jajaran tamu daerah dari luar Jawa Barat ; kiri ke kanan (Surabaya, Manado, Lampung, Tanggerang dan Yogyakarta |
Undangan
menghadiri malam puncak pemilihan Mojang Jajaka Kota Bandung 2016 datang
kembali. Sebelumnya,
ditahun 2015, melalui mas Nur –
sosok baik dalam tubuh Indo Pageant, sempat mengundang saya dan Muli Mekhanai
Bandar Lampung untuk hadir sebagai tamu daerah dan berkunjung ke Mojang
Jajaka Bandung, meski undangan di tahun 2015 tersebut tidak dapat dipenuhi karena
benturan jadwal kegiatan.
Sebagai
penerima undangan dan juga memiliki hubungan pertemanan baik dengan mas Nur,
tentu saya berupaya semaksimal mungkin agar undangan tersebut dapat
dipenuhi. Beberapa persiapan jelang keberangkatanpun dilakukan. Mulai dari
persiapan perlengkapan, kostum penunjang, tiket keberangkatan hingga sepasang
Muli Mekhanai yang berkenan berangkat sesuai dengan jadwal yang panitia tetapkan. Sebagai tamu, tentu saja kehadiran kelak tak
boleh memalukan, karena semua berkenaan dengan nama baik.
Mekhanai Panca dan Muli Feriska atas nama IMKOBAL |
Bersyukur
segala pendekatan dalam persiapan keberangkatan
ke Bandung berlangsung lancar. Tante Rahayu dari Rahayu Gallery berkenan
mensponsori segala kostum kegiatan Muli dan Mekhanai hingga cinderamata.
Begitupula permohonan tiket penerbangan gratis yang di kabulkan oleh Exspress
Air, berkat upaya dari mas Irfan selaku Manager Area Exspress Air Lampung. Endorse…!! Bahkan mba Susi – sosok MUA handal berkenan
ikutserta dalam perjalanan kami. Sesuatu yang tak pernah terjadi
sebelumnya. Sebuah persiapan yang
dilancarkan sang Kuasa. Meski sosok Muli Liza dan Mekhanai Iqbal yang telah
saya persiapkan sebelumnya harus berganti pada Muli Feriska dan Mekhanai Panca,
mengingat jadwal perkuliahan Iqbal dan Liza yang tidak memungkinkan untuk
berangkat ke Bandung pada Jum’at pagi. Sebagai tamu, wajib bagi saya memenuhi harapan
panitia agar kehadiran tamu undangan sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah
panitia tetapkan. Salah satu etika bertamu tentu harus mengindahkan permintaan
yang mengundang, kan?.
Jumat,
25 November 2016 perjalanan menuju Bandung dimulai. Jadwal penerbangan pukul 06.15 WIB dengan Exspress Air dari Lampung keBandung menjadi olah raga jantung dipagi hari. Pasalnya, Aqin, Panca dan
Feriska baru menjemput saya di rumah pada pukul 06.00 WIB. Sedangkan mba Susi
diantar suami sejak pagi buta di bandara.
Pesan singkat terkirim kepada mas Irfan untuk memohon penundaaan
keberangkatan sejenak. Sebagai pemegang kendali kendaraan, Aqin pun dengan
tangkas mengatur laju kemudi diantara
suasana pagi Jumat yang cukup lengang.
Pukul 06.20WIB, kami tiba di
bagian depan gerbang bandara Radin Inten II yang sedang di renovasi. Kami pun
berlarian kebagian dalam check in, beruntung pesawat menunggu kami
berempat. Sungguh perilaku yang tak
patut ditiru. Jika saja bukan naik
Exspress Air, yang ada mas Irfan didalamnya tentu kami akan ditinggal pesawat.
Pesawat
Exspress Air mendarat selamat di Bandara Husein Sastranegara pada cuaca pagi
nan sejuk di kota Bandung. Saya dan
Panca serempak tertidur selama dalam penerbangan. Bisa jadi sebagai rasa lega
setelah olahraga jantung pagi buta mengejar pesawat dari pusat kota Bandar
Lampung ke Radin Inten II.
Setelah
mengurus bagasi, kami pun langsung dijemput oleh Wildi dan Yusra – dua sosok
Jajaka kota Bandung yang telah menunggu kami sejak pagi. Kami langsung diboyong menuju hotel Zodiak
yang terletak di kawasan Kebon Kawung – sebagai tempat bermalam para tamu
daerah dalam acara puncak Mojang Jajaka Bandung 2016.
