Kilatan
cahaya yang berpendar di tugu Monumen Nasional belumlah hilang. Bahkan beberapa
lampu sekitar masih terang benderang diantara ragam aktivitas masyarakat ibukota.
Waktu subuh baru berlalu, ketika saya mengumpulkan semangat memulai pagi di
Jakarta setelah melalui perjalanan dengan bis Damri sepanjang malam, melintasi
selat sunda dan harus menikmati kenyataan berlayar bersama kapal besar yang hanya
menyediakan kursi penumpang sederhana.
Pupuslah harapan saya sebagai penumpang untuk dapat tidur lelap dalam fasilitas
lesehan. Meski begitu tetaplah berucap syukur atas kelancaran dalam pelayaran.
Setidaknya nyawa ini masih terselamatkan.
Langkah
kehidupan di kawasan Gambir justru telah dimulai jauh sebelum matahari bergaya
di angkasa. Bahkan warga Jakarta telah memulai catatan kehidupan mereka jauh
sebelum lampu lampu sekitar Monas padam. Begitulah Ibukota. Meski diawal pekan tetap
saja hiruk pikuknya terasa. Pagi itu, seusai melepas lelah sesaat dan
gosok gigi – tanpa mandi, saya bersiap bertemu dua sosok travel blogger ibukota
yang berkenan menemui saya sebelum saya menghadiri acara resepsi pernikahan
dimalam hari.
KISAH PAGI DI PELABUHAN SUNDA KELAPA
Suasana
pagi terasa menyenangkan kala mas Salman – sosok travel blogger senior berkenan
menemui saya di Gambir – sesuatu yang tidak saya tahu sebelumnya. Setelah bersinggungan hanya melalui media
sosial, akhirnya sosok mas Salman yang seksi
nan menggemaskan itu dapat saya lihat langsung sebelum akhirnya mba Donna dan
suaminya - bang Agustinus, hadir menjemput kami berdua.
Jangan tanyakan soal suasana saat bertemu. Hobah
dan Chebooxx sudahlah tentu terjadi.
Apa sih Hobbah dan Chebooxx itu ?, silakan ajak saya
bertemu dulu nanti akan saya jelaskan, hehehe.
Sok
Iyess!!.
mas Salman - Blogger kece Bana Bana !! |
Awalnya,
Mba Donna dan Suami nya yang rela jauh
jauh menemui saya yang tak begitu penting ini, membawa saya dan Salman menuju kawasan Menteng
sebelum akhirnya beralih rencana ke kawasan pelabuhan Sunda Kelapa. Seru juga melihat
suasana pelabuhan dan aktivitas masyarakat di pagi hari.
Menjejakkan
kaki di pelabuhan Sunda Kelapa di kecamatan Penjaringan – Jakarta Utara itu, kita tak hanya sekedar melihat langsung
suasana kehidupan di kawasan yang merupakan cikal bakal dari kota Jakarta ,
tetapi juga melihat aktivitas bongkar muat dan pekerja pelabuhan yang gigih . Jajaran kapal di bibir pelabuhan dan tampilan beberapa bangunan gedung tinggi yang kontras dengan areal pemukiman warga di sepanjang bibir pelabuhan Selat Sunda.
SUSUR PELABUHAN SUNDA KELAPA
Mulanya,
mba Donna mengajak kami menyusuri kawasan pelabuhan dengan berjalan kaki usai
mobil terletak rapih di parkiran yang jaraknya tak jauh dari kapal kapal besar
yang berjajar di bibir pelabuhan. Sampai
seorang bapak tua menghampiri kami – yang kemudian kami kenal dengan sebutan
pak Ochi, menawarkan kami untuk mengitari kawasan pelabuhan menggunakan kapal
kayu yang ia tawarkan dengan harga Rp.50.000,-/PP. Menarik juga keliling di pinggir pelabuhan
dengan kapal kayu. Agar perahu terisi
seimbang, akhirnya mba Donna pun mengajakserta sang Suami yang sebelumnya
memutuskan menunggu dalam mobil diparkiran.
Pak
Ochi memegang kendali di bagian ujung kapal kayu bermesin, di hadapan pak Ochi – mba Donna duduk bersama Suami, lalu mas
Salman dan Saya. Bagai aktivitas susur sungai,
pak Ochi yang pandai berkisah itupun mulai menuturkan hal hal menarik
disekitar kawasan yang kami lalui. Mulai dari jenis jenis kapal dalam kawasan
pelabuhan, spot menarik hingga tempat
tinggalnya yang mengalami penggusuran. Kami pun mulai menggali beragam
informasi seputar pelabuhan hingga hal hal yang berkenaan dengan aktivitas
warga sekitar pelabuhan.
suasana pelabuhan |
Spot
pertama yang pak Ochi hantarkan pada kami adalah menara pandang pelabuhan yang
letaknya dekat dengan dermaga bebatuan. “tadinya, didekat menara itu ada lampu merah,
tapi udah ketabrak kapal!.” tutur pak Ochi pada kami sembari terbahak. Pak Ochi juga menawarkan kami untuk berhenti
di dermaga batu yang beberapa bagian nampak kandas sebelum akhirnya kami
sepakat mengajak pak Ochi untuk memutarkan arah kapal ke bagian semula karena
kami tertarik tandang kebagian dalam dari kapal kapal yang ukuran besar di
pinggir pelabuhan.
menara |
kapal besar |
Pak
Ochi pun dengan cekatan menghentikan kapal kayu bermesin yang ia kemudian
tersebut kesalah satu kapal besar yang dapat kami masuki. Lumayan buat photo
photo ala ala. Namanya juga mengisi pagi di pelabuhan Sunda Kelapa. Anggep aja
sedang pemotretan buat di posting di medsos
kan?, hehehe. Apalagi kapal kapal
yang berjajar di pelabuhan Sunda Kelapa itu semuanya instagramable lho!. Hehehehe. Sayang kalo gak mengabadikan diri
dengan suasana yang kece bana bana
itu!. Wajib!.
