Hari
masih pagi. Kabut pun masih memeluk
mesra pepohonan disekitar Homestay Piknik Liwa dimana kami bermalam. Tapi saya
dan rekan rekan blogger, photographer dan videographer telah bersiap dan
semangat untuk mengikuti salah satu rangkaian yang menarik minat kami semua
hadir di Liwa, Lampung Barat. Kondisi badan yang masih lelah setelah menempuh
perjalanan 6 jam dari Bandar Lampung ke pusat kota Liwa pun seketika sirna
karena membayangkan sebuah perhelatan adat yang akan kami simak, Hippun Adat.
|
pintu utama penyambutan kehadiran tamu |
Pada
malam sebelumnya, bang Eka telah menjelaskan secara garis besar seputar gelaran
Hippun Adat yang sengaja digelar sebagai bagian dari rangkaian Festival Sekala
Brak ke 4 di tahun 2017 sekaligus Hari
Jadi Kabupaten Lampung Barat ke 26. Hippun Adat adalah sebuah kegiatan musyawarah
adat. Dilaksanakan untuk merumuskan suatu kebijakan yang berkaitan dengan
pelestarian adat, menyerap aspirasi masyarakat dari empat kepaksian di Lampung
Barat dan akan menghasilkan beberapa rekomendasi untuk Lampung Barat sekaligus
mengevaluasi rekomendasi tahun sebelumnya. Secara tidak langsung, Hippun Adat
adalah bentuk komitmen untuk bersinergi antara Masyarakat Adat dan Pemerintah
Daerah dalam membangun Lampung Barat.
Menyimak
definisinya saja, saya pribadi sudah begitu penasaran ingin menyimak
pelaksanaannya.
|
Rumah Panggung yang telah dihias, siap menyambut kedatangan tetamu |
Jadilah
rombongan kami bergerak menuju tempat acara lebih pagi dari jadwal yang tertera
di susunan acara. Meski suasana
persiapan diwarnai hiruk pikuk para pria yang memasang kain gantung hingga
lutut termasuk tutup kepala atau peci sebagai syarat wajib mengikuti
rangkaian Hippun Adat. Selain itu, sungguh tepat bang Eka
menyarankan kami datang ke lokasi acara lebih pagi. Setidaknya saya dan rekan
rekan bisa mengabadikan banyak hal menarik disetiap bagian dari tempat acara.
|
lidah lidah - hiasan khas Saibatin |
|
nunasa serab merah - dekorasi acara Hippun Adat |
SUASANA MEWAH, MERAH MERONA
Pagi
itu, suasana rumah panggung nampak cantik berhias. Pilar pilar penyangga
bangunan berbalut kertas warna emas. Sementara tarup besar dan luas
terpasang di bagian halaman lengkap
dengan kursi kursi yang telah ditata sedemikianrupa plus bentangan karpet merah
yang dipersiapan menyambut tetamu yang hadir kelak. Bertempat di gedung Dalom
Paksi Bejalan di Way, Pekon Kembahang, kecamatan Batubrak itulah gelaran Hippun
Adat akan berlangsung.
|
Simbol Paksi Bejalan di Way |
Saya
dan rekan rekan blogger sempat bertegursapa dengan bapak ibu yang kami temui
dihalaman rumah panggung yang telah ditata megah sarat nilai seni budaya khas
Saibatin Lampung Barat. Hiasan lidah
lidah khas masyarakat Lampung yang tergantung di setiap sisi rumah panggung
menjadi ornament mewah tersendiri.
