“yeeyy… mendoan!!…” teriak saya dalam hati setiap melihat
wujud tempe goreng berbalut tepung terigu berwarna pucat terhidang.
Siang
itu, saat di kawasan batik Papringan, mendoan hadir sebelum dimulainya diskusi
bersama jajaran Bapeda Litbang Banyumas dan perwakilan Bank Indonesia serta
beberapa kaum hawa penyejuk suasana siang nan terik perwakilan Hotel Santika. Hhhmmm…. sayang Mba Vika dkk, meninggalkan
tempat sebelum acara berakhir (belum sempet ngajak photo bareng, Oopss!!). Meski begitu, ada sesuatu yang
menyejukkan suasana siang kala itu selain
utusan Hotel Santika, hehehe. Apalagi
kalau bukan sajian mendoan. Meski bukan untuk dipandang-pandangi tetapi cukuplah
memuaskan hasrat mengunyah, hehehe.
mendoan + cabe rawit = kelezatan |
Saya
baru pertama kali tandang ke Banyumas. Itupun karena ada gelaran Juguran
Blogger. Sebagai pendatang, saya telah
terpikat oleh lezatnya sajian tempe goreng berbalut tepung, bernama mendoan
tersebut. Jauh sebelum tiba di Banyumas, group
Whatsapp sudah dipenuhi oleh pembicaraan mengenai mendoan, terlebih mas
Pradna sempat posting soal mendoan
dalam forum chatting. Mendoan sendiri
bukan sesuatu yang asing bagi saya, di Lampung – dalam beberapa kesempatan ada
sajian tempe serupa mendoan. Tapi tentu saja rasa mendoan di Lampung atau di
kawasan lain akan berbeda dengan mendoan yang ada di kawasan asal muasalnya ;
Banyumas.
Ketika
kunjungan pertama di desa Kotayasa, usai melihat langsung inovasi mutakhir pompa
air tanpa tenaga listrik pak Sudiyanto, saya dan rekan rekan Juguran Blogger di
suguhi oleh mendoan yang sungguh lezat. Bagi saya, kelezatan mendoan di rumah pak
Sudiyanto bukan karena saya lelah sehabis menjalani rute menurun dan menanjak,
tapi memang sensasi lezat yang tidak saya temui sebelumnya pada mendoan yang
saya cicipi di kawasan lain, atau bahkan di kampung halaman saya sendiri, Bandar
Lampung.
Mendoan yang jadi primadona kamera - photo by mba Evi |
ASAL MUASAL MENDOAN DAN RAHASIA
KELEZATANNYA
Nah,
mengobati rasa penasaran saya akan lezatnya mendoan Banyumas, saya pun melakukan
obrolan secara personal pada sosok ibu yang menurut saya selalu tersenyum ramah
di kawasan batik Papringan. Ibu Sri Subarkah namanya. Ia adalah sekretaris dari
KUB Pring Mas – batik Papringan. “Mendoannya enak lho, bu” ucap saya disela kegiatan mengamati motif motif cantik
batik Papringan. “apa sih bu, rahasia mendoan bisa enak begini?” lanjut saya
bertanya serius ke arah ibu Sri yang sejak awal menimpali pujian saya dengan
senyum simpulnya yang manis.
“kelezatannya
terletak di bumbu yang membalut tepung dan tempe nya, mas” jelas ibu Sri singkat.
“emang, bumbunya apa aja sih bu?”
tanya saya semakin penasaran sembari tetap mengunyah mendoan – yang saya pun tak tahu potongan keberapa,
hehehe. Yang saya ingat, sejak sewadah besar berisi mendoan terhidang
seusai makan siang, saya tak henti mengunyah mendoan sembari banyak tanya kearah
ibu ibu yang ada di dekat meja prasmanan.
Dari
ibu Sri saya akhirnya mendapat penjelasan rinci soal rahasia lezatnya mendoan
Banyumas, yang secara cita rasa belum tentu dimiliki oleh kawasan lain di
tataran pulau Jawa. Nama Mendoan memag berasal dari bahasa Banyumas, dari kata ‘Mendo’
yang berarti Setengah Matang. ‘”itulah
sebabnya, bila dilihat sekilas, mendoan itu seperti gorengan belum terlalul
matang. Karena makna mendoan adalah setengah matang” urai ibu Sri yang membuat
saya semakin tertarik untuk menyimak.
sajian mendoan yang selalu mencuri perhatian saya selama di Banyumas. |
Dari
Ibu Sri juga saya mendapatkan penjelasan bahwa beberapa bumbu seperti ketumbar,
bawang putih, irisan daun bawang plus air kaldu yang dicampur dengan tepung
terigu adalah bumbu wajib dalam mencipta mendoan lezat khas Banyumas. “jangan
lupa kencur, mas” tambah ibu Sri beberapa saat kemudian. “karena sentuhan sedikit
kencur membuat mendoan jadi semakin gurih. Dan justru komposisi kencur dalam
bumbu lah yang menjadikan rasa dari mendoan Banyumas semakin istimewa” urai ibu
Sri yang semakin membuat saya terkagum-kagum menyimak rahasia lezatnya mendoan
Banyumas.
