"Jazz melulu. Emang lu musisi jazz,
Ndra?” tanya teman pada saya saat jam
makan siang, ketika saya jelaskan keterlibatan saya dalam acara Lampung Jazz Festival 2016.
“Bukan”
jawab saya singkat.
“Lu bisa
main alat musik ya, Ndra?” tanya teman saya lainnya.
“Nggak sama sekali” lagi lagi saya coba jawab
sekenanya saja. “berarti, lu dapet honor gede’ yaa, Ndra dari ngurus acara LJF itu?” tanya teman yang
mengajukan pertanyaan pertama.
“yang gue dapet lebih gede dari sekedar honor,
bro!” tegas saya sembari berlalu dari dua rekan saya itu.
saya di panggung LJF 2013
Jenis percakapan diatas bukanlah
kali pertama buat saya.
Dibeberapa kesempatan lain, saya
sering mendapat pertanyaan serupa, bahkan ada yang kalimatnya cukup frontal,
seperti : “Lu dapet apa sih dari terlibat di acara LJF ?”.
Nah, buat menjawab pertanyaan
yang jenisnya begitu, biasanya tidak saya jawab. Karena bagi saya, jika ada
yang bertanya soal dapat apa, berarti yang melontarkan pertanyaan tidak sepaham
dengan saya. Dan memberi penjelasan pada yang tidak sepaham itu bagai bicara
dengan batu, sebagus apapun penjelasan tak akan pernah paham.
saya dalam Roadshow LJF 2013
Sebenarnya, saya dapat banyak hal
dari keterlibatan dalam event Lampung Jazz Festival (LJF) 2016. Tapi sebelum
saya sampaikan apa yang saya dapatkan, ada baiknya saya uraikan dahulu soal keterlibatan saya termasuk apa yang saya simak dalam gelaran
Lampung Jazz Festival itu yaa…
Keterlibatan saya dalam event
Lampung Jazz Festival bermula dari ajakan Didit Sujantra – musisi muda Lampung
yang menjadi salah satu sosok dalam bagian
utama kepanitiaan LJF. September 2013 kala itu. Karena event yang Didit
sampaikan pada saya berbentuk event musik, - terlebih musik jazz, tentu saja
tidak ada penolakan dari saya. Tak berfikir lama, saya pun menyetujui ajakan Didit tersebut. Dan
oleh karena saya tidak bisa main alat musik, bukan pemain musik, juga tidak
punya group musik dan hanya mampu bernyanyi ala kadarnya maka saya memilih
untuk memposisikan diri sebagai Master of Ceremony (MC) saja. Bukankah terlibat di acara musik, ada bidang
lain yang tak menuntut pandai main musik kan?. Justru sekarang, ada barisan
musisi Lampung yang alergi jika terlibat di event lokal karena telah merasa
bertaraf Internasional, ya..ia..sih.
Ketua Pelaksana : Mas Sammy, Bang Daniel dan Didit Sujantra
3 Srikandi Jazz LJF 2016 - mba Indah - mba Hanny dan Ibu Naning
Saya pun kemudian aktif hadir di
pertemuan demi pertemuan dalam rangka pembahasan acara hingga berperan sebagai
pemandu acara dalam rangkaian roadshow Lampung Jazz Festival 2013 di bulan
Oktober hingga gelaran puncak pada awal November.
Sebagai gelaran perdana, Lampung
Jazz Festival tahun 2013 terbilang lancar.
Gelaran roadshow di beberapa pusat keramaian, pusat perbelanjaan hingga di
pelataran parkir kampus dan kantor harian Radar Lampung selalu diwarnai
kehadiran penonton yang berminat menyimak suguhan demi suguhan musik jazz.
Bicara soal penyelenggaraan roadshow, di tahun 2013 – mereka yangtampil di gelaran roadshow adalah para musisi
musisi berkualitas yang Lampung miliki dengan kerendahanhati bersedia untuk
tidak dibayar.Bermusik telah mendarah-daging
dalam tubuh mereka. Meski tak dibayar sejumlah uang sebagai honor tampil, tetap ada kenikmatan tersendiri dalam
bermusik. Tak hanya soal penampil, sound system yang terpakai selama gelaran
roadshow pun merupakan bantuan dari para pengusaha sound system hingga musisi
yang memiliki sound system!. Tak sebatas
itu, mereka yang bekerja dalam tubuh kepanitiaanpun dengan ikhlas hati dan jiwa
melakukan ragam aktivitas demi berlangsungnya gelaran Lampung Jazz Festival.
suasana rapat di rumah bu Naning
SD negeri LJF memakai Topi seragam eh jualan LJF 2016
rapat demi rapat ...
kebersamaan seusai rapat
Uraian diatas adalah sedikit
gambaran LJF pada tahun 2013.
