|
salah satu sisi dari Sampran Riverside |
Hujan
yang mewarnai perjalanan kami sejak pagi itu masih setia menemani hingga sore. Thailand berhias hujan
sejak kehadiran saya dan rombongan dihari pertama. Inginnya berleyeh-leyeh di kamar hotel saja,
tapi apa daya jadwal kegiatan padat. Jangankan berleyeh-leyeh, tidur cukup 6
jam pun tak terlaksana, hahahah – Tetiba terngiang lagu Photograph – Ed Sheeran
, menambah suasana pingin rebahan!. Baiklah, karena moment kebersamaan dalam
perjalanan ini tak akan terulang lagi kedua kali, jadi nikmati saja seluruh
rangkaian kegiatan yang memang telah jadi keharusan untuk dijalani.
|
salah satu sudut Sampran Riverside |
Rintik
hujan menghias ketika bis yang membawa saya dan rombongan memasuki sebuah
gerbang besar. Dari balik kaca bis, terlihat
bentangan rumput hijau dan pepohonan rindang yang basah terguyur
hujan. Saya coba mengembalikan antusias diri setelah sempat terlelap selama
perjalanan. Sampran Riverside, adalah lokasi kunjungan kami sore itu.
|
pak Nicholas menjelaskan kawasan Sampran Riverside denngan Mba Ika sebagai penerjemah |
Bapak
dan Ibu paruh baya mengatupkan telapak tangan, membungkukkan sedikit tubuh dan
menyertakan senyuman yang ramah. “sawadikap”,
ucap mereka menyambut kehadiran saya dan rombongan. Beberapa rekan berlari
kecil dari pelataran parkir bis menuju aula depan tempat dimana penyambutan
saya dan rombongan berlangsung.
Setelah
beberapa saat menikmati suasana lobby area bagian hotel Sampran Riverside, kami diarahkan
menuju lantai 2. Tata ruang berciri
Thailand lengkap dengan aroma therapy
yang khas mewarnai perjalanan kami menuju ruang pertemuan yang terletak di lantai 2. Suguhan
teh sereh menjadi minuman selamat datang kami. Sosok pria gaek menyambut ramah kehadiran kami
dalam ruang pertemuan sebelum ia menjelaskan panjang lebar mengenai Sampran
Riverside.
|
hamparan hijau yang menyegarkan mata |
|
salah satu fasilitas dalam kawasan Sampran Riverside |
WISATA EDUKASI BERBASIS LINGKUNGAN
Bermula
dari upaya pasangan DR. Chamnan dan
Khunying Valee Yuvaboon untuk menyelamatkan
sebuah pohon tua bernama ‘pohon Bullet’ agar tidak tumbang dan merusak keasrian
sungai yang mengalir di bawah pohon tersebutlah kawasan Sampran Riverside dibuat pada 1960.
Seiring
waktu, pengembangan kawasan terus
berlanjut. Pada tahun 1962, kawasan Sampran Riverside yang luasnya mencapai 7 hektar dengan sungai bernama Tha Chine River sebagai pemisah dua daratan itu dibuka untuk umum dan
kemudian menjelma menjadi kawasan yang tak hanya menyajikan fasilitas hiburan bergaya modern dan khas Thailand saja tetapi juga sarana belajar berbasis lingkungan hingga pertanian yang
mengakar pada budaya luhur Thailand. “Budaya bercocoktanam yang merupakan warisan pendiri
Thailand, terus kami pertahankan dan kembangkan.” ucap pak Nicholas, petugas Sampran
Riverside menjelaskan. Kini, Sampran
Riverside dilengkapi oleh beragam sarana yang dapat digunakan oleh beragam
pengunjung, Mulai dari kamar hunian bergaya khas Thailand yang terletak dibibir
sungai hingga hotel bergaya modern. Tak hanya itu, Sampran Riverside juga
mengembangkan beragam taman tematik, mulai dari taman bunga mawar, anggrek,
beragam tumbuhan herbal dan pohon buah buahan hingga pertanian dan peternakan organik.
|
bagian depan kawasan perkebunan organik dalam areal Sampran Riverside |
|
alur kayu yang dibuat untuk mengitari areal jalan setapak di bagian dalam perkebunan organik |
Sore
itu pula, setelah menyimak penjelasan lengkap seputar kawasan Sampran Riverside
oleh petugas, kami diajak mengitari kawasan agar dapat melihat lebih
dekat. Kawasan organik adalah tujuan
utama kami. Sebelum beranjak, seluruh pengunjung diwajibkan menanggalkan sepatu
dan menggantinya dengan sepatu boot yang memang telah disediakan dalam jumlah
banyak dan ragam ukuran. Selain itu, pengunjung
juga di wajibkan mengenakan life jacket
/ pelampung guna jaminan keselamatan. “mau
kemana sih, pake pelampung segala?” bisik saya pada salah satu rekan. “kita mau dibawa nyebrang sungai, mas.” sahut
seorang rekan lainnya. …. Hhhmmm –
Nyeberang sungai aja pengunjung di wajibkan pakai pelampung, Lha – saya pernah lho, Nyeberang lautan luas pulang pergi 11 jam, TIDAK di beri
Pelampung!!.
