Begitu
tulis seorang teman dalam pesan singkat ketika ia mengetahui saya sedang
di Kalianda – pusat kota Lampung Selatan.
Saya
tetap bersemangat mengemudikan kendaraan seorang diri dari Bandar Lampung
menuju Kalianda. Normalnya, jarak tempuh Bandar Lampung – Kalinda itu 2 jam.
Tetapi karena saya menikmati perjalanan
dan sempat singgah di beberapa titik keramaian dan spot menarik dalam perjalanan menuju Kalianda,
jadilah waktu tempuh saya menjadi 3 jam. Pada malam
sebelumnya, saya sempat buat status melalui
akun Facebook – mengajak secara terbuka, siapa tahu ada yang mau ikutserta ke
Kalianda bersama saya. Walau kemudian tak ada yang berkenan. Bisa jadi hari Rabu
kala itu. Hari dimana teman teman pejalan sedang bertugas jadi orang kantoran.
suasana jalan di Kalianda |
masjid Agung Kalianda |
Garis
pantai telah nampak sejak mobil yang
saya kemudikan memasuki bagian utara di dalam kota Kalianda. Niat menghabiskan
waktu senja di keramaian kota Kalianda adalah sesuatu yang telah saya
rencanakan saat memulai perjalanan dari Bandar Lampung. Sebenarnya, kedatangan saya di Kalianda karena
ada pekerjaan memandu acara pembukaan Lampung Selatan Fair 2016. Tapi, mumpung sudah di Kalianda, rugi rasanya
jika tidak melakukan sedikit eksplorasi. Hehehehe,
dasar tukang jalan!!. Meski memang soal
eksplorasi tak kan cukup jika hanya 2 jam saja. Tapi setidaknya menambah kesegaran
mata dan meluaskan pemahaman soal lingkungan dimana saya berada. Kemon Genks!!!Eh – hanya diri sendiri, tak
ada Genks!.
kapal kapal nelayan di dermaga Boom Kalianda |
MENIKMATI SENJA DI DERMAGA BOOM
KALINDA
Pukul
3 sore kala itu. Cuaca di Kalianda sangat bersahabat. Saya sempat singgah menikmati
suasana tenang depan Masjid Agung Kalianda sembari melihat aktivitas warga sebelum
akhirnya memutuskan melajukan kendaraan ke Dermaga Boom Kalianda.
Kunjungan
pertama adalah kawasan Dermaga Boom Kalianda. Pengunjung dapat mengakses
Dermaga Boom Kalianda dengan roda dua atau roda empat dengan jarak tempuh 15 menit dari pusat kota
Kalianda. Bagi saya, dermaga Boom
Kalianda seolah memutar kenangan saya saat dulu pernah memulai perjalanan menujuGunung Anak Krakatau dalam rangka Festival Krakatau di tahun 2014. Pelayaran
yang berkesan kala itu.
Mulanya,
dermaga Boom Kalianda adalah pusat para
nelayan berlabuh setelah usai melaut. Selain itu, menjadi tempat transaksi jual
beli hasil tangkapan nelayan.
Memasuki
kawasan Dermaga Boom Kalianda, pengunjung akan langsung melihat hamparan laut
lepas dengan berbagai model perahu kayu khas nelayan dibibir dermaga. Sementara
lantai dermaga yang kokoh menjadi tumpuan utama kapal singgah di dermaga Boom
Kalianda.
Kini,
dermaga Boom Kalianda telah mengalami peningkatan fungsi. Tak hanya sebagai
dermaga nelayan berlabuh dan bertransaksi hasil tangkapan laut semata, tetapi
telah menjelma menjadi pusat rekreasi dan wisata kuliner.
pasar ikan Higienis di Dermaga Boom Kalianda |
Di Dalam
area Dermaga Boom Kalianda, kini telah tersedia panggung utama bak aphitheater yang dalam kurun waktu tertentu
menyuguhkan sajian seni budaya masyarakat Lampung Pesisir atau kerap juga
digunakan sebagai panggung hiburan pada perhelatan event tahunan di Kalianda.
Tak hanya itu, di beberapa bagian dari area panggung terbuka ditengah kawasan
dermaga itu juga dipasang payung payung raksasa, mirip suasana di halaman
Masjid Nabawi – Madinah. Penataan dermaga yang bersih dan nyaman untuk
dijadikan tempat bersantai membuang waktu sore hingga menikmati matahari
tenggelam. Hamparan pilihan kuliner pun
tersaji lengkap didalam kawasan dermaga ini. Bagi yang lapar dan haus, tak
perlu khawatir, kawasan dermaga Boom Kalianda yang memang telah dijadikan
sentra wisata kuliner di Kalianda ini menyajikan beragam pilihan kuliner. Mulai
dari beragam camilan hingga makan berat berupa nasi dan ikan bakar lengkap
dengan laukpauknya.
Selain
sebagai kawasan wisata kuliner, di dalam kawasan dermaga Boom Kalianda juga terdapat
pasar ikan higienis yang bisa dimanfaatkan pengunjung membeli ikan segar yang
baru saja di peroleh nelayan. Soal harga relatif murah ketimbang pasar di pusat kota. Saya pribadi sebenarnya
tertarik untuk membeli ikan laut segar dengan harga yang cukup murah itu.
