… Jangan pernah percaya kata orang,
termasuk urusan spot wisata. Kamu akan tahu realita ketika sudah mendatanginya
secara nyata. Kunjungilah secara
langsung. Kapanpun kamu punya waktu. Meski tandang ke Goa di malam hari.
***
sempet photo bareng Mister Pepeng di depan mulut Goa Pandan. |
Tubuh
saya terguncang-guncang saat kendaraan yang saya dan rekan-rekan blogger
tumpangi melalui ruas jalan berbatu dan berlubang. Mas Sutris telah berusaha mengarahkan kemudi
dengan baik. Memilah badan jalan yang tidak berlubang dimalam gelap dengan penerangan
lampu jalan yang minim. Hanya lampu kendaraan yang dapat diandalkan untuk melihat
kondisi jalan yang dilalui.
Sembari
menahan kantuk, sesekali bola mata saya merekam kondisi jalan yang kami
lalui malam itu lengkap dengan jajaran rumah
warga dan areal perkebunan. Gelap malam membuat saya tidak begitu jelas
menangkap suasana dibalik kaca kendaraan. Meski begitu, aktivitas warga desa terlihat
menghias di kiri dan kanan jalan. Tujuan kami malam itu tak lain untuk
mendatangi sebuah Goa yang merupakan spot wisata potensial di Lampung Timur.
Whaatt!!??!!, Goa?. Hhhmmm, serius di Lampung Timur ada Goa ?
Pepeng
– rekan saya yang gemar berpetualang sempat berbisik ragu pada saya ketika
mengetahui tujuan perjalanan kami malam itu.
Sebenarnya,
perjalanan menuju Goa di malam hari itu tak ada dalam jadwal kegiatan. Ibu
Bupati mengajakserta saya dan rekan rekan yang satu kendaraan dengan mas Sutris
dan bang Adhyt usai menghadiri Village Carnival di lapangan desa Braja Luhur. Meski tak ada dalam jadwal kegiatan, toh kalo
urusan tandang ke spot wisata tak mungkin ditolak. Meski beberapa kali sempat
sangsi dan saling bertanya antara rekan rekan blogger, “serius ini mau ke Goa?”.
Mobil
yang saya tumpangi bersama rekan rekan blogger tertinggal jauh dibelakang dari
iring-iringan kendaraan Ibu Bupati dan
rombongan. Jadilah saya dan rekan rekan blogger serta mas Sutris
dan bang Adhyt sebagai pengemudi kendali berkali-kali bertanya pada penduduk
setempat soal lokasi persis dari tujuan utama kami. Bagai mencari jejak dalam kegelapan malam
rasanya. Sebagai abdi negara di Lampung Timur, mas Sutris dan bang Adhyt
tidaklah terlalu asing dengan rute tempuh kami, terlebih mba Rahma – ajudan ibu
Bupati beberapa kali memberi arahan melalui ponsel saya. Meski begitu, suasana
malam cukup menyulitkan untuk usaha cari alamat kan?, beruntung bisa meminta
bantuan GPS (Gunakan Penduduk Setempat). Cukuplah membantu. Meski beberapa
arahan penduduk sempat membuat kami bingung karena dipenuhi penuturan yang
ambigu. Misal ; ..”oh, mas lurus aja,
trus belok kanan ketemu perempatan ada tugu, nah tanya aja sama tugu..” hhmmm… ambigu kan?.
Meski
berkali-kali harus bertanya pada penduduk setempat dan sempat diwarnai salah
arah, toh kami tetap semangat
mengikuti arah jalan yang di tunjukkan warga dan bimbingan rute dari beberapa
pihak yang memandu perjalanan kami via telepon.
Lubang besar di bagian depan mennuju bagian dalam Goa |
PERAYAAN MENUJU GOA
Mobil
yang dikendalikan mas Sutris tiba disebuah desa yang sebelumnya di arahkan oleh
warga yang kami tanyai dibeberapa titik pemberhentian. Persis anak pramuka cari
jejak, tapi ini pakai kendaraan, hehehe.