GORENGAN HANGAT DI PEMUKIMAN WARGA
Seusai
puas mengabadikan diri dalam bagian kapal besar kami pun diajak pak Ochi ke
perkampungan nelayan yang jaraknya tak jauh dari pinggir pelabuhan. Hanya saja
kami harus melalui kawasan pemukiman dan jajaran perahu perahu kecil milik
warga sekitar pelabuhan. Selain itu, kami juga menggunakan perahu yang berfungsi
sebagai penghubung antar dua bagian kampung yang terbelah oleh aliran air laut.
Unik juga, nyeberang dengan kapal meski jaraknya tak terlalu jauh.
pingin juga ikutan beli sayur mayur |
karena mengabadikan diri itu keharusan dalam perjalanan. - yang Moto Suaminya mba Donna |
Penjaja
sayuran dan kebutuhan rumah tangga langsung terlihat ketika memasuki bagian
dalam pemukiman warga. Kami pun terhenti
didepan penjaja gorengan dan memutuskan untuk membeli beberapa jenis gorengan sebagai
sarapan pagi kami. Sembari menikmati gorengan yang masih hangat kami duduk
santai digardu yang letaknya dekat dengan penjual sayur mayur. Naluri masak
saya pun terusik ketika melihat ikan kembung segar dan beragam jenis sayur mayur
dihadapan saya. Pingin beli trus masak ikan kembung rica rica plus tumis pare,
tumis genjer atau tumis kacang panjang pake tauco gitu!! Huadduuhhh!!! Naluriah emak emak nya keluar dah!!!, hahahaha. Suasana pagi yang menyenangkan. Terlebih kami
melihat langsung aktivitas kehidupan masyarakat kampung nelayan di pelabuhan
Sunda Kelapa pagi itu. Bagai hamparan kehidupan bersahaja disudut ibukota.
suasana pemukiman warga |
suasana pemukiman warga |
MENCARI KOPI DAN SOP KONRO
Waktu semakin beranjak siang. Kami pun memutuskan untuk berlalu dari kawasan
pelabuhan Sunda Kelapa dan melanjutan kebersamaan. Meski perut telah terganjal
gorengan tidaklah lengkap tanpa menyeruput kopi. Kami pun sepakat mendatangi
kedai kopi yang ternyata baru buka di pukul 10. Kepagian Broohh!!. Hahahaha.
Akhirnya ritual ngopi dituntaskan di
Seven Eleven! Hahahaha. Jadilah Mang!!.
tampilan Sop Konro !!! Lezatoosssss...... |
Semakin
beranjak siang, rasa lapar melanda. Berhubung suami mba Donna telah menetapkan
Sop Konro sebagai menu makan siang, maka kami pun bersedia. Tidaklah menolak
untuk hidangan Makasar yang terkenal lezat tersebut. Meski ternyata mas Salman
tidak begitu menaruh minat pada citarasa kuah sop Konro yang kental akan rempah
tersebut. Kalo gue sih, selagi makanan
Indonesia gak ada yang nolak!! Hahahahaha.
Di traktir mba Donna Sop Konro Lezaaatttt.!!! |
Usai makan
siang, Salman, mba Donna dan suami mengantarkan saya ke hotel Shofyan Syariah –
Tebet. Kami pun berpisah untuk urusan masing masing. Sungguh berucap syukur atas kebaikan mba Donna
dan Suami serta mas Salman yang berkenan mengisi pagi saya di ibukota dengan
penuh kisah. Suasana pagi di pelabuhan Sunda Kelapa serta beragam cerita
menarik di pemukiman warga hingga merek
merek product yang terucap sebagai sponsor acara sepanjang perjalanan
antara saya dan mas Salman. Hahahaha.
Semoga dipertemukan dalam perjalanan selanjutnya.
Seneng bisa bersamamu, ndra meski hanya setengah hari. Gegara kalian,kemarin pas kami berdua ke Purwakarta, di Tol yang panjang dan membosankan itu tetiba kami ketawa ingat kalian, kata Abang, "kalau ada Indra sama Salman, pasti seluruh tulisan di jalan tol sudah di baca semua sampe ke merek2 mobil" hahahah
BalasHapusSeru banget ya mengawali perjalanan di Jakarta. Apalagi pas acara kumpul-kumpul hobah dan hujan-hujanan ala India. Hehehehe
BalasHapusHaduuuh, liat sop Konro-nya bikin perut laper nih.
BalasHapusKapan ngopi oom?
kece nih perjalanannya bang Indra, bagus ya wisatanya.
BalasHapusOMG you're so lucky ditemanin keliling sunda kelapa oleh dua blogger kece. Tempat ini jd spot foto favorite saya juga di wilayah kota tua dan sekitarnya. kapan ke Jakarta lagi? let's meet up :)
BalasHapus