Dipanshu
atau yang lebih sering saya panggil ‘D’ – my roommate, membangunkan tidur saya pagi itu. “hurry up,
almost 6 o’clock!” hentaknya seraya menarik selimut yang saya peluk erat sepanjang malam. Sungguh nyaman rasanya
tidur dalam tenda. “You don’t need to shower, right ?!” tanya D pada saya. Oohh,
tak perlulah saya mandi dalam udara dingin begini, lagipula buat apa mandi, lha wong cuma mau naik gunung aja pake mandi!. hahahaha. Jadilah saya pun bergegas membawa serta
beberapa keperluan pribadi dalam dry bag
yang telah saya persiapkan sejak semalam.
......
“don’t
forget to bring your personal medicine”, himbau salah seorang dari tim Kalypso
semalam. “use your long pant…” ucap seorang pria dari tim Kalypso yang khawatir
ilalang pada rute yang kami lalui akan melukai kulit kaki bila memakai celana
pendek. Hhmmm… apa jadinya kulit mulus sekujur tubuh kalo lecet?, bisa
putus kontrak iklan sabun kecantikan, kan?!.
Lho!!..hahahha.
Setelah sempat gosok gigi super cepat, saya dan D langsung menuju bangsal
dimana telah berkumpul beberapa teman lain yang sedang sarapan pagi sebelum
aktivitas hiking dimulai.
Usai
sarapan, kami diarahkan untuk menuju tanah lapang samping bangsal untuk
melakukan sedikit peregangan otot dalam bentuk games ringan. Permainan Zip Zap hingga Elephant jadi penghangat
suasana pagi yang super dingan kala itu.
Tepat
pukul 8 pagi, kami beranjak dari lokasi perkemahan. Menyusuri ruas jalan dengan
bentangan kebun teh dan beberapa rumah warga disepanjang jalan. Puncak gunung Phantom adalah tujuan utama dari
perjalanan kami pagi itu. Sebenarnya,
dari areal perkemahan, puncak gunung yang akan kami taklukkan itu sudah
terlihat. Menurut info, jarak dari areal perkemahan ke puncak gunung
mencapai sekitar 5 kilometer. Tetapi sebagain besar panitia menghibur kami. “don’t
worry, to get there is really easy…” ujar mereka menenangkan. Mudah sih
emang, kalo cuma teori, hihihi. Belum tentu pas prakteknya
kan?!..hhmm… udahlah, nikmati aja.
Toh sesekali menguji nyali tracking
naek gunung.
PERTARUHAN NYAWA SAMPAI KE PUNCAK
Perlahan
– lahan saya dan teman teman berangsur menjauh dari kawasan perkemahan. Langkah
demi langkah kaki tak terasa mengantarkan kami pada dataran tinggi. Semakin tinggi.
Sampai sampai kami terperangah dengan pemandangan dibagian bawah yang telah
kami lalui. Hamparan perkebunan teh lengkap dengan areal pemukiman warga jelas
terlihat. Dan yang paling istimewa, ada suara musik yang berasal dari suasana festival musik warga lokal dilereng pegunungan. Berasa lagi shooting film India gitu ada
backsound musiknya, hehehehe.
Sesekali saya ikut bernyanyi versi saya atau ngajak teman teman goyang goyang
menikmati alunan musik yang terdengar. Lumayan bisa menghilangkan lelah rute
menanjak sejenak. Ingat ya, cuma sejenak.
Karena rute selanjutnya semakin menantang untuk dilalui. Gunung Phantom yang
kami tuju itu ternyata bukan dataran curam biasa. Beberapa bagian terdiri dari hamparan
tanah yang rawan untuk diinjak. Adapula
bagian berbatu rapuh yang cukup berbahaya jika salah pijak.
hamparan pesona alam dari ketinggian dalam jalan menuju puncak gunung Phantom |
Wefie menghibur diri...rombongan pertama di barisan depan ...yeeeyyy |
Saya
dan beberapa teman memimpin rombongan di bagian depan bersama pria pemandu dari Kalypso Adventures. Saya dan D
bertekad jadi orang pertama yang sampai di puncak gunung. Begitupula dengan Evelyn dari Malaysia dan
Giana dari Gibraltar “we’ll see the beautiful landscape from the top” demikian
D memacu semangat saya. Jangan kira mudah
menaklukkan medan terjal menanjak curam dengan hamparan bebatuan dibagian
bawah. Lumayan jiper broh!! hahaha. Potongan lagu yang saya dendangkan dalam
perjalanan mendaki gunung sebenarnya cara saya menutupi ketakutan akan
ketinggian. Nafas mulai terengah-engah.
Mengess rasanya. Berasa mau tidur rebahan aja. “You boleh istirahat, bila tak
kuat” saran Evelyn – blogger asal Malaysia. Hhhmm.. tengsin juga yaa kalo gw
kalah semangat dari perempuan mungil macam Evelyn alias Lucy Liu itu.