Suasana tentram pedesaan sontak terlihat. Beberapa kendaraan telah
terparkir rapih di sebuah rumah. Beberapa warga tampak berkumpul menyaksikan
kehadiran banyak kendaraan malam itu. Saya dan rombongan segera mendekati sebuah
rumah yang telah ramai didatangi tetamu dan penduduk sekitar. Rumah Sekdes (Sekretaris Desa) Giri Mulyo –
desa dimana letak dari Goa Pandan akan kami kunjungi malam itu. “seriusan ditempat begini ada goa?”
tanya saya pada rekan rekan blogger, lagi lagi saya tak percaya.
Ibu
Bupati Lampung Timur dan beberapa Kepala Satker berada dibagian dalam rumah pak
SekDes. Saya sempat melihat ada perbincangan serius yang terjadi saat itu. Saya
kemudian izin ke kamar kecil dibagian belakang rumah pada beberapa ibu yang
sedang mengolah bahan makanan. “kayaknya,
kita makan malam dulu, deh..” bisik saya pada rekan. “Ngarep lu..” ucap rekan kearah saya.
Dan
benar saja. Tebakan saya terjadi. Saya dan rekan rekan dipersilakan ikut
antrian makan malam yang telah disiapkan oleh ibu-ibu yang tadi saya lihat saat
menuju toilet. Hahaha… Emang rezeki
gak kemana kan?, setelah terpuntal-puntal dalam kendaraan yang melalui medan
jalan tak mulus akhirnya kami dipersilakan menikmati hidangan lezat malam itu. Nasi,
sambal goreng, sayur tumis kates dan ayam goreng kampung dengan potongan besar jadi
kepuasan bersantap malam.
Usai
makan malam, saya sempat menikmati beberapa potong singkong goreng nan empuk
dan segelas es teh manis, sebelum akhirnya diajak serta oleh seluruh rombongan
menuju Goa. Cocok kan??!!, mau tandang ke goa aja pakai makan malam dulu.
Berasa celebrate before party gitu!!.. hahahaha.
mbah Karno menunjukkan Lubang utama yang menghubungkan dengan 3 pintu berbeda ke bagian dalam Goa |
GOA PANDAN NAN MENGAGUMKAN
Saya
sempat mengira akan berjalan kaki menuju goa dari letak rumah pak SekDes. Ternyata
salah. Kami diarahkan menaiki kendaraan untuk
kemudian mengikuti arahan perangkat desa menuju letak goa yang dimaksud.
Selama
perjalanan (yang katanya menuju Goa) lagi-lagi saya dibuat penasaran. Beberapa kali
saya beradu pandang pada rekan-rekan dalam mobil. Sorot mata kami semakin tak yakin akan
melihat goa yang benar-benar goa. “paling
juga lubang besar biasa diantara kebon kebon, yaa..” bisik saya pada Juanda.
Rute jalan yang tempuh kami semakin menyempit dan memasuki kawasan pedesaan
yang nampak padat penduduk. Di beberapa
bagian desa, puluhan penduduk berkumpul seolah tahu akan kedatangan saya dan
rekan rekan…eh salah, maksudnya,
warga tahu akan kedatangan Ibu Bupati.
salah satu pintu dalam Goa yang menghubungkan dengan bagian yang lebih dalam |
Menuju
letak goa yang dimaksud, ternyata harus melalui kawasan perkebunan. Tak jelas
kebun apa. Karena suasana gelap. Saya hanya ingat beberapa kali mobil yang kami
tumpangi menghantam bebatuan yang melintang dibeberapa badan jalan yang kami
lalui. Hhhmm… saya mulai yakin ada
sebuah Goa ketika melihat serpihan bebatuan berukuran cukup besar menghias badan
jalan.
Saat
kendaraan terparkir diareal perkebunan, saya langsung mengikuti arahan pemandu menuju sebuah titik dimana (katanya) goa itu berada. Ibu Bupati dan rombongan petinggi telah lebih
dulu dibagian depan. Saya mulai meyakini adanya sebuah goa ketika melihat ada
beragam bentuk bebatuan di jalan setapak yang saya dan rekan rekan blogger
lalui.
