Bagi warga
Bandar Lampung yang menyukai interaksi dengan hewan berjenis kera ekor panjang
atau Macaca Fascicularis, tak perlu
menghabiskan biaya keluar kota. Karena kamu
bisa menyambangi Taman Hutan Kera yang letaknya justru di tengah kota Bandar Lampung.
Luas hutan
‘Taman Hutan Kera’ yang terletak di
perkampungan Tirtosari – Teluk Betung
Utara – Bandar Lampung ini, tak lebih
dari tiga hektar. Bentuk lahannya pun berupa tanah lereng curam milik Pemerintah
Kota Bandar Lampung. Aneka pohon seperti
akasia, mentru, sengon dan pepohonan perdu dapat dijumpai dalam kawasan hutan.
Karena
kawasan hutan ‘Taman Hutan Kera’ berbentuk lereng, maka akses menuju kawasan Taman Hutan Kera dapat dilakukan
dengan dua cara. Yang keduanya hanya butuh waktu 5 menit dengan akses kendaraan
roda empat maupun roda dua dari Tanjung Karang – pusat kota Bandar Lampung.
peta letak Taman Hutan Kera |
Cara
pertama, Jika kamu menaiki angkutan umum dari Tanjung Karang ke arah Teluk Betung,
kamu berhenti di perempatan Sarijo di jalan Diponegoro – tak jauh dari turunan
hotel Marcopolo. Setelah itu kamu harus
menuju kebagian dalam ke arah SMA Negeri
4 Bandar Lampung (jalan Ciptomangunkusumo). Sayang tak ada
angkutan umum menuju bagian dalam, tapi bisa dengan ojek yang tersedia dibagian pertigaan Sarijo atau jika kamu gemar berjalan kaki, akses menuju
bagian dalam sejauh + 1 kilometer dapat kamu tempuh
dengan berjalan kaki. Anggap saja olah
raga yaa…
Setelah
itu, pengunjung akan melihat Gapura bertuliskan ‘Selamat Datang di Taman Hutan
Kera’ dibagian kiri jalan. Masuki gapura tersebut lalu lanjutkan berjalan kaki
dengan melewati barisan rumah warga dan area kolam pemancingan umum. Sebelum
akhirnya pengunjung akan menemukan hamparan hutan di ujung jalan.
Cara
ini kerap disebut kunjungan ke bagian bawah dari kawasan Taman Hutan Kera.
gapura masuk ke dalam kawasan Taman Hutan Kera |
kawasan kolam pemancingan umum yang akan ditemui pengunjung setelah masuk gapura Taman Hutan Kera |
Cara
kedua, untuk bertemu kera kera di Taman Hutan Kera adalah dengan cara naik
angkot Pahoman kearah jalan Dr. Susilo dan turun di jalan kesehatan. Berdiri gapura
yang letaknya persis disamping kantor Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.
Kemudian kamu harus berjalan kaki lebih kurang 500 meter kebagian dalam tepat
menuju arah Hotel Hartono. Nah, ketika menemukan letak gerbang hotel Hartono,
pengunjung berbelok ke kana. Akan
terlihat kawasan yang di papingblock tepat
didepan beranda beberapa rumah yang menjadi tempat berkumpulnya para Kera. Sebenarnya, cara kedua ini bukanlah sesuatu
yang resmi tetapi mengingat kondisi tanah kawasan hutan kera yang curam, jadi
kumpulan kera kera justru menjadikan tanah datar di depan rumah warga ini
sebagai tempat mereka berkumpul karena dekat dengan bagian puncak dari
pepohonan yang tumbuh di kondisi tanah curam.
GOA JEPANG DAN MATA AIR YANG TAK
PERNAH KERING
Mengunjungi
kawasan Taman Hutan Kera bukanlah hal baru bagi saya. Dibeberapa kesempatan khusunya diakhir pekan,
terkadang saya mengajak anak istri untuk
mendatangi Taman Hutan Kera. Baik mengunjungi kawasan hutan dari bagian bawah
lereng melalui Sarijo ataupun menemui
kera kera dari bagian atas lereng (melalui jalan Kesehatan). Waktu kunjungan
yang paling baik adalah di kala sore (setelah pukul 15.00WIB), karena jumlah kera
yang muncul dihadapan pengunjung akan lebih banyak. Bahkan sejumlah kera kerap
menghampiri kendaraan pengunjung. Bila
ingin melakukan interaksi dengan kera kera ekor panjang di kawasan ini, jangan
lupa untuk membawa makanan yang disukai kera, seperti aneka jenis pisang,
kacang-kacangan hingga beras dan umbi-umbian. Beberapa pengunjung kerap
menjadikan jenis makanan yang mereka bawa sebagai pancingan interaksi dengan
para kera. Tapi tetap jaga jarak aman dengan para kera ya, karena tak sedikit
pengalaman pengunjung yang terkena cakaran para kera. – boleh sih akrab sama Kera, tapi jangan akrab akrab amat lah, hehehehe….
bujang pertama saya yang senang berinteraksi dengan Kera |
bujang kedua yang mengimingi pisang ke Kera dari balik kaca mobil (takut ketemu langsung) |
Jika
berkunjung ke kawasan Taman Hutan Kera pada bagian lahan bawah atau melalui
jalan Sarijo, maka pengunjung dapat melihat sumber mata air yang tak pernah
kering dimusim kemarau sekalipun. Beberapa warga sekitar masih memanfaatkan
sumber mata air tersebut untuk mandi, mencuci pakaian hingga mencuci kendaraan
bermotor.