Semangat!! Kuat!!. Apalagi ada hiburan si Dan – Vlogger Canada yang rajin ambil gambar buat Vlog nya yang super kece
itu.
Sebagai
rombongan dibagian depan, saya dan teman teman bersemangat menjadi pihak
pertama yang tiba. Semantara beberapa sosok lain masih berada jauh di bagian
bawah. Pepohonan pinus dan aneka tumbuhan tropis menghias jalan setapak yang
kami lalui. Wefie bareng dan ngobrol
hal hal lucu jadi warna dalam proses pendakian yang kami lalui. Hingga
akhirnya, rombongan yang berada di bagian belakang berteriak kencang kearah
kami. “get back!!, get back!!...’ begitu teriak pemandu dari team Kalypso di kejauhan pada rombongan saya. “sorry we
wrong way!” ucap pemandu dalam rombongan saya. “whaaattt!!!!” sontak saya dan teman teman dalam rombongan kaget. Kecewa
dong, kita udah merasa ada di barisan paling depan dari rombongan lain ternyata salah!. Yaealah…penunjuk arah yang orang
Kalypso nya aja bisa salah arah…hahahahaha.
Chebooklah!!. Mau tak mau, kami
berbalik arah, dengan bawaan ngedumel.
Sudahlah nikmati saja, meski salah arahnya udah lumayan jauh.
Rombongan
lain menunggu kami di titik peristirahatan.
Masih tersisa sekitar 700 meter lagi ujar team Kalypso yang mengarahkan
kami. Wajah wajah lelah mulai terlihat. Tak ada lagi hasrat untuk selfie dengan
muka memerah, bercucur keringat dengan baju basah lembab. Team Kalypso sempat membagikan wafer coklat
dan kue kacang pada kami sebagai pengganjal perut. Termasuk persediaan botol
air mineral yang memadai. Sungguh ini bagian tersulit. Tanjakan curam diparuh
akhir bagai pertaruhan nyawa dari separuh usaha yang telah dilakoni sejak pagi
tadi.
Matahari semakin menyengat disela hembusan sejuk udara pegunungan. Saya langsung bergegas memacu langkah cepat menanjak kebagian puncak – tempat yang digadang-gadang akan hamparan keindahan. Semakin dekat terlihat bunga bunga edelweiss merebak warna diantara bebatuan dibagian puncak gunung. Yess!! Saya tiba di bagian puncak!. Selamat! Setelah perjuangan menaklukkan ego diri dalam langkah demi langkah, akhirnya tiba pula di puncak.
titik peristirahatan terakhir sebelum menjanjak curam 700 meter terakhir |
Matahari semakin menyengat disela hembusan sejuk udara pegunungan. Saya langsung bergegas memacu langkah cepat menanjak kebagian puncak – tempat yang digadang-gadang akan hamparan keindahan. Semakin dekat terlihat bunga bunga edelweiss merebak warna diantara bebatuan dibagian puncak gunung. Yess!! Saya tiba di bagian puncak!. Selamat! Setelah perjuangan menaklukkan ego diri dalam langkah demi langkah, akhirnya tiba pula di puncak.
Sekumpulan
pendoa terlihat sedang melakukan aktiviitas mereka di bawah tonggak salip di
bagian puncak gunung Phantom. “warga nasrani menjadikan bagian puncak gunung
ini sebagai ritual keagamaan mereka”, ucap pria pemandu pada saya. Saya pun perlahan berlalu dari sekumpulan
pendoa dan bergerak menuju bagian lain dari puncak gunung. Beberapa teman
blogger ternyata telah berada di kawasan
puncak gunung lebih awal. Mereka telah
memulai pendakian sejak pagi buta. Sedang saya dan teman teman lain baru
memulai pendakian pada pukul 8 pagi.
Saya
langsung meminta Jinson – photographer kece KBE mengabadikan diri saya dengan
hamparan alam nan memukau dibagian bawah gunung. Perayaan sampai puncak!!. Sejauh mata
memandang, terlihat jelas bendungan yang menyerupai danau nan cantik hingga
aliran sungai dan hamparan hijau perkebunan. Sungguh pemandangan alam Munnar yang
memesona. Puas rasanya bisa menaklukkan terjalnya pendakian dengan hamparan
alam nan indah. Lelah pendakian yang terbayar tunai. Layaklah kemudian
dirayakan dengan photo bersama, video kebahagiaan hingga photo selfie sepuasnya.
Meski rute turun menanti untuk dijajaki.
Kalau aku ikut kebayang deh napas sama dengkul kayak apa :D
BalasHapusCantik pemandangan dari atas puncaknya ya..
very nice article Indra.. i can remember every moment of our hiking trip. it was a lovely experience..
BalasHapus