Pengelola
Sampran Riverside tidak main main soal keselamatan dan nyawa pengunjung.
|
Jenis kapal yang menampung rombongan kami |
Sebuah
tongkang besar mengangkut rombongan yang
berjumlah 50 orang dari dermaga menuju
salah satu sisi dataran luas yang letaknya tidak terlampau jauh dari gedung
pertemuan dimana kami berada sebelumnya. –yaelaahh,
kirain pelayaran pake kapal kayu ini jauh bange – hingga harus pakai pelampung
segala!. Hahahah…. Baiklah.
Pengunjung harus taat aturan, lho.
Karena bagaimanapun pihak pengelola peduli dengan keselamatan pengunjung. Bukankah
insiden tidak bisa diterka oleh manusia, meski menyeberang sungai tak lebih
dari 500 meter.
|
mengitari alur jalan perkebunan |
|
perkebunan organik |
Sesampai
di dataran seberang, sosok pria – yang konon bertugas sebagai juru kunci
kawasan pertanian, menyambut ramah kedatangan
rombongan kami. Dengan jalan setapak
bertanah lembab, kami menyusuri bagian perkebunan yang nampak hijau dengan beragam
tumbuhan. Sebagai personal yang lahir dan menghabiskan masa kecil di pedesaan, beberapa
tumbuhan yang dikenalkan oleh pemandu
sore itu, bukanlah sesuatu yang asing bagi saya. Yang menarik, kala berjalan kaki, tak jarang
saya temui ikan ikan kecil yang berasal dari aliran air sungai yang di tata
mengitari perkebunan melompat hingga ke badan jalan.
Selama
mengelilingi kawasan perkebunan yang ditumbuhi beragam jenis pepohonan buah
khas kawasan tropis hingga sayur mayur itu, kami diperkenalkan pula dengan tehnik tanam
cangkok dan bentangan kebun organik. Beberapa
jenis sayuran taka sing bagi saya dan rombongan, meski ada beberapa jenis
sayuran yang merupakan khas Thailand yang kami jumpai disela diajak perjalanan
mengitari area perkebunan. Salah satu yang buat saya kagum, ketika melihat
kandang ayam organik dan bai organik!.
… Soal perkebunan dan peternakan organik di Sampran Riverside yang
menarik itu, kelak akan saya jabarkan dalam judul tulisan tersendiri.
|
pak kuncen kawasan perkebunan organik |
|
tempat ngaso seusai berkeliling areal perkebunan |
Puas
berkeliling, - malah sebagain dari rekan
sudah ada yang mengeluh karena kelelahan!. Kami diajak beristirahat pada sebuah pondokan di
tengah areal persawahan yang telah
tersedia beragam panganan khas Thailand. Aneka teh organik dengan olahan bunga, sereh dan tumbuhan
berkhasiat lainnya sebagai pilihan utama sajian teh. Terhidang pula jambu bangkok dengan bumbu yang khas layaknya petisan, hingga minuman buah kelapa muda yang menyegarkan. Terbayarlah lelahnya
perjalanan mengitari perkebunan dengan mengenal banyak jenis tumbuhan hingga
kandang ternak organik yang menarik. Cukup lama kami bersantai dengan beragam
kudapan lezat khas Thailand. Jika saja tak diingatkan jadwal kegiatan
selanjutnya, sudahlah pasti kami betah bersantai di pondok tengah sawah
tersebut.
|
pengunjung diberi buah kelapa muda |
|
sajian snack Thailand |
|
teh yang berasal dari tumbuhan organik |
|
buah jambu bangkok dan bumbu petis yang khas |
Tak
hanya sekedar hotel atau sarana rekreasi keluarga dengan ragam fasilitas modern
saja, Sampran Riverside menyajikan suguhan budaya Thailand nan khas lengkap
dengan sisi edukasi lingkungan secara lengkap. Dalam perkembangannya, Sampran
Riverside tak melulu berfikir soal
keuntungan dari pendapatan kunjungan, hunian hotel atau acara acara hiburan
semata tetapi juga mengetangahkan kearifan lokal dengan tetap berkomitmen pada
keasrian dan keberlangsungan lingkungan sekitar.
0 comments :
Posting Komentar