Setelah
sempat melanjutkan tidur beberapa jam di kamar hotel Zodiak dan melaksanakan shalat
Jum’at bersama Panca pada masjid yang letaknya di gang sempit belakang hotel,
saya dan para tamu daerah yang telah hadir diajak menuju Saung Angklung Udjo.
Meski
secara pribadi, kunjungan ke saung Angklung Udjo bukanlah yang pertama, tetapi
selalu ada hal yang menyenangkan untuk disimak dalam setiap sajian di sasana
angklung yang telah mendunia tersebut.
Sore yang menyenangkan di Saung Angklung Udjo |
Benar
saja, sore itu, tak hanya saya dan jajaran tamu duta wisata saja yang hadir
tetapi juga beberapa rombongan tamu termasuk tamu mancanegara telah bersiap
menikmati suguhan seniman seniman Saung Angklung Udjo.
Dalam
tata pertunjukan. Angklung Udjo tak hanya sekedar memberi sajian yang menghibur
tetapi juga memberikan sisi edukasi makna seni dan tradisi daerah yang bernilai
jual tinggi. Sebuah sajian khas sunda dikemas dengan apik hingga dapat di
konsumsi seluruh lapisan kalangan hingga mancanegara tetapi tidak meninggalkan
khasanah luhur pasundan yang luhur. Tata
kelola arena pertunjukan pun sangat mewakili tata kehidupan masyarakat Jawa
Barat. Tak terasa waktu Maghrib pun tiba.
Bagi saya pribadi, mendatangi Saung Angklung Udjo bagai belajar bagaimana
mengelola nilai seni dan tradisi menjadi bernilai jual tinggi. Meski saya berharap
sajadah di Mushalla dapat diganti dengan yang baru. Karena warnanya yang telah
gelap dengan aroma sajadah yang tak lagi nyaman dipakai shalat.
Selepas
dari Saung Angklung Udjo, rombongan tamu daerah diajak menuju rumah malan Alas
Daun – lokasi pelaksanaan makan malam para duta wisata daerah dengan jajaran
pengurus paguyuban dan finalis Mojang Jajaka Kota Bandung 2016.
Tiba
di Alas Daun, aroma hidangan lezat menyengat. Tak sabar segera bersantap. Tapi tentu saja acara dibuka terlebih dahulu
oleh tuan rumah – paguyuban Mojang Jajaka.
Obrolan seru terlontar diantara aktivitas menikmati hidangan lezat Alas
Daun. Terlebih jajaran duta wisata dari kabupaten/kota di Jawa Barat yang juga
turut hadir. Seusai makan malam, para duta wisata luar Jawa Barat secara
bergantian menyerahkan cinderamata sebagai rasa kekeluargaan pada Paguyuban
Mojang Jajaka Kota Bandung. Bagi saya, tak sulit melebur dalam kerumunan duta
wisata. Selain tema obrolan yang sama dengan apa yang saya ketahui, tentu
keriuhan dalam suasana keakraban sebagai duta wisata dapat dengan mudah tercipta.
BANDUNG TOUR ON THE BUS
Sabtu
pagi menjadi semangat baru bagi saya terlebih jajaran duta wisata yang hadir. Sesuai
jadwal, sepanjang Sabtu siang kami akan diajak melakukan city tour kota
Bandung. Nah, city tour kali ini tidak menggunakan bis yang kemarin kami
gunakan kala ke saung Udjo tetapi menggunakan bis yang diberi nama BANDROS(Bandung Tour on the Bus) – kreatif ya pemberian namanya. Pertama kali bagi saya merasakan langsung
aktivitas keliling pusat kota Bandung dengan bis yang seluruh bagian badan bis
berlapis kaca hingga memudahkan pemakai melihat sekitar kiri dan kanan setiap
kawasan yang dilalui.
Dalam
rombongan tour, ikut serta seorang pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang
memberikan penjelasan seputar tempat tempat yang kami lalui selain penjelasan
dari pengemudi yang terkadang bertutur langsung soal Bandung.
Kunjungan
pertama kami siang itu adalah kawasan padat jalan Asia Afrika dan mengabadikan
diri pada Gedung Merdeka yang mengandung sejarah tersebut. Kunjungan
selanjutnya adalah Masjid Agung yang juga merupakan alun alun dan sarana bersantai
warga. Kami sejenak mengabadikan diri di bentangan rumput sintetis yang
terletak di depan masjid. Untuk
aktivitas diatas rumput sintetis itu, semua pengunjung wajib membuka alas kaki
ya...
