Photo by Zack |
…”jam
7 kumpul di Aula depan yaa, kita ada
sedikit acara dan makan malam bareng...”
ujar seorang pria berambut gondrong perwakilan Event Organizer (EO) menyampaikan pengumuman tersebut pada
kami. Waktu maghrib baru saja berlalu.
Beberapa teman yang satu hunian dengan saya telah selesai mandi dan shalat
seusai aktivitas sepanjang sore yang lengang.
Saya
dan rombongan yang tergabung dalam peserta Tour Krakatau dalam rangka Lampung
Krakatau Festival 2017 tiba di pulau Sebesi pada Jum’at tengah hari, tepat
ketika adzan shalat Jum’at berkumandang. Seluruh rombongan pun menyebar, seusai
penjelasan ala kadarnya dari EO soal hunian yang akan kami tempati. Seluruh peserta wanita diprioritaskan pada
cottage dibagian depan tepat di dekat dermaga kedatangan. Sedang mayoritas
peserta pria diarahkan menempati rumah-rumah warga yang letaknya berjarak 300
meter dari posisi cottage dekat dermaga yang juga diberi label ‘Cottage’ oleh EO. Saya pribadi
tidak melihat ada kerapihan EO dalam pendataan peserta sejak mula
kedatangan yang menyebar tanpa ada penjelasan awal soal itinerary termasuk penempatan
cottage yang asal pilih tanpa ada daftar nama peserta.
Pada
sepanjang siang hingga sore, beberapa teman menghabiskan waktu dengan
eksplorasi kawasan pulau Sebesi, beberapa lagi menikmati debur ombak dan pasir
halus di bagian dermaga dan pesisir pantai nan landai. Beberapa lagi istirahat
tidur siang karena sadar diri, esok hari akan melakukan pendakian ke Gunung
Anak Krakatau (GAK). Dan saya termasuk golongan yang terakhir. Saya memilih
tidur siang. Bukan hanya alasan pendakian esok hari, tetapi karena begadang
dimalam sebelumnya. Yah, begitulah, free time sepanjang siang hingga sore. Peserta
bebas melakukan aktivitas sesuai selera.
MAKAN MALAM PENUH CEREMONIAL
Tepat
pukul 7 malam, saya dan rekan rekan satu hunian beranjak menuju aula yang
dimaksud panitia sebelumnya. Letaknya persis di depan kawasan cottage yang di
huni mayoritas para peserta wanita dan beberapa undangan dari kementerian serta
beberapa personel EO.
Sebagian
besar peserta Tour Krakatau telah memenuhi aula yang telah ditata menjadi
sebuah ruang pertemuan. Dua buah sofa ditata pada bagian depan tepat
membelakangi spanduk acara yang membentang jelas sebagia bagian dari acara
malam itu. Aroma acara ceremonial
langsung terasa, mengalahkan aroma ikan bakar yang mulai membumbung di sekitar
kawasan aula. Sungguh saya tergoda dengan aroma ikan bakar dan hidangan makan
malam ketimbang mengikuti ceremonial.
Benar
saja, tebakan saya tidak meleset se-inchi-pun. Ceremonial yang membosankan
berlangsung pada pukul 8 malam dengan panduan pembawa acara ala kadarnya. Seluruh
peserta bagai dipandu oleh dua sosok anak kuliahan yang memperlakukan audience
bagai teman sebaya mereka. Tiadalah
faedah menyimak apa yang diucapkan pembawa acara generasi milenial itu. Beruntung
ada suguhan tari dari sanggar remaja di Pulau Sebesi yang setidaknya menarik
minat para peserta yang sebagain dari luar kota untuk mengabadikan tampilan
para penari generasi ‘Z’ tersebut.
suasana 'malam ceremonial' di aula terbuka dekat dermaga pulau Sebesi |
PENDAKIAN GUNUNG ANAK KRAKATAU
DIBATALKAN!
Acara
malam yang diharapkan EO menjadi ‘malam
keakraban’ itu pun semakin membosankan dengan banyaknya yang menyampaikan
sambutan dengan isi sambutan yang bertele-tele ditangah suasana lapar para
peserta yang berharap segera makan malam.
Tapi ditengah penyampaian kata sambutan, ada satu sosok yang menarik
saya dan beberapa rekan blogger, yakni ketika pak Nino dari BKSDA menyampaikan
sambutan dengan salah satu penjelasannya bahwa kami para peserta Tour Krakatau
tidak dapat menginjakkan kaki di Gunung Anak Krakatau keesokan hari dikarenakan
sedang Siaga 1.