Sekumpulan pemain musik tradisional pun telah siap membunyikan tetabuhan
mengiringi para tamu yang akan hadir.
|
rombongan musik pengiring tetabuhan kehadiran tamu |
|
pintu utama masuk kebagian ruangan dalam dari pelaksanaan Hippun Adat |
Setelah
mengabadikan dekorasi khas Saibatin dibagian luar rumah, saya dan rekan rekan
diperbolehkan mengabadikan suasana megah dibagian dalam tempat dimana prosesi
Hippun Adat akan berlangsung. Warna merah khas Saibatin mendominasi. Sesaat
saya terdiam mengagumi setiap detail hiasan dinding termasuk Kasokh Pedanginan (singgasana raja) yang
terdiri dari kasur kasur yang ditata sebagai alas duduk para petinggi adat. Yang
tak kalah menarik untuk di simak, adanya Pahakh atau Talam yang berisikan sajian makan para
petinggi adat dan tetamu agung yang telah tertata dengan apik lengkap dengan
beragam jenis hidangan santap siang nan khas.
|
Kasokh Pedanginan (singgasana raja) |
|
penataan yang penuh filosofi |
|
pahakh - hidangan makan siang para tetamu |
SAMBUTAN SUTTAN NAN MENAWAN
Saat
sedang asik mengabadikan setiap bentuk hiasan pada bagian dalam rumah panggung
dari Kepaksian Buay Bejalan Di Way, ternyata ada sosok Sai Batin Buay Bejalan
Di Way Selayar Akbar Puspanegara, gelar Suttan Pangeran Raja Jaya Kesuma IV.
Beberapa teman langsung memohon perkenan Suttan untuk photo bersama. Saya pun
begitu. Bahkan sebelum Suttan berlalu dari hadapan kami, saya sempat mengajukan
pertanyaan seputar tanggapan beliau akan gelaran Hippun Adat, rangkaian persiapan
yang telah Kepaksian siapkan dalam gelaran ini hingga saya meminta Suttan
menyampaikan harapan beliau berkenaan dengan pelestarian nilai nilai seni
budaya dan adat istiadat Saibatin dimasa mendatang. Beruntung Lesie berkenan
memvideokan moment saya mewawancarai singkat sang Suttan.
|
Sai Batin Buay Bejalan
Di Way Selayar Akbar Puspanegara, gelar Suttan Pangeran Raja Jaya Kesuma IV. (jas abu abu) - bersama sang adik - Pemapah Dalom (jas hitam) |
|
Sai Batin Buay Bejalan
Di Way Selayar Akbar Puspanegara, gelar Suttan Pangeran Raja Jaya Kesuma IV. dan Adiknya (hayal) Ngarep.com |
BLUSUKAN HINGGA KE DAPUR
Usai
melakukan obrolan singkat bersama Suttan lengkap dengan Hulu Balang plus photo
bersama, saya dan rekan rekan meminta izin agar diperkenankan meliput suasana
persiapan di bagian belakang setelah kekaguman kami pada uniknya sajian diatas
Pahakh atau talam makan para tetua adat dan tetamu agung tersebut saya
kemudian. Benar saja, ketika izin diberikan saya langsung melihat sekumpulan
ibu ibu yang tekun menyiapkan beragam jenis lauk pauk dan sayur mayur termasuk kue kue lezat nan khas yang akan di
santap oleh tetua adat dan para tamu seusai pelaksanaan Hippun Adat nantinya. Bagi saya, melihat persiapan dibagian dapur
bagai sebuah bonus langka dan sangat berharga, – kelak akan saya tuturkan dalam judul terpisah yaa…hehehe… tahan dulu
ngiler lihat makanannya yaaa….
|
suasana penyambutan tetamu agung |
|
Pemapah Dalom menyambut kehadiran tamu |
HIPPUN ADAT SARAT MAKNA
Saya
dan rekan rekan kembali kebagian halaman dari bangunan Paksi Bejalan Di Way,
usai mendapat kesempatan bertegursapa dengan Suttan dan bonus liputan dapur
yang menarik minat kami. Di bagian halaman tetamu telah berdatangan. Terutama
unsur satuan kerja pemerintah daerah Lampung Barat. Yang menarik, dilakukannya
prosesi iring-iringan sebagai tanda penghormatan pada jajaran tamu yang hadir
di tempat acara. Selama prosesi iringan dari bagian depan jalan hingga memasuki
tempat acara di iringi atraksi Pincak
atau pencak khas Saibatin lengkap dengan tetabuhan gamolan yang menjadi ciri
dari musik tradisional masyarakat Lampung.
