Rintik
hujan menghias kedatangan kami disebuah kawasan nan asri. Setelah 40 menit berkendara dari pusat Kota
Kinabalu. Mari Mari Cultural Village adalah kunjungan kami sore itu. Terletak
di kawasan Kionsom – Inanam, Kota Kinabalu. Melihat bagian depan Mari Mari
Cultural Village dari balik jendela mobil saja saya sudah antusias ingin tahu
lebih banyak.
Seperti
biasa, setiap kunjungan ke sebuah kawasan, saya tidak pernah berusaha cari tahu
tempat yang akan dikunjungi via paman
google. Hal ini saya lakukan agar
tidak berharap banyak dari apa yang akan dikunjungi. Karena terkadang media
promo berusaha mem-propaganda melebihi kondisi sebenarnya. Selain itu, saya
akan lebih antusias bila tandang ke suatu kawasan tanpa banyak tahu sebelumnya.
Jadi, tahu karena datang langsung itu menyenangkan, ketimbang sotoy marotoy, alias sok tahu!!... yaa khaann???...hhhmmm.
Gadis manis peracik tapai |
DESA BUDAYA BERNILAI SEJARAH
Beberapa
petugas dibagian beranda menyambut kedatangan kami. Dan menganjurkan kami ke toilet
sebelum kunjungan kebagian dalam dari kawasan Mari Mari Cultural Village
dimulai. Unik juga yaa, dianjurkan pipis sebelum acara dimulai, hehehe.
Sosok
wanita muda berparas ramah menyapa kami dan memperkenalkan diri bernama Carol sebagai
pemandu perjalanan rombongan kami. Ia menjelaskan rute perjalanan yang akan
kami lalui di bagian dalam dari Mari Mari Cultural Village melalui peta yang
terpampang di bagian depan dekat dengan bagian loket. Secara keseluruhan, ada 8 bagian dari Mari
Mari Cultural Village yang akan jadi spot persinggahan pengunjung termasuk
beranda bagian depan. Mengingat senja semakin gelap, kami disarankan untuk
berjalan beriringan agar tidak terlepas dari rombongan dan tersesat ke dalam
hutan.
Berdasarkan
penjelasan Carol – tour guide kami, dalam kawasan Mari Mari Cultural Village
terdapat 5 suku yang berbeda dalam tradisi lampau masyarakat Sabah – Malaysian
Borneo. Mereka adalah Kandazan, Lundayesh, Bajau,
Rungus dan Murut. Penggunaan kata 'Mari Mari' sebagai kawasan yang kami kunjungi berari ajakan 'Mari Mari' - ajakan untuk tandang ke Mari Mari Cultural Village. So, Mari Mari ... yukss capcusss....
Rumah suku Rungus yang bisa di isi oleh 10 keluarga |
bilik keluarga dalam rumah panjang suku Rungus - satu bilik ini di diami oleh 1 keluarga |
BILIK PENYIMPAN KEPALA MANUSIA
Setelah
melalui jembatan dan jalan setapak dalam rinai hujan, kami tiba di sebuah
pondok yang berfungsi sebagai lumbung penyimpan padi kaum Murut yang disebut
Tangkob. Sebagai tempat penyimpan padi,
Lumbung kaum Murut (Tangkob) terlihat sederhana, tetapi kisah menarik justru
didapat ketika pemandu mengisahkan sebuah bilik kecil yang terdapat tepat di samping
dari lumbung padi yang ternyata berfungsi sebagai tempat menyimpan kepala
pencuri!!.
Dahulu,
kaum Murut menaruh kekuatan supranatural
mereka untuk melindungi lumbung dari pencuri. Jadi bila ada pencuri yang masuk
kedalam lumbung, maka dipastikan sang pencuri tidak akan dapat meninggalkan
lumbung karena terjerat kekuatan supranatural yang di taruh kaum Murut
disekitar lumbung. Dan sebagai hukuman untuk si pencuri, kaum Murut akan
memenggal kepala pencuri dan kemudian menaruh kepala pencuri tersebut ke sebuah
bilik yang dibuat disamping lumbung. Hal tersebut dilakukan agar aksi pencuri
tak ditiru orang lain.
Mendengar
penuturan kisah soal lumbung kaum Murut dan sangsi bagi pencuri lumbung buat
saya bergidik. Seram juga membayangkan tradisi masa lampau. Saking takjub nya
saya (bercampur takut) menyimak kisah kaum Murut, sampai lupa mengabadikan lumbung
dan bilik penyimpanan kepala. Harusnya, para koruptor yang jelas jelas mencuri
uang rakyat itu diperlakukan seperti adat kaum Murut itu! Hah!.
