photo by Intan |
…”bersukacitalah engkau usai keras bekerja...”
Demikianlah kiranya untaian kata yang selalu
saya teriakkan pada diri sendiri. Dan ternyata begitupula yang terjadi ketika
usai melaksanakan segala proses kegiatan dalam kunjungan bersama teman teman
dalam komunitas Ruang Jingga Lampung di Madrasah Ibtidaiyah Islamiah Pahmungan.
usai kegiatan di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah |
Hari makin meninggi. Satu persatu rekan rekan
Ruang Jingga mengemasi kembali barang barang yang menjadi alat peraga mereka dalam
member edukasi kurangi penggunaan plastic dan menjaga kebersihan lingkungan. Seusai
memberikan bantuan dan tak lupa berpamitan dengan pihak sekolah yang telah memberi
kami hidangan makan siang yang lezat. Sambal dan Ikan Asinnya, Juaraaakk!!!,
kami pun berpamitan pada adik adik Madrasah Ibtidaiyah Pahmungan.
Sampai berjumpa dilain kesempatan, wahai
generasi penerus kebanggaan bangsa.
Wefie team Ruang Jingga dan Adik Adik Madrasah |
Bagai telah menjadi tradisi dalam tubuh
komunitas Ruang Jingga Lampung, selalu ada perayaan kebersamaan usai
melaksanakan suatu kegiatan. Meski bukan
perayaan yang mewah berbentuk pesta pora layaknya kaum sosialita, setidaknya
dapat mempererat jiwa kekeluargaan antar
sesama anggota. Saya dan rekan rekan Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung yang
turut serta dalam kegiatan pun merasa senang diajak dalam acara kebersamaan
usai aktivitas siang itu.
Bakal ke Air Terjun Braaayyy!!! Brangggkaaatttt!!!.
Lets Go Genks!!!.
|
THE
ADVENTURE BEGIN…!!!
Konvoi kendaraan roda empat dimulai. Sebagai
pemegang kendali kendaraan yang saya bawa tentu saya memilih berada di belakang
kendaraan yang paham akan rute perjalanan. Nah, sebenarnya, jumlah mobil yang
konvoi dari Bandar Lampung berjumah 5 mobil, tetapi 1 mobil terpaksa harus
mengalah karena kondisi Accu mobil
yang merajuk dan minta diganti. Meski setelah diganti pun tetap merajuk. Aaaahhh…dasar Accu tak tahu diru!! Eehh, tak
tau diri maksudnya.
aki mobil peyebab mogok |
usaha keras mendorong mobil yang mogok. |
Oh
ya,
Robby Purba – sang pesohor asal Lampung itu tetap ikut serta bersama kami
menuju air terjun lho, meski beberapa
donator yang turut hadir dalam aktivitas di MI Islamiyah tak bergabung dalam
kunjungan ke air terjun kembar Rindu Alam bersama kami, karena ada keperluan
lain.
Tujuan kami siang itu adalah Air Terjun Kembar
Rindu Alam. Nah, dari namanya saja
saya sudah terbuai. Bayangkan, bila air terjun saja rindu pada alam, bagaimana
kita yang manusia tidak merindu pada alam kan? – soal rindu merindu, please jangan BaPer yaaahhh…heheheh. Oke
lanjut.!. Jadi, sebenarnya, saya belum tahu sama sekali soal air terjun yang
dimaksud oleh rekan rekan Ruang Jingga Lampung. Tapi sebagai Tukang Jalan
Jalan, tentu saya menikmati apapun bentuk jalan jalannya. Lha, bentuk jalan jalan yang lebih Ngenes aja pernah saya jabanin kok,
masak jalan jalan berkendara dengan suasana kece begini gak tertarik sih. Oopss,
Jangan BaPer please!!.
marka arah ke air terjun dan ketentuan peringatan |
Sebenarnya, soal rute jalan tidaklah
terlampau sulit. Karena berbentuk jalan raya, bukan jalan rimba belantara. Terlebih
melewati kawasan hunian warga dan areal perkebunan. Tapi justru kondisi jalan yang benar benar dibuat
menantang. Dari kawasan desa Way Kepayang menuju desa Ceringin Asri – kawasan dimana
air terjun berada, terdapat beragam kontur jalan yang aduhai indahnya. Mulai
dari yang berbatu, berlumpur, genangan air bak kolam ikan, jalan beraspal
hingga beton. Nampaknya, rute jalan
utama Kedondong – Padang Cermin sedang dalam tahap perbaikan. Terlihat dibeberapa
bagian yang telah usai diperbaiki, meski sebagian besar lainnya masih hancur
parah. Yang membuat menantang adalah tanjakan dan turunan tajam dengan kontur
jalan bebatuan dan tanah basah. Bagi kendaraan berukuran besar tak masalah,
kasihan kendaraan berukuran kecil. Sebagai pengemudi, terkadang saya menahan
nafas sambari berdoa dalam hati, ketika harus injak gas saat menanjak tajam
dengan tumpukan bebatuan dan genangan air. Atau malah saya tidak menginjak rem ketika
rute jalan menurun tajam. Akibatnya, muli muli dan dokter gigi cantik yang duduk di bagian
belakang kendaraan terpuntal-puntal, hehehehe.