|
iringan tetamu yang datang |
|
atraksi Pincak menyambut kedatangan tamu |
Proses
penyambutan tamu yang hadir oleh pihak kepaksian Buay Bejalan Di Way menjadi pemandangan
menarik tersendiri. Sesekali saya mengagumi penutup kepala para pria pria nan
khas dengan ujung runcing menjulang ke langit langit, sebuah penutup kepala
yang khas dari Lampung Saibatin. Belum lagi jenis sulam tapis yang para tetamu
kenakan sungguh indah bersanding dengan beskap yang membalut tampilan semakin
gagah berwibawa.
|
Sai Batin Buay Bejalan
Di Way Selayar Akbar Puspanegara, gelar Suttan Pangeran Raja Jaya Kesuma IV dan sang Adik - Pemapah Dalom - di apit dua Hulu Balang (seragam putih bertutup kepala khas) |
|
Suasana Hippun Adat di bagian dalam rumah panggung |
APRESIASI DAN HASIL HIPPUN ADAT
Acarapun
dimulai setelah cukup lama menunggu para petinggi dan tetamu agung hadir. Hippun Adat dihadiri oleh tokoh masyarakat
adat dari empat kepaksian, yaitu kepaksian Pernong, Kepaksian Bejalan Di Way,
Kepaksian Belunguh dan Kepaksian Nyerupa. Selain itu juga hadir seluruh unsur
muspida, kepala satuan kerja di lingkup pemerintah kabupaten Lampung Barat juga
hadir mendengarkan rekomendasi masyarakat adat untuk di usulkan kepada pemerintah daerah.
|
Para Tamu di bagian bawah rumah panggung |
|
Tarian Pembuka acara |
Diawali
dengan tarian pembuka dibagian bawah
dari rumah panggung sebagai penggambaran suka cita akan gelaran Hippun Adat.
Dibagian atas, para Suttan dari Paksi Pak. Pelaksanaan acara pun di mulai
dengan doa bersama hingga sambutan dari Pj. Sekretaris Daerah Kabupaten Lampung
Barat – Akmal Abdul Nasir dilanjutkan dengan sambutan Sai Batin Buay Bejalan Di
Way Selayar Akbar Puspanegara, gelar Suttan Pangeran Raja Jaya Kesuma IV. Setelah
itu dilakukan pembacaan hasil musyawarah
Paksi Pak Sekala Brak yang berisikan beberapa apresiasi masyarakat adat
terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten Lampung Barat termasuk beberapa
usulan yang berhubungan dengan upaya pelestarian nilai nilai adat istiadat di
Lampung Barat sebagai bagian terpenting dari Budaya dan Kearifan Lokal Saibatin
Lampung Barat agar tetap terus dilaksanakan.
|
Hippun Adat nan Hikmat |
Sungguh
saya beruntung hadir dalam sajian Hippun Adat dalam rangka festival Sekala Brak
ke 4 tahun 2017 kali ini. Sepadan rasanya bangun pagi, bersiap lebih awal dan
berjam-jam menyimak tiap tahapan yang terlaksana dalam rangkaian Hippun Adat. Banyak hal baru yang saya dapatkan langsung
dengan melihat dan menyimak segala yang berlangsung. Semakin cintalah saya pada
budaya luhur nana gung di bumi Lampung. Tidaklah ada alasan buat saya untuk
mengacuhkannya. Saya cinta Budaya Indonesia dan Saya Bangga pada Budaya
Lampung. Baik Saibatin maupun Pepadun.
Keren bangeeet... Sebuah gelaran adat yang sangat mengesankan. Khidmat dan penuh dengan tata titi adat. Beneran deh, nggak cukup sekali ke Lampung Barat. Pingin ke sana lagi dan lagi.
BalasHapusmakasih pujiannya penulis buku keren... btw kalo ke liwa udah sering tapi melihat langsung Hippun Adat dan karnaval Skala Brak baru pertama... tentu aku akan sering sering lah nanti ke Lampung Barat ehehhehe
HapusTerima kasih Bang Indra, liputannya keren banget.
BalasHapusmakasih mba penulis kece....
Hapus