Memasak Linapak - makanan khas |
Gadis pengolah madu |
pria pematik api |
GADIS MANIS PERACIK TAPAI
Usai
menyimak kisah bernuansa supranatural di lumbung padi, kami masuk ke dalam
bilik rumah dari suku Marut. Dibagian dalam terdapat proses pembuatan Tapai
dengan menggunakan ragi (disebut Sasat) dan
beras putih yang telah dibersihkan.
Tapai yang telah diolah, kemudian diendapkan dalam sebuah gentong besar
yang tertata rapih di salah satu sudut rumah.
Air pengolahan tapai pun di manfaatkan sebagai minuman bagi suku Marut
karena mengandung alkohol 20 persen. Sesekali saya curi pandang ke wajah gadis
belia yang cantik dengan senyum yang memesona.
Hhhmmm… adem rasanya setelah denger kisah bernuansa supranatural lalu
lihat kecantikan gadis yang natural … cha,cha,cha!!!.
Tak sebatas menengok pembuatan tapai saja, kami juga jadi tahu bagian bagian
dalam rumah suku Marut yang terbuat dari kayu dan bambu tersebut.
manik manik - salah satu kerajinan tangan |
alat musik tradisional |
MAKANAN DAN MINUMAN KHAS DI MARI MARI
CULTURAL VILLAGE
Kunjungan
selanjutnya adalah beberapa titik menarik untuk disimak. Dimulai dari spot
pembuatan makanan khas yang terbuat dari bamboo yang disebut Linapak. Makanan
khas suku Kadazan ini merupakan campuran
ayam, kentang atau beras dan rempah rempah penyedap rasa yang kesemuanya dimasukkan dalam bilah bamboo untuk kemudian
dibakar. Rasanya?, enak!!. Berasa makan Lemper atau arem arem gitu laah..tapi
lebih gurih.
Tempat
pemberhentian selanjutnya adalah pengolahan Montoku – sejenis minuman khas
mengandung alcohol 40 persen. Jadilah kami mencoba dan membandingkannya dengan alcohol
20 persen yang sebelumnya kami coba.
Setelah
makanan dan minuman, kami mencecap madu pproduski tradisional suku Rungus yang
memiliki rumah yang besar dan panjang yang disebut Rungus Longhouse yang dimana
didalamnya terdapat beberapa bilik. Dalam satu bilik biasanya dihuni oleh satu
keluarga. Dan umumnya satu rumah panjang suku Rungus dapat memuat 10 keluarga.
BAJU KULIT KAYU DAN HIASAN TENGKORAK
KEPALA MANUSIA
Lawatan
saya dan rekan rekan terus berlanjut ke beberapa tempat yang menarik lainnya,
salah satunya adalah pembuatan busana dari kayu khas suku Murut. Dan sempat pula
menyimak rumah suku Murut yang dilengkapi dengan alat alat musik tradisional,
alat menangkap ikan hingga perlengkapan dapur lengkap dengan tengkorak kepala
manusia sebagai bagian dari dekorasi rumah. Bagian ini buat saya kembali
terdiam seram!.hahaha.
pembuat baju dari kulit kayu |
Kue Jala - camilan khas suku Bajau |
RUMAH BERHIAS HINGGA BUDAYA YANG
MEMUKAU
Langkah
kami kembali beranjak mendatangi sebuah ruamh panggung yang nampak cerah dengan
hiasan kain berwarna warni. Yang menarik,
saya melihat jenis corak kain yang nyaris sama dengan Celugam – jenis kerajinan
tangan khas masyarakat di Lampung Barat, tetapi berbeda sedikit pada penggunaan
warna hijau. Tetapi bentuk dan penggunaannya sama. Hal tersebut, menurut Carol –
tour guide kami, adalah corak khas ernikahan suku Bajau. Suku Bajau pun terdiri dari dua jenis. Bajau
Laut dan Bajau Darat. Suku Bajau dipengaruhi dari kawasan Philippine. Sebelum menyaksikan detail dari hiasan diatas
rumah panggung, kami sempat menikmati kue jala dan pandan juice yang mengandung
rasa jahe – cocok untuk menghangatkan tubuh.