Maafkan pak sopir yaahh….
.....Video kondisi jalan...yang diabadikan Muli Desti - dari posisi tempat duduk dibelakang kemudi.
.... (Sebenarnya, saya mengabadikan moment jalan jalan yang dilalui, tetapi Handphone Hang dan menghilangkan sebagain besar photo dalam ponsel).
MENUNTASKAN
RINDU DI PESONA RINDU ALAM
Begitulah adanya, wisata alam terkadang
memerlukan nyali yang kuat ketika ingin menikmatinya. Seperti yang saya dan
teman teman Ruang Jingga Lampung lakukan siang itu. Meski secara akses tidaklah
terlampau sulit, tapi kontur jalan yang beragam dan cenderung belum diperbaiki
justru menjadi tantangan tersendiri.
Satu jam lamanya perjalanan dari desa Way
Kepayang ke desa Ceringin Asri. Kami berbelok arah kebagian dalam areal
perkebunan. Pohon kakau mendominasi pandangan mata. Pepohonan rimbun tersusun
apik di perbukitan dan menyegarkan pandangan mata. Warna hijau dedaunan sungguh
kontras dengan suasana jelang sore nan sejuk kala itu. Sejak dalam perjalanan, saya dan teman teman
dalam satu mobil memutuskan membuka kaca kendaraan. Mematikan AC dan menikmati
sejuknya udara yang menyapa. Setidaknya sedikit menghilangkan guncangan
guncangan manjah yang terjadi selama melaju di kontur jalan yang tak rata.
tampilan air terjun dari kejauhan |
rute jalan menuju air terjun (photo diambil dari bagian bawah) |
Berdasarkan panduan jalan yang dibuat
seadanya oleh warga, kami pun tiba di sebuah lahan sederhana dengan pondok kayu
biasa. Telah ada beberapa pria dewasa disana yang mengarahkan kami untuk menaruh kendaraan di sekitar pondok
tersebut. Kami pun senang ketika tahu
telah tiba di lokasi yang dituju. Meski untuk menikmati air terjun kami harus
menyusuri jalan setapak menurun kebagian dasar jurang!.
Baeklah
Genks!! Jangan Gentar!! Kepalang udah sampai, mari kita taklukkan!!.
“kayak apalah rupa dari air terjun yang mau
kita datengin ini?,” bisik saya pada rekan rekan satu mobil dengan saya yang
kemudian di sambut gelak tawa.
Sungguh teman teman Ruang Jingga Lampung
memiliki jiwa petualang yang tak main main. Marilah, kita susuri jalan menukik
tajam kebawah sana guna menikmati pesona
air terjun ciptaan sang kuasa.
terlihat kan ekspresi lelah menuju air terjun ....hhhmmm... |
Jalan tanah menurun tajam kebagian dasar
adalah kondisi yang harus kami taklukkan sebelum dapat menikmati eloknya air
terjun. Beberapa diantara rekan Ruang Jingga berpegangan mengingat kondisi
tanah lembab dibeberapa bagian jalan. Belum lagi tumpukan bebetuan alami yang kadang
menyakitkan pijakan kami. Rerumputan dan pepohonan menghias sepanjang rute
jalan menurun yang kami lalui selain pohon kakao yang mendominasi.
sebuah pondok usang di bagian kanan air terjun |
Wujud air terjun pun terlihat dengan gemuruh
air memecah suasana setelah sekitar 25 menit kami menyusuri jalan setapak. Ada dua
pondokan kayu sederhana yang telah usang di sisi kiri dan kanan dari letak air
terjun. Bentuk air terjun yang sama berada di dua sisi bukit bebatuan dan
pepohonan rimbun dengan ketinggian 60-70 meter. Beberapa diantara kami langsung
mencari spot photo terbaik. Sungguh tak lengkap bila perjalanan tak diabadikan
dalam bentuk photo, baik bersama maupun selfie sukacita! Cekrek!!. Cekrek!! ..
trus upload !, eehh, maaf diarea air terjun tak ada signal, hahahahah.
