...Siapa yang menolak, bila diajak icip – icip makanan
lezat sembari menikmati budaya lokal dan jejak sejarah ?. Meski pegal dibadan
masih terasa akibat jadwal padat seharian, tetiba sirna ketika aroma lezat
terasa dekat.
Suasana tenang menyambut kedatangan saya dan rekan rekan sore itu, usai sepanjang siang menikmati pesona Bako National Park – Sarawak. Kami sempat singgah hotel untuk sejenak menyegarkan badan dan bertukar pakaian. Secaralah, kami kan kudu tetep kece meski judulnya jali-jali dibayari!!,hahaha... Selama perjalanan dari hotel ke kawasan Siniawan saya sempat tidur ayam, malah partner saya bernyanyi mendesah-desah – Teguh, sempat tidur sangat pulas meski bis yang kami tumpangi telah tiba di tempat. Hhmm. Chebox!.
Sore itu, bang KevinHamish dari Sarawak Tourism Board
mengajak kami menikmati sore di SiniawanOld Town – sebuah kawasan kecil di bagian kabupaten Bau – Sarawak – Kuching. Mendengaar namanya saja, buat saya antusias.
Apa sih Siniawan Old Town itu ?, ikuti terus uraian kisah saya ini sampai tamat
ya, hehehe….
hiasan lampion lampion menambah ke-khas-an kawasan Siniawan |
ASAL MULA SINIAWAN OLD TOWN
Mata saya langsung terpikat kala pertama menatap
kawasan Siniawan Old Town. Dihadapan
saya, terdapat sebuah jalan aspal cukup lebar dan panjang dengan
bangunan-bangunan kayu berusia tua dibagian kiri dan kanannya. Beberapa pemilik bangunan tengah sigap menata
aneka dagangan. Sebagian lagi menata meja dan kursi-kursi di badan jalan.
Semakin melangkahkan kaki menyusuri blok Siniawan Old Town semakin terlihat
jelas bahwa pasar malam Siniawan, atau yang lebih di kenal dengan Siniawan
Night Market akan segera digelar.
… kisah sejarah …
Pada ratusan tahun silam, berdirilah sebuah bungalow
milik Sir James Brooke yang dibangun diatas gunung Serembu – letaknya tepat dibelakang
kota tua Siniawan. Pada Desember 1851,
sekretaris dari Sir james Brooke, yakni Sir Spencer St.John bertugas membawa
rombongan tamu yang akan mendatangi Sir
James Brooke dengan melalui kawasan sungai Sarawak. Selama menyusuri sungai Sarawak, Sir Spencer
St. John dan rombongan singgah di
kawasan Siniawan dan mengagumi lingkungan pasar Siniawan yang khas dan
tradisional yang menjual beragam hasil bercocoktanam para petani etnis Tionghoa
dan beberapa masyarakat lokal yang terdiri dari beragam perpaduan etnis dan
budaya.
Seiring waktu, kawasan Siniawan terus mengalami
perkembangan terlebih dengan beragam peristiwa yang menjadikan kawasan Siniawan
sebagai bagian dari sejarah perkembangan beragam jenis budaya di kawasan Bau –
Sarawak. Meski nyaris dilupakan, kawasan Siniawan kini menjadi kawasan yang
menarik untuk dikunjungi berkat dedikasi dan kerja keras para tokoh masyarakat
setempat dan dukungan Sarawak Tourism Board yang berniat menghidupkan kembali
kawasan Siniawan. Saat ini, kawasan Siniawan yang dihuni oleh mayoritas
suku Bidayuh, Tionghua dan Melayu tersebut menjadi destinasi wisata di kawasan
Sarawak – Kuching.
Gang yang Instagramable. |
lorong yang romantis kan ?? |
PESONA
BANGUNAN TUA SINIAWAN
Meski tujuan utama saya dan rekan-rekan blogger
Indonesia diajak tandang ke Siniawan untuk makan malam, tapi bangunan tua yang
terbuat dari kayu yang berada di kiri dan kanan blok jalan tersebut terlanjur
memesona mata saya dan rekan-rekan sore itu. Beruntung, ketika kami datang, pasar
malam di kawasan Siniawan Old Town yang hanya buka pada akhir pekan ; Jumat
hingga Minggu tersebut belum banyak didatangi pengunjung lain. Jadi saya dan rekan-rekan
dapat melihat persiapan beberapa pedagang sebelum dagangan mereka tertata apik
dan siap di beli pengunjung.
Saya tak membuang kesempatan baik ketika diberi
kebebasan mengeksplorasi kawasan Siniawan Old Town. Selain memanfaatkan waktu
bertegur-sapa dengan beberapa penjual yang tengah bersiap menjajakan menu-menu
andalannya, saya pun menyisir seluruh bagian Siniawan Old Town dengan memotret
bangunan kayu yang bercirikan budaya lokal. Nampak ornament Melayu dan Tionghua
terasa disetiap bangunan. Saya pun
langsung ingat kawasan Teluk Betung –
Bandar Lampung yang beberapa bangunannya
nyaris sama dengan kawasan Siniawan. Keindahan kawasan Siniawan terletak pada
bangunan kayu yang tak lekang waktu. Belum lagi design yang tertata apik
menonjolkan kejayaan masa lampau meski terlihat usang namun tetap menawan.
