Dunia Inspirasi Penuh Warna by Indra Pradya

Rabu, 16 November 2016

APA YANG SAYA DAPAT DARI LAMPUNG JAZZ FESTIVAL ?


"Jazz melulu. Emang lu musisi jazz, Ndra?”  tanya teman pada saya saat jam makan siang, ketika saya jelaskan keterlibatan saya dalam acara Lampung Jazz Festival 2016.
 “Bukan” jawab saya singkat.
 “Lu bisa main alat musik ya, Ndra?” tanya teman saya lainnya.
 “Nggak sama sekali” lagi lagi saya coba jawab sekenanya saja.
“berarti, lu dapet honor gede’ yaa, Ndra dari  ngurus acara LJF itu?” tanya teman yang mengajukan pertanyaan pertama.
 “yang gue dapet lebih gede dari sekedar honor, bro!” tegas saya sembari berlalu dari dua rekan saya itu.

saya di panggung LJF 2013

Jenis percakapan diatas bukanlah kali pertama buat saya.
Dibeberapa kesempatan lain, saya sering mendapat pertanyaan serupa, bahkan ada yang kalimatnya cukup frontal, seperti : “Lu dapet apa sih dari terlibat di acara LJF ?”.
Nah, buat menjawab pertanyaan yang jenisnya begitu, biasanya tidak saya jawab. Karena bagi saya, jika ada yang bertanya soal dapat apa, berarti yang melontarkan pertanyaan tidak sepaham dengan saya. Dan memberi penjelasan pada yang tidak sepaham itu bagai bicara dengan batu, sebagus apapun penjelasan tak akan pernah paham. 

saya dalam Roadshow LJF 2013

Sebenarnya, saya dapat banyak hal dari keterlibatan dalam event Lampung Jazz Festival (LJF) 2016. Tapi sebelum saya sampaikan apa yang saya dapatkan, ada baiknya saya uraikan dahulu soal  keterlibatan saya  termasuk apa yang saya simak dalam gelaran Lampung Jazz Festival itu yaa…

Keterlibatan saya dalam event Lampung Jazz Festival bermula dari ajakan Didit Sujantra – musisi muda Lampung yang menjadi  salah satu sosok dalam bagian utama kepanitiaan LJF. September 2013 kala itu. Karena event yang Didit sampaikan pada saya berbentuk event musik, - terlebih musik jazz, tentu saja tidak ada penolakan dari saya. Tak berfikir lama,  saya pun menyetujui ajakan Didit tersebut. Dan oleh karena saya tidak bisa main alat musik, bukan pemain musik, juga tidak punya group musik dan hanya mampu bernyanyi ala kadarnya maka saya memilih untuk memposisikan diri sebagai Master of Ceremony (MC) saja.  Bukankah terlibat di acara musik, ada bidang lain yang tak menuntut pandai main musik kan?. Justru sekarang, ada barisan musisi Lampung yang alergi jika terlibat di event lokal karena telah merasa bertaraf Internasional, ya..ia..sih.

Ketua Pelaksana : Mas Sammy, Bang Daniel dan Didit Sujantra

3 Srikandi Jazz LJF 2016 - mba Indah - mba Hanny dan Ibu Naning

Saya pun kemudian aktif hadir di pertemuan demi pertemuan dalam rangka pembahasan acara hingga berperan sebagai pemandu acara dalam rangkaian roadshow Lampung Jazz Festival 2013 di bulan Oktober hingga gelaran puncak pada awal November.
Sebagai gelaran perdana, Lampung Jazz Festival  tahun 2013 terbilang lancar. Gelaran roadshow di beberapa pusat keramaian, pusat perbelanjaan hingga di pelataran parkir kampus dan kantor harian Radar Lampung selalu diwarnai kehadiran penonton  yang  berminat menyimak suguhan demi suguhan musik jazz. Bicara soal penyelenggaraan roadshow, di tahun 2013 – mereka yang  tampil di gelaran roadshow adalah para musisi musisi berkualitas yang Lampung miliki dengan kerendahanhati bersedia untuk tidak dibayar.  Bermusik telah mendarah-daging dalam tubuh mereka. Meski tak dibayar sejumlah uang sebagai honor tampil,  tetap ada kenikmatan tersendiri dalam bermusik. Tak hanya soal penampil, sound system yang terpakai selama gelaran roadshow pun merupakan bantuan dari para pengusaha sound system hingga musisi yang memiliki sound system!.  Tak sebatas itu, mereka yang bekerja dalam tubuh kepanitiaanpun dengan ikhlas hati dan jiwa melakukan ragam aktivitas demi berlangsungnya gelaran Lampung Jazz Festival.