Usai photo seseruan di depan Masjid Agung,
Bandros membawa kami melaju ke Balai Kota, berharap bisa bertemu langsung
dengan sang Walikota Bandung yang begitu terkenal – Ridwan Kamil. Meski keinginan
bertemu Walikota tidak terwujud, rombongan sempat disambut oleh Dedi Darmawan
selaku Kepala Bidang kesenian dan Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Bandung. Momen mengabadikan diri dan kebersamaan di halaman Balai Kota jadi sesuatu yang menyenangkan. Tersedianya beragam spot photo menarik diantara
bangunan Balai Kota beraksitektur lampau. Sangat Instagramable!.
Melengkapi
kegiatan city tour jajaran tamu daerah, panitia dari Mojang Jajaka Bandung
membawa rombongan tour menuju Gedung Sate – sesuatu yang sangat iconic dari
Bandung. Mengabadikan moment kebersamaan di depan halaman Gedung Sate bersama
para duta wisata daerah sebelum akhirnya menyempatkan hadir di Festival Babakan
Siliwangi yang dihelat oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bandung dengan
menghadirkan segala jenis seni budaya sunda lengkap dengan kehadiran komunitas
kesundaan sebagai ajang hiburan dan edukasi dengan tema acara ‘Sundanese Pop
Culture’. Sesuatu yang menghibur dan memberi sisi lain dari sebuah seni budaya
dalam kemasan pop masa kini. Dipenghujung kegiatan City Tour bersama Bandros
adalah singgah makan siang di Nasi Bancakan yang sangat lezat. Disela makan
siang saya juga menikmati kue kotak yang memiliki cita rasa istimewa dengan
proses memasak yang dapat disimak langsung oleh pengunjung.
Seusai
makan siang dan kebersamaan di gerai Nasi Bancakan, seluruh rombongan kembali
ke Hotel Zodiak untuk mempersiapkan diri tampil di malam puncak Mojang Jajaka
Bandung. Saya dan tim dari Bandar Lampung sempat tidur 2 jam sebelum akhirnya
mempersiapkan tampilan hadir di malam final.
Lepas
Maghrib, seluruh tamu daerah berangkat menuju Hotel Haris Convention Center
menghadiri malam puncak dari proses pemilihan Mojang Jajaka Bandung 2016.
Selayaknya suasana puncak dari sebuah pemilihan, kemeriahan telah terasa sejak
bagian luar gedung. Pengunjung berdatangan memenuhi undangan yang hadir dengan
tampilan terbaik. Muli Feriska dan
Mekhanai Panca sempat mengabadikan diri mereka dengan Ibu Ataliya Pratatya – istri dari Walikota
Bandung – Ridwan Kamil. Tak photo sama Ridwan Kamil, sama Istri nya jadilah. Heheheh.
Malam
puncak yang meriah dan tertata dengan apik. Sajian diatas pentas yang memukau
dengan tetap menghadirkan sentuhan daerah yang menyegarkan mata hingga terpilihlah sepasang sosok yang berhak menyandang gelar Mojang dan Jajaka Kota Bandung 2016.
Bagi
saya, menghadiri undangan sebagai tamu daerah dalam acara pemilihan duta wisata
daerah adalah sarana belajar. Belajar bagaimana duta wisata setempat
memperlakukan tamu daerahnya. Belajar bagaimana organisasi duta wisata daerah
atau paguyuban menghelat gelaran akbar tahunan berupa pemilihan duta wisata
daerah. Dan masih banyak pelajaran berharga lainnya yang didapat saat menjadi
tamu daerah. Itupun bagi yang mau belajar. Karena bisa jadi sudah puluhan kali
menjadi tamu daerah tetapi tidak mendapat apa apa, tidak berimplikasi positif
apapun terhadap paguyuban di daerah sendiri. Mungkin hanya sekedar jalan jalan
saja.
Sungguh
saya beruntung dapat dengan langsung menghadiri undangan Paguyuban Mojang
Jajaka Kota Bandung yang menurut saya memiliki kiprah yang baik sebagai suatu
Paguyuban dengan tata kelola tim yang patut di jadikan acuan bagi paguyuban
duta wisata daerah lainnya. Terima kasih atas perkenan Paguyuban Mojang Jajaka
Kota Bandung melibatkan Muli Mekhanai Bandar Lampung dalam jajaran tamu daerah.
Terima kasih Mas Nur, Kang Fajri yang telah berkenan jadi pihak bertanya dan
selalu di repotkan. Terima kasih atas keramahtamahan dan kekeluargaan yang
ditanamkan oleh rekan rekan Mojang Jajaka Bandung selama saya dan tim mengikuti
rangkaian acara. Semoga kita bisa bersinergi pada gelaran selanjutnya.
Salam Guyubsalawasna!
0 comments :
Posting Komentar