Pernyataan
pak Nino sontak mengundang gemuruh para traveler, blogger dan media yang hadir
malam itu. Komentar personal setiap peserta pun merebak. Saya pribadi pun
menyesalkan pernyataan pak Nino tetapi berusaha menahan diri untuk tidak ikutan
berkomentar karena menghormati forum ceremonial yang sedang berlangsung.
Usai
acara ceremonial, pemandu acara mempersilakan seluruh peserta menikmati makan
malam. Saat moment makan malam itulah saya gunakan untuk menemui beberapa orang
yang sejak awal saya lihat sangat kecewa dengan pernyataan pak Nino dalam
sambutan yang menyatakan bahwa peserta tour hanya akan diajak mengelilingi
Gunung Anak Krakatau tanpa turun ke bagian gunung apalagi melakukan pendakian.
wajah wajah kecewa rekan rekan media, treveller dan blogger yang mendengar keputusan pembatalan jadwal pendakian ke Gunung Anak Krakatau |
Mba Agatha
– seoarang ahli Geologi menjadi orang pertama yang mengajak saya untuk
melakukan klarifikasi pada pihak terkait berkenaan dengan pernyataan pak Nino
yang menyebabkan peserta Tour Krakatau kecewa.
Saya dan rekan rekan pun sempat menemui salah satu personel EO yang
berdiri dekat meja prasmanan. “Saya gak
yakin Gunung Anak Krakatau Siaga 1, saya paham soal geologi, mana surat resmi
yang menjelaskan Siaga 1?” tanya Agatha membuka pembicaraan dengan salah satu
tim EO tersebut. “saya gak tau soal itu” ucap pria gempal berkepala plontos. Tak puas dengan jawaban yang kami terima.
Saya dan Agatha pun menemui beberapa pihak yang telah berkumpul dan
mengemukakan kekecewaan yang sama dengan kami.
Setelah melakukan pembicaraan dengan puluhan peserta tour Krakatau, kami
pun sepakat mencari perwakilan EO yang saat itu telah menghilang dari
keramaian. Personel EO yang semula kami
lihat berada di sekitar meja prasmanan telah menghilang. Ditengah kebingungan
kami mencari para personel EO,
beberapa peserta melihat wujud personel
EO di kegelapan. Awalnya, saya dan Fajrin – rekan saya bermaksud menghampiri
salah satu personel EO tersebut. Tapi kemudian, yang kami hampiri malah
berupaya berkelit tak mengaku bagian dari EO meski ia mengenakan seragam EO
yang kami kenali sejak siang. Saat
berkelit dan upaya untuk menjauh dari kami yang mendekati itulah, Fajrin
mengambil tindakan mengajak salah satu personel EO untuk ke bagian Aula dimana
acara ceremonial berlangsung sebelumnya. Suasana semakin gemuruh. Peserta Tour yang masih berkerumun di Aula
saling mengeluarkan statmen dan membuat suasana semakin gaduh.
saya mengambil microphone dan mengajak seluruh peserta berkumpul duduk bersama dan diskusi |
ketika saya mengajak diskusi Yudha perwakilan Eo |
DISKUSI DAMAI MENCARI KEPUTUSAN
Melihat
suasana gaduh yang semakin memuncak karena perwakilan EO tak menampakkan diri,
saya segera menghampiri bagian sound system yang semula telah dimatikan karena
acara ceremonial telah berakhir. Saya meminta teknisi sound menghidupkan
kembali pengeras suara dan kemudian saya membuat pengumuman, agar seluruh
peserta yang kecewa berkumpul di dalam aula.
Ajakan saya pun di ikuti. Puluhan peserta Tour berkumpul. Saya dan Fajrin
meminta sosok pria plontos berkemeja seragam EO itu memanggil juru bicara
mereka bahkan bila berkenan semua jajaran personal EO untuk berdiskusi bersama
kami menjelaskan perihal kunjungan ke Gunung Anak Krakatau yang dibatalkan.
Tapi ternyata tak direspon dengan cepat hingga menimbulkan kekesalan para
peserta tour yang telah berkumpul dan mengharap kejelasan.
Setelah
menunggu cukup lama akhirnya muncullah sosok pria bertubuh kecil tinggi
berkulit coklat dengan volume suara tak kencang mengenalkan dirinya yang
bernama Yudha mewakili jajaran EO.