Tak
hanya itu, berdekatan dengan sumber mata air juga terdapat sebuah Goa
peninggalan jaman Jepang yang terhubung dengan Bunker yang terdapat didepan Dinas
Pendidikan Kota Bandar Lampung. Bentuk mulut Goa yang terkunci dan terlarang
untuk dimasuki secara umum itu seolah menambah
suasana ‘angker’ kawasan hutan.
pintu Goa jaman Jepang yang berdinding beton dan di gembok yang ada dalam kawasan Taman Hutan Kera |
Bungker depan Dinas Pendidikan Bandar Lampung yang merupakan ujung dari mulut Goa yang terletak di Taman Hutan Kera |
sumber mata air yang tak pernah kering yang terletak di dalam kawasan Taman Hutan Kera |
ASAL MULA PARA KERA
Kawasan
Hutan Kera di perkampungan Tirtosari
dalam kecamatan Teluk Betung Utara tersebut sebelumnya tidak terlalu dikenal.
Nama hutan kera sendiri baru popular pada akhir tahun 1990-an dan hingga kini sekitar 300-an kera jenis ekor panjang mendiami kawasan
Hutan. Populasi kera di kawasan hutan bermula ketika salah seorang warga
sekitar bernama pak Bagio tak sengaja melepaskan kera peliharaannya ketengah
hutan. Tak lama berselang, kera yang di lepaskan justru berkembang biak
dikawasan hutan tepat di area warga kerap mengambil air dari mata air alami.
kera kera yang nyaman bersantai diatap kendaraan pengunjung |
salah satu akses jalan dari Taman Hutan Kera bagian bawah ke bagian atas |
Kembangbiak
kera ekor panjang di kawasan hutan pun
kemudian mendatangkan permasalahan tersendiri. Luas hutan yang terbatas, tidak
menyediakan cukup makanan bagi kera. Sehingga membuat sebagian dari kera kera tersebut
keluar kawasan hutan dan mencari sumber makanan pada lahan penduduk yang ada di
sekitar hutan atau bahkan muncul di halaman hotel Hartono. Hingga tak jarang
kera kera yang liar mendapat perlakukan kasar dari para warga. Mengingat hal
tersebut, pemerintah kota Bandar Lampung sebagai pemilik tanah melalui Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung memberikan bantuan berupa bahan makanan dan beberapa perlengkapan
penunjang lainnya melalui pengurus kelompok Sadar Wisata kawasan Taman Hutan
Kera yang telah dibentuk.
sekumpulan kera yang saya abadikan melalui kamera ponsel |
kera yang berani menaiki bagian depan mobil pengunjung |
interaksi pengunjung dengan kera kera di Taman Hutan Kera - Bandar Lampung |
Jadi,
bila memiliki waktu luang dan tak sungkan berinteraksi memberi makan secara
langsung kera kera, tak ada salahnya kamu datangi kawasan Taman Hutan Kera yang
tak hanya sekedar jadi hiburan semata tetapi dapat jadi sarana kamu untuk ‘menepi
sesaat’ dari hiruk pikuknya perkotaan dan penatnya beban pekerjaan. Tapi jangan
lupa, jika bertandang ke kawasan Taman Hutan Kera, mohon jangan buang sampah
sembarangan yaa… tetap jaga kebersihan
lingkungan demi kelestarian alam dan kenyamanan hidup dimasa mendatang.
setiap sore disini selalu ramai ya om pengunjung. aku sudah beberapa kali ksini tidak pernah bosan. apa lagi kemarin pas dmadura berkunjung ke hutan kera juga..
BalasHapusDi Palembang ada juga tempat kayak begini bang. Di Punti Kayu (tapi ini keranya dikurung) dan di stadion Patrajaya deket rumahku. Konon keranya dikeramatkan. Hmm...
BalasHapusya aku pernah denger cerita anak muli mekhanai bertandang ke Punti kayu...nanti kalo ke palembang aku mau kesana juga laah ehehheheh....soal kera keramat ada juga cerita kera yang keramat di Taman Hutan Kera Bandar Lampung tai kisahnya gak jelas..hehehe
HapusHIIITTTSSS sekaliiiiii kakak Fajrin....sampe ke Madura...hehehehe.... btw soal Taman Hutan Kera selalu jadi tempat konjungan pas ada waktu luang...sesekali buat nengok tementemen diisana hahahahah
BalasHapusAda kolam pemancingan, itu monyet2 suka makan ikan ngak ???
BalasHapusheheheheeh kakak Cumi bisa jaaa...monyet gak makan ikan kakak..karena ikan itu Pisces dan Monyet itu Shio nya akuuuu hehehehehhe
Hapus