suasana rapat di rumah bu Naning

SD negeri LJF memakai Topi seragam eh jualan LJF 2016

rapat demi rapat ...

kebersamaan seusai rapat

Uraian diatas adalah sedikit gambaran  LJF pada tahun 2013.
2016, hajat Lampung Jazz Festival kembali digelar.  Perhelatan musik Jazz musim kedua yang masih merupakan besutan komite musik Dewan Kesenian Lampung bersama  penggiat musik jazz yang bernaung dalam Lampung Jazz Community. Dua tahun berselang dari gelaran pertama. LJF2016 hadir untuk menyuguhkan musik jazz yang tak sekedar tontonan belaka, tetapi juga menjadi bagian edukasi dan  kelak dicintai oleh  penyuka, penggiat dan musisi  jazz di Lampung.
Sebenarnya, ada upaya untuk membuat gelaran Lampung Jazz Festival di tahun 2014 dan 2015. Hanya saja sejumlah kendala menghambat terwujudnya gelaran LJF dit ahun 2014 dan 2015. 

sungguh 'keras' mereka berdua ini berfikir....

koordinasi  sampai larut malam di lapangan - tempat acara LJF di gelar

rapat demi rapat

Semangat para pecinta dan pejuang Jazz  yang ada dalam tubuh kepanitiaan di tahun 2016 tak lagi dapat dibendung.  Meski beberapa wajah wajah kepanitiaan di tahun 2013 masih mewarnai LJF 2016, namun tekad dan upaya keras setiap pihak menjadikan gelaran LJF2016 benar benar terwujud

mas Avip sang maestro Meme dan mas Budi empunya Swaramas Sound System

panggung Roadshow LJF di PKOR Way Halim.

Jangan bicara soal apa yang saya dapatkan. Karena belumlah sebanding dengan apa yang panitia lakukan. Tengok saja kerja keras sosok giat seperti mas Sammy, bang Daniel dan Didit Sujantra yang siang malam  menjadi ‘ahli fikir’ dalam rangka mencari celah dan pendekatan pada banyak pihak agar kelak berkenan menyokong LJF 2016.  Butuh banyak dukungan pihak sponsor selain dana kas DKL. Urun rembuk financial personal dalam kepanitiaan tentu saja masih mewarnai LJF 2016. Setiap pihak dalam tubuh kepanitiaan melakukan aksi nyata sesuai kapasitas mereka masing masing.  Aksi aksi tersebutlah yang kemudian menjadikan gelaran Lampung Jazz Festival 2016 benar benar terlaksana. 

bu Naning sumringah, karena Kaos jualannya ada yang beli

Petinggi petinggi Kepanitiaan  dan Musisi Jazz ....
Bila bertanya pada saya soal apa yang saya dapat dari terlibat dalam gelaran Lampung Jazz Festival,  rasanya pertanyaan tersebut kurang pantas jika saja setiap pihak berkenan menengok usaha keras jajaran panitia yang siang malam memikirkan agar event jazz di Lampung terwujud nyata.  Setiap sosok dalam kepanitiaan justru saling bahu membahu, melakukan ragam upaya sesuai porsi dan kemampuan maksimal mereka. Mulai dari melobi pihak pihak sponsor hingga artis dan musisi yang berkenan mengisi panggung puncak LJF 2016 dengan harga spesial!. Tengoklah sosok Ibu Naning yang meski berperan sebagai bendahara dalam kepanitiaan, tapi tetap berkenan buka lapak kaos tiap roadshow. Juga  sosok mba Hanny yang giat hadir dan memberi sumbangsih pada kelancaran kegiatan  disela pekerjaan utamanya.  Dua ibu ibu itu juga berkenan sementara waktu menomorduakan urusan suami, anak anak dan keluarga demi urusan yang berhubungan dengan Lampung Jazz Festival.  Ada pula mba Indah yang senantiasa tangkas di lapangan. Wanita berhijab ini selalu cekatan mengurus  segala hal penunjang acara. Saya juga mengapresiasi pada mereka yang bekerja di balik layar, mulai dari tim sosial media, design grafis, photo, video, bagian konsumsi, keamanan, hingga mereka mereka yang berperan langsung pada keindahan tampilan panggung mulai dari gelaran roadshow hingga puncak acara. Ada puluhan nama yang tidak dapat saya uraikan, tetapi tentu jadi bagian penting yang tak boleh dilupakan.

tiga serangkai - kakak adik yang sedang akur ..

kehadiran para sosok ternama ini merupakan suntikan semangat panitia

ada yang semangat, menyimak, lemas hingga wajah pasrah..... behind the scene





disebelah saya - IGUH (kaus Hijau Berjacket) - yang meski musisi tapi  berkenan jadi Panitia angkat angkat - salut!!



