Sebagaisesuatu yang universal sekaligus media yang
mudah diterima banyak kalangan, musik tentu memiliki ruang tersendiri dalam
setiap individu. Terlebih bagi mereka yang memang memberi porsi cukup besar
bagi musik dalam warna hidupnya. Saya,- bisa jadi merupakan satu dari jutaan
manusia di bumi yang memberi ruang
tersendiri dengan porsi cukup besar pada musik dalam aktivitas kehidupan saya.
Itulah
sebabnya, saya tak fikir panjang bahkan langsung antusias ketika diajak serta
terlibat dalam kepanitiaan event Lampung Jazz Festival (LJF) 2016.
the Event LJF 2016
Sebenarnya,
Lampung Jazz Festival 2016 merupakan gelaran kedua persembahan komite musik –
Dewan Kesenian Lampung (DKL) bersama para penggiat jazz dalam Komunitas Jazz Lampung. Setelah gelaran perdana sukses terselenggara pada
November 2013. Dua tahun berselang, LJF kembali lagi dengan format yang lebih
baik lagi. Mengapa butuh waktu 2 tahun untuk gelaran kedua?, karena panitia
butuh berguru pada musisi musisi handal internasional sekaligus menemukan
ramuan ramuan yang memadai untuk kemudian menerjemahkan segala komposisi dalam
musik jazz. Hallaahh!!, barusan Indra
Ngarang!!!. Hahahahah. Masa tenggang
2 tahun bukan tanpa alasan, tetapi memang segenap panitia yang menaungi gelaran
LJF pertama di tahun 2013 butuh waktu untuk mengelola segala aspek yang
berkenaan dengan sebuah event pertunjukan.
the Event
PERJUANGAN PENGGILA MUSIK JAZZ
Ragam
kisah menghias perjuangan. Ragam warna selalu singgah dalam perjalanan. Tak
terkecuali upaya dalam mewujudkan gelaran musik Jazz di Lampung.
Terselenggaranya pertunjukan musik Jazz dalam tajuk Lampung Jazz Festival
bukanlah suatu kebetulan, melainkan rentetan perjuangan panjang dari para
pecinta musik di provinsi Lampung. Sejak besutan yang pertama di tahun 2013, sebagai
bagian dari kepanitiaan, saya memahami persis bagaimana perjuangan setiap
individu yang terkait dalam susunan kepanitiaan saling bahu membahu, melakukan
sesuatu semaksimal mungkin demi terwujudnya gelaran bertajuk Lampung Jazz
Festival.Jazz bukanlah jenis musik
mayoritas. Tapi dengan terbatasnya peminat jazz itulah yang membuat jajaran
panitia yang digawangi oleh komite musik Dewan Kesenian Lampung menguatkan
langkah untuk terwujudnya gelaran Lampung Jazz Festival. Segala upaya ditempuh.
Mulai dari upaya personal hingga menggaet pihak potensial untuk dijadikan
partner event.Masih lekat di ingatan
saya ketika melihat sosok sosok baik berupaya keras demi terwujudnya gelaran
LJF. Mulai dari urun pakai peralatan
sound system maupun perlengkapan musi, perlengkapan pertunjukan hingga patungan
materi adalah hal yang menjadi lumrah dikalangan pada penggagas dan penggiat
LJF. Tak semua diantara mereka adalah musisi, tetapi kecintaan mereka terhadap
musik adalah landasan utama agar Lampung mampu menggelar event musik Jazz.
beberapa panitia seusai gelaran Roadshow di Simpur Center
mas Sammy - ketua Pelaksana dalam sepatah kata pembukaan Roadshow perdana di Mall Kartini
salah satu rapat panitia di base camp (rumah ibu Naning)
Di tahun
2016, niat mengulang sukses gelaran LJF 2013 tercuat kembali. Dengan sebagian besar sosok dalam kepanitiaan
masih seperti tahun 2013. Meski begitu, perjuangan untuk menghidupkan kembali
Lampung Jazz Festival bukanlah pekara mudah. Lagi lagi urun rembuk antar
pengurus DKL dan kepanitiaan mengalami proses panjang.Kesediaan beragam pihak dalam bahu membahu
mengangkat gelaran jazz yang tertidur sesaat sejak 2013 itu seolah mengalami
suntikan semangat baru. Melalui bapak Herry Sulisyanto sebagai Ketua Umum LJF
2016 dan kolaborasi 3 sosok ‘pejuang garis keras’ yang bertindak sebagai ketua pelaksana – mas Sammy
Admadinata, Didit Sujantra dan bang Daniel H Ghanie di topang jajaran panitia
yang berkenan mengerahkan segala tenaga dan pemikiran siang dan malam tanpa
kenal lelah hingga kemudian terwujudlah Lampung Jazz Festival 2016.
