan sopir angkot,
dan disepakati harga 300 bath, kami berenam diantar menuju Walking Street. Ternyata,
dari posisi hotel dimana kami bermalam, kawasan Walking Street terbilang
jauh. Terletak di Pattaya Second
Road – atau bagian selatan dari kawasan Pattaya. Walking Street sendiri
merupakan kawasan hiburan malam yang terkoordinir dengan baik. Begitu tiba di
kawasan Walking Street saya melihat ada screen LED besar tergantung dibagian
depan kawasan seolah menjadi gapura selamat datang pengunjung. Lampu lampu bagian
depan setiap bangunan menambah semarak suasana malam. Musik hingar bingar datang
dari beragam bangunan yang secara terbuka
menawarkan hiburan malam. Mulai dari hiburan bernyanyai lagu Thailand, mandarin
hingga Go Go Bar yang menjajakan beragam jenis musik ajojing hingga sajian penari
super seksi. Area Walking Street yang
konon mencapai luas satu kilometer itu nampak padat dengan beragam jenis
hiburan malam hingga beragam gerai café, bar dan diskotik.
Aksi ABG Street Style di tengah guyuran hujan
Sembari
berlari kecil dan menyelematkan diri dari rintikan hujan, kami berenam mengikuti
badan jalan utama Walking Street. Layaknya pusat hiburan malam bernuansa
jalanan, Walking Street benar benar memberi ragam pilihan hiburan malam segala
kasta. Mulai dari Diskotik kelas sosialita hingga Bar ala kadarnya dengan sajian hiburan sederhana.
hangout time at Kafe - enjoy Ice Coke and Juice |
Karena
tak kuat berjalan jauh hingga ujung Walking Street, kami sepakat singgah di sebuah kafe – yang saya
tak peduli namanya. Keputusan kami singgah di kafe tersebut lebih karena
penerangan yang jelas – alilas tidak terlalu remang remang, selain awalnya
kami kepincut dengan live music yang disajikan oleh band yang
tampilannya seperti band top 40 di
Indonesia. Selain itu, segerombolan
penari jalanan yang berajojing mengikuti irama dibawah rinai hujan menjadi daya tarik
tersendiri bagi kami. Lumayanlah,
bersantai sejenak dari kepadatan aktivitas meski saya tak yakin kami benar
benar meeting seperti yang dibicarakan sejak
awal. Meski beberapa hal penting memang disampaikan oleh mba Ika dan mba Sari.
Beberapa hal saya paham, tapi beberapa lagi saya tak begitu ingat – tahulah,
semarak musik dari band kafe dimana kami duduk begitu menggoda saya untuk
mendekat. Mba Anna diam diam merasakan hal yang sama dengan saya. Gatal rasanya
kaki ini untuk meliuk liuk di lantai dansa. Sebagai pribadi yang besar di dunia
musik dan hiburan di Lampung, jejingkrakan didepan panggung musik adalah hal
wajib bagi saya. Sayang jika sajian
musik berkualitas dilewatkan hanya dengan duduk manis saja. Apalagi sudah sampai lokasi hiburan terbesar
di Pattaya. Kapanlagi moment ini terulang. Jikapun terulang tentu beda tokoh
dan kisah didalamnya.
Enjoy the moment |
Bergembira
menikmati hentakan musik dari lagu lagu masa kini, seolah menjadi moment
kebersamaan kami semua. Termasuk goyang Cheboox andalan saya. Apapun jenis musiknya, joged dangdut adalah hal utama!!. Meski akhirnya kami tahu diri dan menyudahi kesemarakan
malam mengingat waktu telah menuju dini hari dan sadar bahwa esok akan banyak
tugas dan aktivitas yang harus dijalani. Menyenangkan diri itu wajib hukumnya,
tetapi ingat akan tugas juga kewajiban yang utama. Baiklah, kami beranjak
kembali ke titik awal dimana kami masuk area Walking Street. Gapura bertahta
LED dengan tata cahaya yang menawan menjadi acuan langkah kembali kami. Guyuran hujan semain deras. Tapi tingkat
kunjungan semakin banyak. Beberapa menggunakan payung dan beberapa lagi
melakukan hal seperti yang kami lakukan – berdesakan di muka pertokoan dan
gerai gerai hiburan malam – mencari perlindungan dari serangan hujan. Sembari
menuju jalan pulang, diam diam saya
sempat mengabadikan beberapa wanita berpakaian dalam yang menjajakan diri
mereka di depan ruko khusus pertunjukan dewasa melalui ponsel yang saya
sembunyikan dibalik tas. Lumayan malu jika kelakuan memotret saya ketahuan,
meski sajian semacam itu menghiasi sepanjang jalan. Apa mereka tidak kedinginan
ya?, ehehhe .
sajian yang banyak di sepanjang Walking Street. Entah wanita asli atau palsu?!! |
Cukup
lama kami mencari mobil bak terbuka diantara banyaknya calon penumpang yang
juga mencari mobil tumpangan untuk kembali ke tempat masing masing. Pukul 1.30
dini hari kala itu. Sudah waktunya kami istirahat meski sesaat. Mobil bak
terbuka pun kembali mengantar kami kembali ke hotel dengan harga nego 200 bath
dan seorang pria kebangsaan Jepang ikut menumpang rombongan kami.
Malam
seseruan yang berkesan.
Kamu gak coba deketin cewe bikini itu kak?
BalasHapussepertinya itu bukan cewek.. perempuan KW itu
HapusTerus Yang berdansa di sekitarmu cewek-cewek kawe juga kah Bang? Nah ya aku juga seperti itu kalau mendengar suara musik berdentam-dentam pengennya kaki ikut goyang saja :)
BalasHapuskiri kanan sih wanita asli..tapi ada juga yang bukan di ujuang sana hahahahhahaha.... yaaahhhh namanya naluri biduan saya ini mbaaa jadi kalo denger musik langusng mau joged ajaaaa heheheh
Hapus