Pandainya EO ‘menumbalkan’ Yudha untuk menemui para peserta Tour Krakatau yang
meminta kejelasan soal jadwal kunjungan ke Gunung Anak Krakatau yang dibatalkan
sepihak oleh EO.
Diskusi
pun berlangsung dengan kondisi duduk melantai membentuk lingkaran, meski
dibeberapa bagian terjadi debat panjang nan sengit tapi tak ada unsur kekerasan selama diskusi. Pihak
BKSDA – pak Nino pun kemudian dihadirkan untuk menjelaskan persoalan sesungguhnya.
Dari penjelasan pak Nino didapat pernyataan, bahwa izin memasuki kawasan
konservasi belum keluar meski sudah ada pengajuan dari EO. Inilah titik nyata
kekesalan para peserta tour termasuk saya. Jika memang alasannya surat izin
belum keluar mengapa kami para peserta yang harus menanggungnya?. Jadi, dalam
perjalanan setengah diskusi didapat kesimpulan bahwa kabar Siaga 1 yang semula
disampaikan dalam acara cermonial tidaklah benar!!
Dalam
forum diskusi yang saya pimpin tersebut, saya mengambil peran sebagai penyampai
aspirasi peserta tour, agar kedatangan ke Gunung Anak Krakatau tetap
berlangsung. Alasan demi alasan pun
dikemukakan sehingga menjadi perdebatan
panjang. Namun kemudian diperoleh titik temu atas kesepakatan pihak peserta, EO
dan pak Nino dari BKSDA. Kunjungan ke
Gunung Anak Krakatau akan dilaksanakan, tetapi dengan batasan waktu kunjungan
hanya 2 jam sejak mulai pendakian hingga meninggalkan kawasan Gunung Anak
Krakatau. Selain itu pak Nino juga menghimbau untuk menjaga kelestarian dan
keasrian ekosistem yang ada dalam kawasan Gunung Anak Krakatau dengan
pendampingan langsung dari pihak BKSDA. Kesepakatan pun disetujui semua peserta tour
dan diskusi malam itupun berakhir damai. Peserta tour Krakatau pun bergegas
istirahat karena pukul 3 pagi esok hari harus menempuh pelayaran dari Pulau
Sebesi ke Gunung Anak Krakatau.
seluruh peserta diskusi berphoto bersama usai diskusi damai |
Begitulah
yang terjadi. Runutan kisah yang saya alami bahkan menjadi bagian dari
peristiwa yang sebenarnya. Tak ada kekerasan seperti pemberitaan yang merebak
dikemudian hari. Yang ada hanya diskusi panjang untuk menemukan titik tengah
dari semua pihak hingga mendapat kesepakatan yang baik. Meski dalam forum
diskusi disepakati untuk tidak terlalu di sebarluaskan kepihak luar soal
diskusi panjang malam itu. Sungguh pelajaran tahun kedua dari EO yang sama
ditahun sebelumnya. Hal hal yang berkenaan dengan perizinan, kemungkinan kendala
di lapangan hingga pengorganisasian
peserta adalah hal hal kecil tetapi cukup krusial diperhatikan, karena
berkenaan dengan kepentingan banyak pihak yang terkait didalamnya. Semoga ada
pembelajaran dibalik peristiwa ini. Bagaimanapun, Lampung tetap layak
dikunjungi karena memiliki beragam potensi wisata yang berharga layaknya harta
karun yang harus ditemukan langsung oleh wisatawan. Lampung – The Treasure of
Sumatera.
jadi mendaki kan? aku lohat di foto kayaknya pada mendaki
BalasHapusjadi dooonggg kan sudah diskusi ....
HapusSemoga festival Krakatau tahun ini bisa dijadikan sebagai PR untuk festival tahun selanjutnya.
BalasHapusSayang, ketika makan malam, saya tidak kebagian dengan ikan bakarnya karena habis duluan😂😂
heheheh saya sempat makan dikit tapi jadi tak sedap karena rencana yang nyaris gagal..
HapusMudah2an setelah kejadian kemarin tidak ada lagi yg seperti ini ya,Om.
BalasHapusamiiinnn.... yeeeyyy kita berdua fames yaa masuk TV hahahaha
HapusWowww gituu yaa cerita nya bang....
BalasHapusbegitulah adanya tanpa dikurangi atau di tambahi ...
HapusGak kebayang kalau benar-benar batal. Mdia dan temen-temen blogger akan menulis, "Festival Sebesi" bukan "Festival Krakatau".