Photo saja sebanyak mungkin nanti unggah ketika ada sinyal yaaaa….hehehe.
jangan lupa ...Cekreeekk!!! photo by miss Novi |
meski air butek tetep mandi. yang penting mandi. Photo by Miss Novi |
Cekreekk!!.. yang Artis yang baju Putih yaaa...bukan yang baju Hitam... Jangan Salah!!! |
Cukup puas mengabadikan moment, kami pun
memutuskan untuk makan nasi bungkus yang memang telah dipersiapkan sejak dari Bandar
Lampung. Rencananya, nasi bungkus bawaan kami itu akan dimakan di Madrasah
Islamiyah, tetapi karena pihak Madrasah menyuguhkan sambal terasi dan ikan
asin, jadilah kami tergoda tawaran sekolah dan menunda menyantap nasi bungkus
yang telah dibawa sejak pagi.
Nah, dihadapan air terjun dan genangan air
dibawahnya itulah kami melahap nasi
bungkus. Duduk dibebatuan, menatap pepohonan sekitar hingga bersenda-gurau
adalah lauk lezat yang menghias sajian nasi bungkus nikmat. Memang moment
kebersamaan itu selalu nikmat. Slogan tekenal menyebutkan “makan tak makan,
asal kumpul”, terkadang ada benarnya. Meski terkadang makanan juga penting
yaa..hahahhaha.
MEWAAHHH!!! Makan Pinggir Genangan Air Terjun!! Sedaaapppp... |
Cekreekk..!! Tetep Gaya..4 Cewek dalam Mobil saya yang tetep Kece di Foto setelah terpuntal-Puntal |
Sebenarnya, saya pribadi masih betah berlama
lama di kawasan air terjun kembar Rindu Alam ini. Tapi apa daya, seluruh
rombongan harus meninggalkan tempat karena ada kabar bahwa orang tua dari salah
satu rekan Ruang Jingga Lampung yang dilarikan kerumah sakit, jadi kami pun
harus kembali segera ke Bandar Lampung. Saya masih sempat mengabadikan beberapa
sudut kawasan air terjun dengan ponsel ketika hendak pulang. Meski terpuaskan
dengan tampilan air terjun yang debit airnya tak begitu deras itu, setidaknya
kebersamaan yang seru akan jadi kenangan. Dan… yang paling utama adalah jalan
kembali menuju atas bukit!! ..Matek
Ngana!!. Tapi apa boleh buat, tak ada pilihan lain ; berani turun yaa harus
berani naik lagi ketas, supaya kembali ke kendaraan yang terpakir di atas
sana!. Please… berharap ada jet
pribadi yang datang menjemput saya dari bawah. Ooohh…I feel free…. Tetiba merasa Syahrinik.!!.
air terjun bagian kiri - Photo by Muli Desti |
Setelah berjuang dengan segenap tenaga,
berpeluh rindu dalam ikrar untuk selamat sampai dipuncak bukit. Akhirnya saya
dan seluruh rombongan bersiap memulai perjalanan kembali ke Bandar Lampung.
Wajah memerah darah menjadi bukti kegigihan setiap pihak yang ikut dalam
aktivitas turun dan naik bukit demi air terjun yang menjadi pesona desa
Ceringin Asri. Tak banyak informasi yang saya dapat dari air terjun, selain
memang tak ada pihak yang saya tanyai seputar air terjun, saya lebih memilih
mengatur nafas dan merenggangkan kaki yang seolah akan lepas dari badan selama
rute menurun dan menanjak demi pesona si kembar rindu alam.
Bagi pecinta pesona alam, air terjun kembar
Rindu Alam patut di kunjungi karena keunikan pada kesamaan bentuk air terjun
yang bersanding indah dengan panorama alam dan keasrian lingkungan. Wajib di
ingat, siapapun yang datang harus berkenan menjaga lingkungan dan jangan
membuang sampah atau meninggalkan sampah sembarang di objek wisata.
seru ya acaranya, pake acara dorong-dorong mobil mogok segala hahaha.
BalasHapusmas @fahmi...sebenarnya yang seru adalah cerita perjalanannya, kalo air terjunnya sih di bagian lain di Lampung ada yang lebih fantastis...hehe...mobil mogok karena aki mobil soak katanya mas..btw thanks bgd lho udah singgahi Blog aku yang masih pemula ini..
BalasHapusSeru banget acaranya oom..
BalasHapustau begini aku juga ikutan deh.
Btw, berat kah jalur ke air terjunnya?
oom Yopie..... seru oom , jalur ke air terjun gak sulit. cuma jalan raya nya berfariasi...jalur setapak ke air terjun cukuop mudah meski curam sangat oom...
BalasHapus