2016, hajat Lampung Jazz
Festival kembali digelar.Perhelatan
musik Jazz musim kedua yang masih merupakan besutan komite musik Dewan Kesenian
Lampung bersama penggiat musik jazz yang
bernaung dalam Lampung Jazz Community. Dua tahun berselang dari gelaran
pertama. LJF2016 hadir untuk menyuguhkan musik jazz yang tak sekedar tontonan
belaka, tetapi juga menjadi bagian edukasi dan kelak dicintai oleh penyuka, penggiat dan musisijazz di Lampung.
Sebenarnya, ada upaya untuk
membuat gelaran Lampung Jazz Festival di tahun 2014 dan 2015. Hanya saja
sejumlah kendala menghambat terwujudnya gelaran LJF dit ahun 2014 dan 2015.
sungguh 'keras' mereka berdua ini berfikir....
koordinasi sampai larut malam di lapangan - tempat acara LJF di gelar
rapat demi rapat
Semangat para pecinta dan pejuang
Jazz yang ada dalam tubuh kepanitiaan di
tahun 2016 tak lagi dapat dibendung. Meski
beberapa wajah wajah kepanitiaan di tahun 2013 masih mewarnai LJF 2016, namun tekad dan
upaya keras setiap pihak menjadikan gelaran LJF2016 benar benar terwujud.
mas Avip sang maestro Meme dan mas Budi empunya Swaramas Sound System
panggung Roadshow LJF di PKOR Way Halim.
Jangan bicara soal apa yang saya
dapatkan. Karena belumlah sebanding dengan apa yang panitia lakukan. Tengok saja
kerja keras sosok giat seperti mas Sammy, bang Daniel dan Didit Sujantra yang
siang malam menjadi ‘ahli fikir’ dalam
rangka mencari celah dan pendekatan pada banyak pihak agar kelak berkenan menyokong
LJF 2016. Butuh banyak dukungan pihak
sponsor selain dana kas DKL. Urun rembuk financial personal dalam kepanitiaan
tentu saja masih mewarnai LJF 2016. Setiap pihak dalam tubuh kepanitiaan
melakukan aksi nyata sesuai kapasitas mereka masing masing.Aksi aksi tersebutlah yang kemudian menjadikan
gelaran Lampung Jazz Festival 2016 benar benar terlaksana.
bu Naning sumringah, karena Kaos jualannya ada yang beli
Petinggi petinggi Kepanitiaan dan Musisi Jazz ....
Bila bertanya pada saya soal apa yang saya dapat dari
terlibat dalam gelaran Lampung Jazz Festival, rasanya pertanyaan tersebut kurang pantas jika
saja setiap pihak berkenan menengok usaha keras jajaran panitia yang siang
malam memikirkan agar event jazz di Lampung terwujud nyata. Setiap sosok dalam kepanitiaan justru saling
bahu membahu, melakukan ragam upaya sesuai porsi dan kemampuan maksimal mereka.
Mulai dari melobi pihak pihak sponsor hingga artis dan musisi yang berkenan
mengisi panggung puncak LJF 2016 dengan harga spesial!. Tengoklah sosok Ibu Naning yang meski berperan
sebagai bendahara dalam kepanitiaan, tapi tetap berkenan buka lapak kaos tiap
roadshow. Juga sosok mba Hanny yang giat
hadir dan memberi sumbangsih pada kelancaran kegiatandisela pekerjaan utamanya. Dua ibu ibu itu juga berkenan sementara waktu menomorduakan
urusan suami, anak anak dan keluarga demi urusan yang berhubungan dengan
Lampung Jazz Festival.Ada pula mba
Indah yang senantiasa tangkas di lapangan. Wanita berhijab ini selalu cekatan mengurus
segala hal penunjang acara. Saya juga
mengapresiasi pada mereka yang bekerja di balik layar, mulai dari tim sosial media,
design grafis, photo, video, bagian konsumsi, keamanan, hingga mereka mereka
yang berperan langsung pada keindahan tampilan panggung mulai dari gelaran
roadshow hingga puncak acara. Ada puluhan nama yang tidak dapat saya uraikan,
tetapi tentu jadi bagian penting yang tak boleh dilupakan.
tiga serangkai - kakak adik yang sedang akur ..
kehadiran para sosok ternama ini merupakan suntikan semangat panitia
ada yang semangat, menyimak, lemas hingga wajah pasrah..... behind the scene
A photo posted by Iguh P. Putra Nainggolan (@iguhpputra) on
disebelah saya - IGUH (kaus Hijau Berjacket) - yang meskimusisi tapi berkenan jadi Panitia angkat angkat - salut!!
