Ketika kualitas pendidikan digadang menjadi salah
satu tujuan dalam mengembangkan kualitas manusia. Ketika pendidikan berkualitas
menjadi salah satu program unggulan pembangunan Pemerintah Daerah di Indonesia.
Ketika pejabat tinggi pandai ber-retorika soal pentingnya peningkatan mutu
pendidikan kala mereka berpidato dihadapan banyak khalayak, di kabupaten
Pesawaran – provinsi Lampung justru
masih ada bangunan sekolah bagai bentuk bangunan sekolah di film Laskar
Pelangi.
|
Madrasah Ibtidaiyah Pahmungan - kecamatan Kedondong - kabupaten Pesawaran |
|
akses jalan menuju bagian gedung sekolah MI Islamiyah |
Adalah Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Pahmungan yang
terletak di desa Way Kepayang kecamatan Kedondong kabuapten Pesawaran provinsi Lampung.
Bentuk bangunan sekolah dari papan reot yang saya lihat langsung saat ikutserta dalam
gelaran Ruang Jingga pada Sabtu, 4 Februari 2017 lalu.
|
rute jalan dari Bandar Lampung ke dewa Way Kepayang - kecamatan Kedondong - Pesawaran |
Akses menuju MI Islamiyah Pahmungan di desa Way
Kepayang tidaklah terlampau sulit. Dari kota
Bandar Lampung – posisi dimana saya dan rekan rekan Ruang Jingga memulai
perjalanan, memakan waktu ; 1 jam 45 menit berkendara dengan kondisi jalan yang
relatif baik. Bahkan menuju kearah MI Islamiyah, pengendara akan melalui
komplek Pemda Pesawaran yang megah sebelum melaju ke rute jalan Kedondong –
Padang Cermin. Suasana perkebunan menjadi pemandangan dominan yang akan dilalui
pengendara menuju kawasan desa Way Kepayang.
Dibeberapa bagian, pengendara akan bersinggungan dengan lahan hunian
warga dengan kondisi jalan berkelok menuju desa Way Kepayang.
|
tampak suasana depan gedung sekolah |
Ketika tiba di desa Way Kepayang, khusus kendaraan
roda empat harus parkir di bahu jalan raya dikeramaian desa sebelum meniti
jalan tanah menuju lokasi MI Islamiyah Pahmungan.
Janganlah membayangkan suasana gedung sekolah yang
megah dengan fasilitas belajar mengajar yang memadai. Melihat kondisi gedung sekolah
yang tegak bediri dari papan reot dan bolong bolong saja hati saya sudah terenyuh.
Sekumpulan anak anak menyambut kedatangan saya dan teman-teman Ruang Jingga
Lampung. “…Asalamualaikum, kakak-kakak…” sapa sekumpulan anak anak dengan
senyum merekah. Aaahh… adem banget
lihat wajah ramah nan sumringah mereka.
|
anak anak berkumpul di depan gedung sekolah |
|
suasana 'ice breaking' di halaman sekolah |
Wajah bahagia anak anak terus terlihat ketika mereka
dikumpulkan dihalaman sekolah untuk diajak berkenalan oleh teman teman
komunitas Ruang Jingga. Suasana riang pun tercipta kala ‘Ice Breaking’ tersaji begitu seru, ditambah keikutsertaan sosok
terkenal ibukota asal Lampung – Robby Purba, membuat anak anak lebih
bersemangat mengikuti gerakan gerakan yang diperagakan team Ruang Jingga
Lampung. Wajah wajah bahagia anak anak berbanding
terbalik dengan suasana yang mereka rasakan selama menimba ilmu di MI Islamiyah
Pahmungan. Sungguh perjuangan untuk menjadi generasi masa depan berkualitas
dengan sarana belajar yang ala kadarnya.
|
tampak salah satu murid dalam salah satu ruang belajar |
|
suasana lorong teras sederhana berpagar bambu ala kasarnya dedepan ruang kelas |
|
suasana pemukiman warga desa Way Kepayang dekat bangunan sekolah MI Islamiyah |
|
mba Mamik dari Ruang Jingga Lampung menyapa anak anak di ruang belajar. |
GEDUNG
SEKOLAH BERSANDING DENGAN KANDANG KAMBING!!.