audiense dengan Ibu Yustin Ridho Ficardo selaku ketua Umum DKL 2 hari jelang LJF2016
bersenang senang menikmati suguhan roadshow
JUAL KAOS DEMI TUTUP ONGKOS
EventLampung Jazz Festival 2016 perlahan
terlaksana dengan dimulainya gelaranRoad Show yang bertujuan untuk memberitahu masyarakat luas akan pertunjukan
musik jazz di Lampung selain bagian dari promosi acara puncak LJF 2016. Dalam upaya mewujudkan gelaran LJF2016 menjadi
nyata bukanlah pekara mudah, kendala
teknis pelaksanaan hingga dana penopang acara tentu jadi pemikiran segenap
panitia. Itulah sebabnya panitia mencari celah untuk menggali sebanyak banyaknya
sumber dana. Menggaet pihak sponsor tentu merupakan hal utama selain upaya
upaya personal lainnya. Salah satu upaya
yang dilakukan oleh panitia adalah berjualan merchandise LJF2016 berupa kaos,
mug, topi hingga paket produk LJF yang
ditujukan untuk tamu VIP pada acara puncak LJF2016. Berjualan kaos dalam setiap gelaran roadshow
pun mewarnai aktivitas panitia dalam upaya mencukupi kebutuhan dana acara.
jenis dagangan penambah uang kas panitia
Bu Naning, Bendahara acara merangkap penjual kaos!!! Totalitas!!
tetap sumringah karena berjualan kaos
Roadshow
pertama sukses terselenggara di Mall
Kartini. Antusias tak hanya datang dari pengunjung yang menjejali sajian musik
musik jazz tetapi juga dari banyaknya musisi di Lampung yang berkenan
meramaikan tampilan panggung road show. Meski para musisi yang tampil di panggung road show tak diupah materi, tetapi
semangat mereka dalam performa tetap maksimal. Sungguh idealisme bermusik dari musisi Lampung yang patut di apresiasi tinggi.
performance HARMONI band dalam Roadshow di Mall Kartini
flying stage Simpur Center
Grupie band di Roadshow pelataran parkir KFC Coffee Kedaton
Rythm Pertiwi Band dalam jazz Bus di Bundaran Gajah
mba Hanny dan Ijal - sorak sorak bahagia berjualan merchendise LJF 2016
Sajian
roadshow LJF terus berlanjut. Musisi
yang terlibat pun tak hanya mereka yang berdomisili di Bandar Lampung, tetapi
musisi musisi handal yang berasal dari Metro, Pringsewu, Pesawaran hingga
Tulang Bawang Barat selalubersemangat menampilkan musikalitas mereka di
panggung roadshow. Sajian roadshow pun
semakin menarik dengan dukungan sound system dari Yuza Pentasindo pada roadshow
Flying Stage – Simpur Center dan Swaramas Sound System dibeberapa titik
roadshow lainnya yang semuanya merupakan bantuan dari pada owner soundsystem
yang mendukung penuh gelaran LJF2016.
photo bersama segenap panitia pada Roadshow terakhir di PKOR Way Halim - minus beberapa panitia yang tak hadir
PANGGUNG LJF 2016 SARAT MAKNA
Upaya
keras segenap panitia pun terwujud nyata. Panggung Lampung Jazz Festival 2016 yang direncanakan sedemikianrupapun
terselenggara. Bertempat di lapangan Korpri – komplek Gubernuran – Teluk Betung,
sajian musik jazz beragam warna pun akhirnya terdengar. Dalam 2 haripelaksanaan – 11 dan 12 November 2016, Lampung Jazz Festival berhasil
menampilkan para penyaji musik Jazz berkualitas. Gratis!!.
performa KM 11 & Robi Fankop
performa Absurdnation - Semarang
antusias penonton - untuk ukuran tontonan musik Jazz ini sudah rameee bangeddd
sajian musik khas Lampung di Welcome Stage
Tak sebatas
musik jazz tetapi juga sentuhan musik khas Lampung berupa gamolan Pekhing atau
yang familiar disebut Cetik Lampung mewarnaigelaran LJF2016 mulai dari
Welcome Stage hingga kehadiran mahasiswa asing asal Australia yang memainkan
Gamolan Pekhing dibawah arahan Raja Gamolan Pekhing Lampung – bang Lil yang berkolaborasi
dengan group jazz Lampung – Harmoni.