Ini bukan BOYBAND!!! tapi petinggi petinggi dalam kepanitiaan, mas Hari, mas Sammy, bang Roni dan bang Daniel
Dua panggung gagah dengan perlengkapan musik,
tata sound system Swaramas dan lighting yang memukau pada gelaran puncak
Lampung Jazz Festival di Lapangan Korpri Gubernuran – 11 dan 12 November 2016
adalah bukti kerja keras segenap panitia yang terlibat dalam segala rangkaian
mulai dari persiapan hingga pertunjukan akhir. Hasil dari rapat demi rapat, pertemuan hingga
dini hari, sampai perdebatan sehat demi menghasilkan suguhan musik jazz terbaik di
Lampung.Sebagai anak kemarin sore dalam
bermusik, saya tentu mengapresiasi tinggi terhadap upaya maksimal panitia yang
saya lihat langsung. Soal kapasitas saya memandu rangkaian acara masihlah belum
seberapa dibanding dengan totalitas personal dalam kepanitiaan. Totalitas pemikiran, pengorbanan waktu dan
tenaga, sumbangsih diri dalam setiap tahap kegiatan, keikhlasan melebur ego
dalam kelompok, memahami bahwa semua yang dilakukan untuk tujuan bersamahingga berkenan turun langsung pada pekerjaan
lapangan. Sungguh saya sangat menikmati
menjadi bagian dalam kepanitiaan. Beruntung saya dilibatkan dalam kepanitiaan
LJF.Belajar langsung dari para pelaku
musik dan musisi senior. Mengamati apa yang mereka kerjakan. Mendapat hikmah
dari setiap kejadian hingga mendapat ilmu baru dari diskusi panjang yang
dilakukan selama jelang acara. Merupakan rentetan pengalaman berharga yang tak
akan saya dapatkan dari hanya membaca buku saja. Jikapun saya sebagai penonton –
bukan sebagai panitia atau pemandu acara dalam LJF, tentulah saya akan mendapat
tontonan yang berkualitas dari musisi musisi pilihan yang berasal dari provinsi
Lampung hingga nasional.
antusias penonton LJF2016
Tepuk tangan penonton, kehadiran
pejabat tinggi daerah hingga sanjungan musisi musisi Lampung dan nasional yang
tampil di dua hari perhelatan LJF 2016 adalah kebahagiaan bagi panitia termasuk
saya yang tentu tak dapat dinilai oleh nominal uang.
photo keluarga seusai rapat tengah malam di lapangan Korpri sehari jelang LJF2016
saya masih sempat selfie diantara wajah melas 2 srikandi Jazz dibelakang saya ini...
saya, mba hanni dan Didit photo dengan latar belakang yang terkulai lemas....
inilah sosok yang terkulai lemas itu.... di dekat celana itu bukan darah, hanya saja kebanyakan minum. Lelah sangat Panitia satu ini. sungguh AllOut beliau.
A photo posted by Raden Adipati Surya (@adipati3996) on
LJF 2016 adalah wujud impian dan
kerja keras para musisi dan penggiat jazz di Lampung, yang ingin menggaungkan
Lampung di kancah nasional melalui musik Jazz, sebagaimana tag line LJF 2016 –
Merawat Lampung dengan Jazz. Terlepas dari sajian LJF 2016 yangdirasa kurang dibeberapa bagian, berkenan
kiranya jadi acuan untuk lebih baik lagi
di masa mendatang dengan partisipasi aktif segenap pihak yang namanya memang tercantum
dalam susunan kepanitiaan atau para pelaku musik dan dunia hiburan di Lampung yang
tentu ingin Lampung di kenal melalui sajian musik berkualitas.
Salut buat seluruh panitia yang sudah bekerja keras dan bekerja lembut :D ga kebayang capek pikiran dan capek tenaganya mereka semua. Tidak cari untung, tapi ingin membuat jazz bisa dinikmati banyak orang. Suka banget...!!
Salut buat seluruh panitia yang sudah bekerja keras dan bekerja lembut :D
BalasHapusga kebayang capek pikiran dan capek tenaganya mereka semua.
Tidak cari untung, tapi ingin membuat jazz bisa dinikmati banyak orang.
Suka banget...!!