Ini bukan BOYBAND!!! tapi petinggi petinggi dalam kepanitiaan, mas Hari, mas Sammy, bang Roni dan bang Daniel


 Dua panggung gagah dengan perlengkapan musik, tata sound system Swaramas dan lighting yang memukau pada gelaran puncak Lampung Jazz Festival di Lapangan Korpri Gubernuran – 11 dan 12 November 2016 adalah bukti kerja keras segenap panitia yang terlibat dalam segala rangkaian mulai dari persiapan hingga pertunjukan akhir.  Hasil dari rapat demi rapat, pertemuan hingga dini hari, sampai perdebatan sehat  demi menghasilkan suguhan musik jazz terbaik di Lampung.  Sebagai anak kemarin sore dalam bermusik, saya tentu mengapresiasi tinggi terhadap upaya maksimal panitia yang saya lihat langsung.  Soal kapasitas saya  memandu rangkaian acara masihlah belum seberapa dibanding dengan totalitas personal dalam kepanitiaan.  Totalitas pemikiran, pengorbanan waktu dan tenaga, sumbangsih diri dalam setiap tahap kegiatan, keikhlasan melebur ego dalam kelompok, memahami bahwa semua yang dilakukan untuk tujuan bersama  hingga berkenan turun langsung pada pekerjaan lapangan.  Sungguh saya sangat menikmati menjadi bagian dalam kepanitiaan. Beruntung saya dilibatkan dalam kepanitiaan LJF.  Belajar langsung dari para pelaku musik dan musisi senior. Mengamati apa yang mereka kerjakan. Mendapat hikmah dari setiap kejadian hingga mendapat ilmu baru dari diskusi panjang yang dilakukan selama jelang acara. Merupakan rentetan pengalaman berharga yang tak akan saya dapatkan dari hanya membaca buku saja. Jikapun saya sebagai penonton – bukan sebagai panitia atau pemandu acara dalam LJF, tentulah saya akan mendapat tontonan yang berkualitas dari musisi musisi pilihan yang berasal dari provinsi Lampung hingga nasional. 

antusias penonton LJF2016

Tepuk tangan penonton, kehadiran pejabat tinggi daerah hingga sanjungan musisi musisi Lampung dan nasional yang tampil di dua hari perhelatan LJF 2016 adalah kebahagiaan bagi panitia termasuk saya yang tentu tak dapat dinilai oleh nominal uang.  

photo keluarga seusai rapat tengah malam di lapangan Korpri sehari jelang LJF2016

saya masih sempat selfie diantara wajah melas 2 srikandi Jazz dibelakang saya ini...

saya, mba hanni dan Didit photo dengan latar belakang yang terkulai lemas....

inilah sosok yang terkulai lemas itu.... di dekat celana itu bukan darah, hanya saja kebanyakan minum.  Lelah sangat Panitia satu ini. sungguh AllOut beliau.

tampilan sebelum tidur


A photo posted by Raden Adipati Surya (@adipati3996) on

LJF 2016 adalah wujud impian dan kerja keras para musisi dan penggiat jazz di Lampung, yang ingin menggaungkan Lampung di kancah nasional melalui musik Jazz, sebagaimana tag line LJF 2016 – Merawat Lampung dengan Jazz. Terlepas dari sajian LJF 2016 yang  dirasa kurang dibeberapa bagian, berkenan kiranya jadi acuan untuk  lebih baik lagi di masa mendatang dengan partisipasi aktif segenap pihak yang namanya memang tercantum dalam susunan kepanitiaan atau para pelaku musik dan dunia hiburan di Lampung yang tentu ingin Lampung di kenal melalui sajian musik berkualitas.

1 komentar :

  1. Salut buat seluruh panitia yang sudah bekerja keras dan bekerja lembut :D
    ga kebayang capek pikiran dan capek tenaganya mereka semua.
    Tidak cari untung, tapi ingin membuat jazz bisa dinikmati banyak orang.
    Suka banget...!!

    BalasHapus

Scroll To Top