Kualitas
gelaran LJF2016 semakin kental dengankehadiran
jajaran musisi Jazz handal dari provinsi Lampung, mulai dari performa mas Bagas, SAN, Rizky Prasetyo, Purwacaraka,
Bobby Blues, GRSB, Rhythm Pertiwi, Restu & Friends, Grupie, KM 11 dan Bobby
Fankop hingga band Jazz Lampung – Harmoni featuring Inka Mamami.Tak
lupa jajaranpenampilan musisi jazz
nasional berkualitas seperti MLD Jazz project, Etawa jazz Club dari Jogja, , C n F dari Kalimantan Barat, Absurdnation dari Semarang hingga performa penyanyi
wanita muda berbakat asal Lampung – Kania bersama Frontline band yang tuntas
memuaskan penonton. Tak sebatas itu, panggung LJF 2016 juga menyajikan musisi
nasional bertaraf internasional, tengoklah Yohanes Gondo, Harry Toledo, Echa
Sumantri dalam group NEWB hingga Gilang
Ramadhan, Iwan Vestorman, Donny dan Adi Darmawan yang tergabung dalam band KOMODO
bersama performa sang DIVA musik Jazz Indonesia – SYAHARANI. Lengkap!!
penampilan KANIA yang semakin matang bersama Frontline band
A photo posted by SYAHARANI -the singer (@queenfireworks) on
Syaharani with KOMODO
Setiap
penampil memberikan sentuhan pesan dalam sajiannya. SepertiYohanes Gondo yang mengetengahkan lagu Georgia on My Mind dengan lantunan lirik
nan merdu dari ibu Naning sebagai
penghormatan pada mendiang mas Sigit Purnadewa – sosok musisi dan penggiat Jazz
di Lampung. Ada pula Harry Toledo – sosok bergelar ‘Setan Betot’tersebut justru memberi sentuhan personal yang mendalam melalui
permainan keyboard dalam beberapa nomor lagu yang ia suguhkan bersama sang
penyanyi dan team solidnya, seolah mengajak audience kembali pada hikayat jazz
yang sesungguhnya. Bahkan sosok drummer muda Echa Sumantri pun turut
mengumandangkan pesan damai disela-sela permainan drum yang ia pertunjukkan.
Tak sekedar suguhan musik jass berkualitas, penonton juga mendapatkan pesan personal yang mendalam dari setiap
penyaji di dua panggung megah Lampung Jazz Festival 2016.
2 panggung utama LJF2016
welcome stage LJF2016
Hadirnya
rintik hujan dalam dua hari penyelenggaraan bagai sentuhan restu sang pencipta
atas hajatan musisi dan penggiat musik Jazz di Lampung. Tak ubahnya dukungan kerja keras panitia dan segenap pihak
atas terselenggaranya event LJF2016. Antusias
penonton adalah dukungan nyata dalam
suksesnya gelaran musik Jazz di Lampung. Begitupun dengan kehadiran Gubernur
Lampung pada puncak acara LJF2016 bersama Istri – ibu Yustin Ridho Ficardo yang
meski tengah berbadan dua tetap antusias menyimak sajian demi sajian hingga
tampilan pamungkas Komodo dan Syaharani berakhir.Kehadiran pak Gubernur dan istri beserta
jajaran Forkopimda hingga akhir acara merupakan pemandangan langka, terlebih untuk
sebuah sajian musik Jazz.
Tak
berlebih kiranya, saat memandu acara di panggung – saya menyebut bertahannya pak Gubernur dan istri di tribun
VIP hingga sajian terakhir di panggung LJF2016 merupakan bentuk apresiasi
terhadap kerja keras segenap panitia dalam mewujudkan gelaran LJF2016 menjadinyata. Dukungan Ibu Yustin Ridho Ficardo
– istri Gubernur Lampung yang juga merupakan Ketua Umum Dewan Kesenian Lampung
(DKL) merupakan semangat yang mewarnai pergerakan panitia sejak awal. Sebuah semangat
kerja team panitia yang berlandaskan mimpi mewujudkan gelaran musik jazz di
Lampung dengan keinginan menggaungkan Lampung nanagung melalui musik jazz dan merawat lampung
dengan jazz. Semoga sinergiberagam pihak senantiasa terlaksana hingga
tidak menutup kemungkinan pada suksesi pelaksanaan event Jazz selanjutnya. Amin.
Terharu baca ini. Semua mau berkorban buat terselenggaranya gelaran kedua Lampung Jazz Festival. Mudah-mudahan panitia selalu semangat dan kompak buat bikin gelaran ketiga nanti. Aamiin.
Amiiinnn.... harapan aku juga semoga setiap tahun LJF dapat terselenggara selalu...dengan peningkatan lebih baik terus....dengan artis yang lebih banyak dan ternama lainnya dan dengan dukungan segenap pihak di provinsi Lampung...thanks Oom Yo udah woro woro in event LJF dan moto in aku on stage heheheheh
Mantabbbb
BalasHapusTerharuuu
BalasHapusTerharu baca ini. Semua mau berkorban buat terselenggaranya gelaran kedua Lampung Jazz Festival.
BalasHapusMudah-mudahan panitia selalu semangat dan kompak buat bikin gelaran ketiga nanti. Aamiin.
Amiiinnn.... harapan aku juga semoga setiap tahun LJF dapat terselenggara selalu...dengan peningkatan lebih baik terus....dengan artis yang lebih banyak dan ternama lainnya dan dengan dukungan segenap pihak di provinsi Lampung...thanks Oom Yo udah woro woro in event LJF dan moto in aku on stage heheheheh
Hapus