Sempat berfikir juga soal kekuatan bangunan dan
kondisi hunian warga yang masih berada dalam bangunan usang tersebut.
mba Evi yang selalu Kece photo dimana aja. |
SUNGAI
SERAWAK KANAN
Disela aktivitas memotret bangunan kayu di kawasan
Siniawan Old Town, saya pun melangkahkan kaki ke lorong-lorong rumah penduduk
yang akhirnya mempertemukan saya dengan aliran sungai Sarawak Kanan. Menurut warga yang saya tanyai, sungai
Sarawak Kanan menghubungkan warga dengan kampung Melayu dan kampung Kranji yang
ada di bagian seberang sungai. Uniknya, tak ada jembatan penghubung antar
kampung sehingga pengunjung atau warga harus menaiki kapal kayu kecil sebagai
alat trasportasi antar dua kawasan yang di belah oleh sungai Sarawak Kanan.
Selain itu, sungai Sarawak Kanan pula lah yang menjadi bagian dari rute yang di
lalui oleh rombongan Sir Spencer St.
John yang merupakan kisah mula dari kawasan Siniawan Old Town saat ini.
Sungai Sarawak Kanan |
ANEKA KULINER KHAS SINIAWAN
Puas mengabadikan beragam sisi dalam kawasan
Siniawan Old Town, saya kembali ke bagian jalan Siniawan Night Market yang semakin
ramai pengunjung. Beberapa rekan terlihat menghampiri penjaja makanan.
… “Ada 3 penjaja hidangan untuk Moslem disini.” Ujar
kak Anna – tour guide kami sembari
menunjukkan 3 gerai yang menyajikan hidangan halal dengan citarasa melayu. Saya
dan mba Evi sepakat memilih Ikan sebagai menu makan malam kami. Sedang rekan
rekan lain memilih sate dan beragam panganan khas lainnya.
pedagang Melayu |
Sembari menantikan makanan terhidang, saya memanfaatkan waktu dengan mengabadikan jajaran hidangan dari para penjaja makanan di Siniawan Old Town. Mulai dari beberapa sajian seafood dikemas menjadi sate. Sajian bebek dan babi panggang. Ada pula beberapa kue kue khas Siniawan yang patut dicicipi. Termasuk buah – buahan dan aneka sayur mayur yang siap diolah menjadi sajian makan malam pengunjung.
Jajanan #AirAsiaFamTrip2017 #BloggerGoesToSarawak #AirAsia #VacayWithAirAsia #SarawakTravel #Kuching pic.twitter.com/S8IbW9ahOa— indra pradya (@duniaindra) September 23, 2017
PESONA LAIN
DARI KAWASAN SINIAWAN
Suasana kawasan Siniawan Old Town semakin romantis ketika
senja beranjak malam dan beberapa lampu berpendar diantara temaram cahaya. Pengunjung
pun semakin ramai. 48 bangunan toko di kawasan Siniawan Old Town yang baru saja
diresmikan pada 2010 silam semakin menjadi daya tarik kunjungan wisatawan.
Selain menikmati bentangan pasar malam, dikawasan
Siniawan, pengunjung juga dapat menikmati beragam aktivitas seperti tandang ke
Eco Park dan candi Swee Guk Kung dan kawasan Buddhist Release Place hingga jelajah
gunung Serumbu yang letaknya tak jauh dari kawasan Siniawan.
homestay dalam kawasan Siniawan Night market |
Dalam kawasan Siniawan Old Town juga terdapat Tian Xia Homestay – tempat bermalam yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk berlama-lama menikmati kawasan Siniawan Old Town. Pada beberapa kesempatan, pengunjung juga dapat menikmati perayaan tahunan yang kerap dilangsungkan di Siniawan Old Town, seperti ; Festival Mooncake, prosesi Cap Go Meh, festival Siniawan Swee Guk King Tample hingga perayaan tahun baru Imlek.
Sesaat gaya - pose dikit. |
The Team. |
Berjarak 21 kilometer dari pusat kota Sarawak – Kuching,
pasar malam Siniawan yang memiliki jam operasional dari pukul 6 sore hingga 11
malam pada Jumat dan pukul 4 sore hingga 11 malam di Sabtu dan Minggu ini, merupakan
pilihan tepat bagi kamu yang menyukai kawasan budaya bernilai sejarah sekaligus
menyantap jajaran sajian lezat nan khas. Selain itu, Siniawan Old Town pun cocok
disambangi bagi kami pencinta photography dengan konten bangunan tua dan budaya
lokal. Sangat instagramable !!. Semoga kawasan Siniawan terus terpelihara,
hingga kelak saya tandang kembali.
Membaca ini jadi ingat kembali Sore yang indah di Old Siniawan 🤣🤣🤣
BalasHapusyuklaaahh.... makan di remang malam sambil ngobrol ngalor ngidul dan lagu desah desah gak jelas!
HapusSelalu suka dengan nuansa kota tua seperti ini, mas. Rumah-rumah melayu dan peranakan yang berdinding kusam justru membuat suasana lebih otentik. Gang dan lorongnya sederhana tapi bersih, love them! :)
BalasHapusyesss...kesederhanaan dan keterbatasan dimasa lampau menjadi keindahan dan keunikan dimasa kini danmendatang..semoga lokasi tersebut senantiasa terpelihara selamanya...
BalasHapus