Dan
pertanyaan demi pertanyaan yang saya ragukan sejak awal seketika hilang saat
melihat sebuah lubang besar yang menganga dengan pohon pandan hutan di salah
satu sisinya. Dari lubang besar yang
merupakan pintu masuk utama tersebut ada tiga lubang lainnya yang merupakan
akses masuk di tiga penjuru yang berbeda. Beberapa kali saya dibuat terperangah
seolah tak percaya dengan apa yang saya lihat. Bagai masuk kedalam sebuah ruangan besar saat
berada di bagian dalam Goa. Ibu Bupati dan para pejabat daerah beserta beberapa
masyarakat bergegas memasuki lubang besar tersebut dan berjalan menuju bagian
dalam sesuai arahan pemandu. Beberapa lampu penerangan dinyalakan untuk
memudahkan langkah kaki pengujung.
salah satu pintu Goa yang menghubungkan ke bagian dalam Goa |
lorong Goa pada bagian dalam |
Sesekali
saya menengok bebatuan pada langit langit Goa yang saya yakini akan sangat
indah bila diabadikan dalam bentuk photography.
Meski malam, saya menangkap keindahan Goa yang menurut warga telah
ditemukan sejak tahun 1977 itu. “dulu kawasan ini penuh dengan pohon pandan
hutan yang besar-besar.” ucap Mbah Karno ketika saya tanya soal asal muasal
Goa. “awalnya kawasan ini dibuka untuk area perkebunan. Tapi saat lahan hendak
digunakan untuk bercocok tanam ternyata banyak bebatuan, dan kemudian
terlihatlah lubang goa ini saat
pepohonan pandan hutan dibersihkan”. Jelas Mbak Karno pada saya dan beberapa rekan yang
mendekatinya. Mbah Karno – selaku pihak
pertama yang menemukan kawasan Goa dan juga sebagai pemandu rombongan malam itu
pun menjelaskan soal upaya warga yang pernah menyusuri mulut Goa yang ternyata sampai ke kawasan Jepara
(bagian dari Lampung Timur) dengan menempuh perjalanan selama dua hari di dalam
mulut Goa!!. Berkali-kali saya dibuat terperangah dengan kisah-kisah yang
dituturkan mbah Karno soal Goa yang malam itu kami kunjungi. Belum lagi letak lantai dua dibagian tengah
Goa yang menurut mbah Karno terdapat bebatuan yang menyerupai kursi dan meja.
Bagai ruangan kerajaan masa lampau!!.
kayu yang berdiri di bagian tengah itu digunakan sebagai tanda arah menuju kebagian lantai 2 |
Juanda - rekan saya yang berphoto di salah satu pintu Goa pada bagian dalam - maaf saya sendiri tak berani photo diri (takut). |
Meski
tak begitu tuntas menelaah sisi Goa,
tetapi Goa Pandan yang kami datangi malam itu benar-benar mengagumkan. Sayang
saya tak membawa kamera yang memadai untuk mengabadikan Goa secara maksimal
malam itu (maklumlah, blogger tanpa kamera, hahaha). Terbayang bila akses
berupa jalan menuju desa telah baik dengan prasarana penunjang pada kawasan sekitar
Goa Pandan berada telah diperindah, tentulah Goa Pandan akan sama indahnya
dengan Goa – Goa di pulau Jawa. Dan tentu akan mendatangkan banyak keuntungan
bagi masyarakat desa sekitar akibat kunjungan wisatawan. Ibu Bupati Lampung
Timur yang berkenan turut masuk kebagian dalam Goa malam itu pun mengungkapkan
niatnya untuk menggarap Goa Pandan untuk menjadi destinasi wisata yang layak di
kunjungi dikemudian hari. Saya dan teman teman pun berharap bisa tandang ke Goa
Pandan di siang hari agar dapat melakukan eksplorasi lebih banyak. Semoga.
Pengalaman yang luar biasa. Kapan kesana lagi bro indra
BalasHapusnanti di kabari bila waktunya tandang kesana lagi..kemarin kurang puas eksplorasi karena malam....
HapusSaya juga pengen ke sana.. Ajak ajak ya mas indra
BalasHapusyeeeyyy....padahal jalan bareng bang Razone yaa kan... heheheh btw next kita datangi siang hari bang ...hehe
Hapus