Disela aktivitas yang dilakoni oleh team Ruang Jingga
Lampung, saya menyempatkan melihat secara langsung kondisi sekitar gedung MI
Islamiyah Pahmungan desa Way Kepayang. Cuma mau memastikan secara langsung kondisi
sekolah dengan mata dan kamera ponsel saya.
Secara keseluruhan, gedung sekolah berdinding papan
reot dan bertiang pintu keropos tersebut dekat dengan kawasan pemukiman masyarakat desa. Memililki 6 ruangan. 5 ruang belajar
dan 1 ruang guru dan kepala sekolah. MI Islamiyah Pahmungan hanya memiliki
siswa kelas 1 sampai 5 saja karena memang sekolah MI Islamiyah baru berdiri 5
tahun terakhir. Gedung tanpa pelapon dan
tanpa penutup jendela tersebut begitu seadanya. Rangka silang kayu langsung
terlihat pada bagian atap sekolah. Karena tak ada daun jendela yang menutup
ruangan kelas, maka ruangan belajar kerap dimasuki air saat musim hujan berlangsung
bahkan debu kala musim kemarau yang berasal dari halaman tanah depan gedung
sekolah.
|
gedung sekolah bersanding dengan kandang kambing |
Suasana gedung sekolah yang seadanya nampak kontras
bersanding dengan lantai semen sederhana dengan beberapa bagian lantai yang berlubang.
Begitu pula dengan pagar bambu sederhana yang terpasang dibagian depan gedung
sekolah seolah berfungsi menjadi lahan teras didepan ruang belajar mereka. 81 orang siswa MI Islamiyah Pahmungan pun
belajar dengan bangku dan kursi seadanya. Beberapa bangku dan kursi yang mereka
gunakan tampak usang dan berlubang dibeberapa bagian. Dinding sekat antar
ruangan pun berlubang dibeberapa bagian, sehingga suasana belajar satu kelas
dengan kelas yang lain akan terdengar jelas saat proses belajar mengajar
berlangsung bersamaan.
|
kondisi ruang belajar - lihatlah lantainya!!!. |
|
lubang lubang di antara papan sekat antar ruangan - photo by Eri. |
|
bagian belakang gedung sekolah - dinding tanpa penutup jendela. |
Dengan bentuk bangunan yang memprihatinkan dan
minimnya fasilitas penunjang belajar mengajar di MI Islamiyah semakin miris dengan berdirinya
kandang kambing yang letaknya persis di sebalah ruang kelas paling ujung. Aroma tak sedap yang berasal dari kandang
kambing pun mudah tercium dari ruangan kelas. “saya dan anak anak sudah
terbiasa, mas” sahut salah seorang guru yang saya tanyai tanggapannya soal hadirnya kandang kambing disamping bangunan
sekolah mereka.
|
kandang kambing samping ruang belajar |
“Dulu, gedung sekolah ini berdinding geribik dan
berlantai tanah.” ucap ibu Hartati, S.Pdi memulai percakapannya pada saya. “Tanah
bangunan ini juga merupakan hibah dari salah seorang warga di desa ini, mas”
lanjut ibu Hartati berkisah. Berkat
gotong royong warga sekolah MI Islamiyah berdiri dengan kondisi yang terlihat
saat ini. Dalam penuturannya, Ibu Hartati
– yang merupakan Kepala Sekolah sekaligus guru tersebut menjelaskan bahwa telah ada upaya untuk meminta bantuan
yang kerap dilakukan dengan mengajukan proposal pada pihak terkait. “Sampai
saat ini, kami masih menunggu bantuan, mas” ucap ibu Hartati. Tenaga pengajar MI
Islamiyah yang berjumlah 9 orang guru berstatus honorer itu pun kerap bahu
membahu dalam melaksanakan proses mengajar hingga mengupayakan sarana belajar
bagi siswa. Bagai pepetah ‘Tak Ada Rotan
Akar pun Jadi’, daripada menunggu bantuan yang belum pasti atau mengeluh soal minimnya
sarana belajar mengajar, lebih baik melaksanakan proses belajar bagi
kepentingan siswa siswa desa Way Kepayang.