“sebenarnya,
ada hal yang paling utama mengapa mendoan Banyumas itu lezatnya berbeda dengan
mendoan buatan daerah lain” ujar ibu Sri setengah berbisik kearah saya.
“apa
itu, bu?” tanya saya lebih dekat karena penasaran.
“karena
pada dasarnya mendoan itu adalah tempe goreng yang di goreng dengan tepung
setengah matang, maka kunci utama kelezatannya terletak pada jenis tempe Purwokerto
yang tiada duanya” jelas ibu Sri dengan senyum manis dan mata sedikit menyipit
kearah saya. Semakin yakinlah saya bahwa secara tidak langsung ibu Sri sedang mempropagandakan kawasan
Banyumas pada saya. Sungguh ibu Sri layak diberi gelar Duta Wisata Banyumas, hehehe.
Mendoan dalam wadah besar inilah yang saya lahap di kawasan batik Papringan |
Mendoan,
jenis panganan yang bermula dari tempe goreng tepung setengah matang menjadi
sesuatu yang iconic dari Banyumas. Di
nikmati sebagai kudapan bersama teh atau kopi, menjadi lauk kala makan nasi,
atau bahkan di nikmati dengan bumbu kecap olahan khas Banyumas, semua sama
lezatnya!!. Dan selanjutnya, mendoan
mendoan yang tersaji di beberapa kesempatan dalam gelaran Juguran Blogger
menjadi hidangan yang sungguh istimewa bagi saya. Hingga rasanya berat hati
bagi saya ketika menikmati mendoan tetapi dijatahi satu orang hanya mendapat
satu mendoan saat makan malam di puncak bukit Tranggulasih, hahahaha. Berbanding terbalik dengan
ulah saya yang berhasil melahap banyak
mendoan selama berada di kawasan batik Papringan. Meski kode keras yang saya
lontarkan dalam forum resmi, berharap di
bungkusi mendoan tak terwujud, hahahaha!.
Kasian dech Indra!!.
Sungguh
saya terpikat pada sensasi renyah dari tekstur tempe berkualitas, meski tepung yang membungkusnya dalam kondisi
setengah matang dan berwarna pucat. Bagi
saya, mendoan Banyumas itu bagai kelezatan yang tak nampak kasat mata tetapi
harus dibuktikan melalui proses mencecap secara langsung. Sama hal nya dengan
Banyumas itu sendiri, tak cukup mengenalnya hanya dari buku bacaan maupun media
sosial tetapi harus menyambanginya langsung, nikmati suasana dan beragam
pesonanya termasuk keterbukaan dan keramahtamahan masyarakatnya dan … kelezatan
mendoannya!.
_____________________________________________
Catatan
ini dibuat dari kegiatan Juguran Blogger di Banyumas bersama Blogger
Banyumas dan di dukung oleh Bapeda Litbang Banyumas, Bank Indonesia,
Loja De Cafe, Fourteen Adventure, PANDI.ID dan Hotel Santika Purwokerto.
Kurang nasi ya bang hahaha. Waktu aku ke Semarang dulu makan mendoan juga. ENAK banget. Kalo di Palembang sini tempo2 ketemu tempe yang enak. Tempo2 nggak :(
BalasHapusomnduut.com
tempe emang banyak penggemarnya...kalo di olah seperti mendoan emang sensainya beda dengan yang kalo makan tempe goreng biasa....hehehe
HapusMakasih resepnya, mau dipraktekkin di rumah
BalasHapusaku pun udah praktek di rumah dan yaaahhh emndekati laaah 99.99% wkwkwkkw
HapusYa ampun asli ngenceeees...tegaaa..
BalasHapuskalo mba Dew ada bakal lebih kece lagi daaahhh
HapusMendoan Banyumas emang nikmat dan lezat, mantappppp euy
BalasHapusbangedddd..... kapan kapan aku akan kembali lagi ke Banyumas....
HapusSelama di Purwokerto dan tiap kali menikmati tempe mendoan, aku selalu bertanya-tanya, ini resepnya apa ya? Tempe mendoan di Purwokerto rasanya beda dengan tempe mendoan yang ada di Serpong :)
BalasHapusbetul mbaaa... aku aja lahap soal kunyah mendoan di Banyumas lalu hehehehe.....
HapusNah, Mendoan yang pernah aku makan di tempat lain, beda banget sama di Banyumas. Di banyumas enak bangeett, dan baru tau kalo mendoan itu khas sana ya pas disana (duh udik banget gue mah ><)
BalasHapusSelain mendoan, sayur paku pakisnya sumpe enak bangeet om, ria nambah dua kali pas di warung bukit tranggulasih haha
semua yang saya dapati selama di Banyumas buat saya bahagia dan kelak akan datang lagi dengan tujuan ekploreing lebih lama dan lebih banyak heheheheh
HapusFavorit aku sejak tinggal di purwokerto ;D
BalasHapusFavorite aku sepanjang masa...
HapusAbang ini cocok jadi Duta Mendoan Banyumas!
BalasHapus#sah
Siaaapppppp..... Mendoan bakal mengguncang dunia!!!
Hapus