BalasHapusKrusial sekali sampe-sampe soal izin aja gak keurus. Aihh.
itulah kenapa aku berani maju mewakili temen temen yang kecewa...ngapain jauh jauh ke pulau sebesi pake nginep kalo cuma muter muter lihat gunung dari kapal..kayak kurang kerjaan hahahahah
HapusSempet KZL pas dibilang ga jadi menjejakkan kaki ke Pulau Krakatau. Alhamdulillah jadi juga. Terima kasih Mas Indra, Fajrin dkk sudah inisiatif membuka diskusi. Kalau dibicarakan baik2 kan bisa dapat solusi.
BalasHapusMenegangkan juga kalau hampir batal ya bang. Menurutmu gimana dengan festival tahun ini sama yang tahun lalu bang?
BalasHapusAku minta maaf ya undangan kemarin aku belum bisa hadir bang Indra. Semoga gak melunturkan silaturahmi kita.
tahun lalu dan tahun ini...semua just so so aja...gak ada yang istimewa. aku sih gak begitu suka. pawainya aja aku tinggal tidur..hahahahahha
HapusSemoga tahun depan lebih baik lagi ya. Pelajaran selalu ada
BalasHapusamiiinn....semoga EO nya gak itu mulu...EO lokal di provinsi Lampung banyak yang bagus kok
HapusDuh, untung tetap jadi mendaki ya Bang Indra bakalan garing banget kalo batal..
BalasHapusitulah kenapa aku berkenan menjadi juru bicara teman teman yang udah jauh jauh datang malah nyaris di cancel hahahah
HapusSempet melongo waktu dibilang ngga jadi naik ke Krakatau. Trus ya ngapain aku jauh-jauh terbang dari Medan kalo batal? Gitu pikiran awalnya. Tapi untung dramanya kelar juga, big thanks buat Mas Indra yang ngusahain supaya tour Krakatau tetep berjalan sesuai rencana awal. Dan kubahagiaaa! :D
BalasHapusitulah mengapa aku berkenan maju mendiskusikan solusi bersama EO dan BKSD mba karena kasihan dengan teman tekan luar kota yang jauh jauh datang ke Lampung buat tandang ke GAK eh taunya batal...trus mau tulis apa kalo batal?, tulis karnaval doang atau tulis Pulau Sebesi ???hahahahah ..btw thanks yaa mbaa udah ebrkenand atang ke Lampung...semoga gak kapok yaaa mba...dan semoga aku bisa tandang ke Medan heheheh
HapusBener harusnya belajar dari tahun2 lalu, masa terulang terus 😌..ngurus simaksinya harus lincah. Kayaknya ngelist daftar peserta kmrin waktunya agak mepet
BalasHapusya gitu deh....meski Eo nya salah lagi tahun ini tetep aja tahund epan di pake' lagi tu EO..secara kan ?!!! hahahahha...padahal banyak lho EO lokal yang bagus dan rapih atur trip ke krakatau . contohnya EO tahun 2014 yang handle tour Krakatau dengan keren.
HapusSelalu ada "kisah" dari penyelenggaraan festival krakatau ya, hehehe
BalasHapusMalam tersebut adalah malam penuh Kenangan yang takkan terlupakan,wkwk
BalasHapusterimakasih juga untuk EO nya nih yang akhirnya para peserta naik gunung anak krakatau walupun nyaris aja batal.
terima kasih adik kece.... roti roti gak sih itu kalimat sanjungannya...hahahahahha.... sukses selalu yaaah broh.
HapusWew drama pisan, untunglah berakhir damai. Kalo diusahain mah bisa ya naik ke Krakatau, itu EO ngapain aja atuh :D
BalasHapusYg disesalkan knp harus alasan gunungnya siaga ya, untung ada yg ngerti ttg gunung. Semoga festival berikutnya lbh baik lagi.
BalasHapusIkutan panas dingin bacanya. Bagaimana kecewanya teman2 ya kalau gak jadi. Tapi Alhamdulillah ada jalan penyelesainnya secara damai. Semoga jadi pelajaran untuk event selanjutnya.
BalasHapusTerima kasih Mas Indra atas bantuannya. Kalau ga jadi naik pasti pada manyun dah
BalasHapusJadi begitu tragedi sebenarnya sampe akhirnya kita jadi naik ke Anak Gunung Krakatau? Pada saat kejadian, aku enak-enakan tidur setelah makan brutal yang terlambat itu. :))
BalasHapus