Sayang, saya masih harus tugas sampai larut malam dan tidak memungkinkan ikan
bertahan didalam mobil sampai malam. Alamat
mobil ngana bau amis berhari-hari.!!
hamparan bagian dalam dermaga Boom Kalianda |
Sudahlah,
melihat-lihat sajian ikan segar di kios pasar ikan sudah merupakan jadi hiburan
yang menyenangkan sore itu, meski beberapa penjual tidak terlampau bersahabat
ketika saya meminta izin untuk mem-photo dagangannya. Bisa jadi penjual ikan
hanya berjualan ikan saja. Bisa jadi juga penjual penjual ikan di dermaga Boom
Kalianda belum mendapat sentuhan sosialisasi sadar wisata dan sapta pesona. Karena jika sudah diajari soal sadar wisata
dan sapta pesona, sudah tentu wajah mereka akan lebih sumringah menyambut kehadiran siapapun
yang datang. Atau beberapa pedagang yang tak ramah itu sedang ada masalah pribadi
kali ya?, yaah kali lah ya. Sudahlah
lupakan! Hehehe.
JAJANAN DI PASAR TRADISIONAL
Ingin
rasanya saya berlama-lama di dermaga Boom Kalianda. Duduk santai melepas
pandangan ke hamparan laut lepas ditemani suasana temaram jelang senja tentu
jadi keindahan tersendiri. Tapi waktu tak memungkinkan saya untuk berlama lama.
Saya pun tahu diri bahwa harus bersiap di belakang panggung setidaknya 2 jam
sebelum tugas memandu acara dimulai. –biasa,
acara yang melibatkan struktur pemerintahan dan tata ke-protokoler-an itu harus lebih super sabar dalam persiapan.
jajanan pasar yang wajib di beli jika ke pasar Kalianda |
Perjalanan
pulang menuju pusat kota Kalianda dari dermaga Boom saya manfaatkan untuk
singgah sejenak di pasar tradisional pusat kota Kalianda. Aktivitas khas pasartradisional tak seramai biasanya. Mungkin kedatangan saya sudah sore. Saya
masih punya waktu lebih kurang 40 menit lagi untuk menikmati atmosfir dalam
kawasan pasar tradisional. Ada penjaja otak otak di beberapa pinggiran ruko
persis di sudut jalan dimana saya menghentikan kendaraan. Saya pun tak sungkan
mencoba. Enak.
Kalianda
memang terkenal dengan camilan hingga sajian makanan berat yang berasal dari olahan ikan.
Tentu saja hasil laut Lampung Selatan melimpah ruah. Nyaris jenis jajanan pasar di sepanjang jalan
pasar tradisional menghadirkan nuansa olahan hasil laut. Mulai dari bakwa udang,
bakso goreng ikan, hingga mpek-mpek dan otak otak. Saya pun tak sungkan
mencicipi semua jenis jajanan olahan ikan yang saya temui.
Masih
dalam suasana sore di pasar tradisional kota Kalianda, saya kemudian mendekat
kearah penjaja kue kue tradisional yang cukup ramai dikunjungi pembeli. Benar saja, keramaian pengunjung
pada penjaja kue itu karena cita rasa kue yang lezat. Meski jajanan tradisional
tetapi kue kue yang di jajakan memiliki
cita rasa lezat dan yang paling penting harganya bersahabat. Tidak terlalu
mahal. Donat gula, kue lapis, bubur biji salak, cenil, aneka gorengan dengan
somay sebagai pelengkap merupakan keunggulan dari dagangan si mba yang juga
ramah dan selalu senyum meladeni pembeli.
Aaahh… emang saya suka khilaf kalo soal
jajanan pasar.
Dibagian
seberang penjaja kue tadi ada depot bakso bertuliskan ‘Bakso Jember’ sebagai
nama kios. – Sebenarnya, saya sedang di
Jember apa di Kalianda ya, hehehehe. Saya pun terpanggil memasuki bagian
dalam penjaja Bakso karena melihat ramainya jajaran motor pengunjung terparkir
di depan kios Bakso. Saat mencecap, cita rasa baksonya khas sekali. Cukup menyenangkan
menemukan sajian daerah yang khas. Yang tentu sulit untuk dijumpai dipusat
perkotaan.
saya di Jember apa Kalianda yaa?? |
bakso Jember Kalianda |
Pemberitahuan
pesan masuk di ponsel saya terus berbunyi ketika sedang asik menikmati semangkuk Bakso. Rupanya EO Global Futurindo
mengingatkan saya untuk bersiap di belakang panggung.
Baiklah,
eksplorasi 2 jam memang terbatas. Tapi setidaknya saya mendapat banyak hal
baru. Penyegaran suasana diri dan tambahan pengetahuan saya soal lokasi menarik
di Kalianda.
Pukul 17.00WIB saya bergegas menuju lapangan Cipta Karya di bagian selatan kota Kalianda
untuk bersiap dibelakang panggung jelang tugas memandu acara pembukaan Lampung
Selatan Fair 2016.
Jangan
khawatir, 2 Desember mendatang saya akan kembali lagi ke Kalianda dengan tugas
memandu penutupan Lampung Selatan Fair 2016. Tentu ada celah buat saya untuk
tandang ke beberapa hal menarik lainnya. Yeeyy…
Ah klo ingat pelabuhan bom ingat festival krakatau 2014 om.. :(
BalasHapusKalianda emang kece mas, saya jg kpn kpn ke sana lg insyaalloh :)
BalasHapusKalianda ini deket bakaheni kan yaaa, arah kalo mau ke canti krakatau ??
BalasHapus