|
penampakan pada bagian dalam gedung sekolah dengan sekat papan seadanya |
Sungguh ironis dan memprihatinkan melihat kondisi
gedung sekolah dengan minimnya sarana belajar mengajar yang ada di MI Islamiyah
pahmungan desa Way Kepayang. Gedung Madrasah yang berdiri sejak tahun 1983
dengan tanah yang merupakan hibah warga setempat tersebut memiliki izin
operasional dari Kementerian Agama Yayasan Pendidikan Islam (YPI). Meski
begitu, MI Islamiyah bagai lembaga pendidikan yang tak dihiraukan oleh
Pemerintah Daerah Pesawaran. Jangankan fasilitas penunjang proses belajar
mengajar, sarana MCK pun tak ada!!. “Soal WC, pengajar maupun murid masih menumpang
pada rumah warga terdekat” jelas salah seorang guru honorer yang saya ajak
berbincang seusai makan siang. “…malah beberapa anak sering kencing sembarangan
di belakang gedung sekolah, mas…” tutur sang guru yang juga warga desa Way
Kepayang.
|
aktivitas anak anak menyantap bekal yang mereka bawa dari rumah disela jam istirahat siang |
Berada di MI Islamiyah – desa Way Kepayang sejak
pagi hingga tengah hari membuka mata saya akan sisi lain dari wajah pendidikan
di provinsi yang saya diami. Sebuah fakta dunia pendidikan yang tak pernah
terpublish dimedia. Meski jarak MI Islamiyah tak terlampau jauh dari
Gedongtataan – pusat keramaian dari kabupaten Pesawaran justru membuat sekolah ini minim perhatian pemerintah daerah
setempat. Tiadalah arti dari fungsi penguasa, bila pendidikan dasar masyarakat desa masih
tak mendapat iba. Semoga jajaran pengajar hingga siswa MI Islamiyah senantiasa
diberi kesehatan dalam semangat menimba ilmu. Karena masa depan yang pintar,
sukses dan bahagia tak hanya jadi hak warga kota semata.
Seharusnya tempat pendidikan itu harus layak pembangunan ny di Prov.Lampung seperti di Kab.Pesawaran ini om. Sedih melihat kelas mereka di samping kandang kambing..
BalasHapusDi Palembang sendiri, di tengah kota, masih ada sekolahan yang kondisinya seperti itu bang. Tahunya saat kegiatan Kelas Inspirasi dilakukan. Ironis sekali.
BalasHapusLihat foto makan bareng itu, jadi ingat masa sekolah. Aku masih bawa bekal sampai kelas 3 SMA hehe. "Terpaksa" karena ikutan ekskul. Tapi jadinya terasa bermanfaat, lebih hemat dan lebih sehat.
omnduut.com
brother @Fajrin ....itulah yang buat miris. padahal jarak lokasi sekolah ke pusat kota kabupaten tidak terlampau jauh. ke pusat kota provinsi juga tak sampai 2 jam. tapi nyatanya pemerintah belum menyentuh jenis bangunan sekolah seperti itu...
BalasHapusBrother @Yayan.... sepakat. kemarin pas aku terlibat dalam kelas inspirasi juga menemukan sekolah yang dibawah standar layak sih, tapi soal jenis bangunan sekolah dan berdekatan dengan kandang kambing menurut ku itu keterlaluan ajaa....
BalasHapussoal bawa bekel sekolah aku sampe sekarang kalo ngantor lebih memilih bawa bekel masakan istri lebih enak siihh..hahahhahahahahah