rumah suku Bajau |
hiasan suasana pernikahan |
singgasana pernikahan |
Tandang
ke Mari Mari Cultural Village itu bagai melihat kehidupan masa lamau yang
mengandung nilai nilai sacral. Lihat saja bangaimana mereka hidup dalam
kesederhanaan dan kesahajaan. Hingga
kami sempat mengikuti cara permainan Lansaran - suku Murut – serupa Trampolin dari Bambu tetapi
bentuknya tradisional lengkap dengan ritual menaruh hadiah hadiah dibagian atas
yang nantinya para pria pria yang mengikuti permainan akan melompat meraih
hadiah yang digantung di bagian atas tersebut.
bilik permainan |
Lansaran atau Trampolin Babu |
Sungguh
menarik dan menyenangakan tandang ke Mari Mari Cultural Village. Terlebih bila
melakukan kunjungan pada petang hari, maka akan mendapat sajian tarian bamboo dan
atraksi tari api yang memukau!. Tak rugi datang kesini.
sajian bamboo dance and fire dance |
Catatan pendukung untuk Pengunjung ;
·
Kenakan
pakaian yang nyaman dengan menggunakan alas kaki yang nyaman dan aman untuk
melakukan perjalana menyusuri bagian dalam dari Mari Mari Cultural Village
·
Bawa
serta payung, dry bag, cap/hat – untuk
melindungi diri bila cuaca hujan.
·
Jangan
lupa bawa kamera untuk mengabadikan moment dalam Mari Mari Cultural Village.
·
Autan –
sprei nyamuk
Pilihan jam kunjungan
1.
Tour Pagi
; pukul 10.00
2.
Tour Siang
; pukul 14.00
3.
Tour
Petang ; pukul 18.00
Lakukan booking atau telpon tour
operator perjalanan terlebih dahulu atau dapat hubungi Sabah Tourism Board
untuk memudahkan kunjungan ke Mari Mari Cultural Village.
Tiket Kunjungan ke Mari Mari
Cultural Village
Sesi pagi dan siang (10.00 dan
14.00)
Termasuk Transportasi
a) Dewasa
: RM180.00 nett per orang (Non-Malaysian)
b) Anak-anak : RM160.00 nett per orang (Non-Malaysian)
c) Dewasa : RM150.00 nett per orang (Malaysian)
d) Anak-anak : RM120.00 nett per orang (Malaysian)
b) Anak-anak : RM160.00 nett per orang (Non-Malaysian)
c) Dewasa : RM150.00 nett per orang (Malaysian)
d) Anak-anak : RM120.00 nett per orang (Malaysian)
Sesi Petang (18.00)
Termasuk Transportasi
a) Dewasa
: RM200.00 nett per orang (Non-Malaysian)
b) Anak-anak : RM180.00 nett per orang (Non-Malaysian)
c) Dewasa : RM170.00 nett per orang (Malaysian)
d) Anak-anak : RM140.00 nett per orang (Malaysian)
b) Anak-anak : RM180.00 nett per orang (Non-Malaysian)
c) Dewasa : RM170.00 nett per orang (Malaysian)
d) Anak-anak : RM140.00 nett per orang (Malaysian)
Sesi pagi dan siang (10.00 dan
14.00)
Tanpa Transportasi : (Non-Malaysian & Malaysian)
a) Dewasa : RM98.00 nett per orang
b) Anak-anak : RM83.00 nett per orang
a) Dewasa : RM98.00 nett per orang
b) Anak-anak : RM83.00 nett per orang
Sesi Petang (18.000)
Tanpa transportasi
: (Non-Malaysian & Malaysian)
a) Dewasa : RM110.00 nett per orang
b) Anak-anak : RM93.00 nett per orang
a) Dewasa : RM110.00 nett per orang
b) Anak-anak : RM93.00 nett per orang
Mirip suku dayak ya, suka memenggal kepala orang, tapi motifnya beda sih hehe.
BalasHapusPenasaran sama bir adatnya. Gadisnya cantik-cantik, pemudanya kekar-kekar ya.
Salam kenal anyway, mas :)
pas baca ini, aku jadi ingat bentuk rumahnya kayak guesthouse yang aku tempati pas di raja ampat, dengan kelambu dan emang sederhana banget.
BalasHapusbang indra sempat icip alkoholnya gak?
cicip dikit heheheheh
Hapussalam kenal juga mas ...
HapusWah menarik juga ya budaya yg diperlihatkannya. Baru tau saya ada suku juga di sana :D namanya pun unik-unik ya gak mirip sama sekali. Cekatan banget Sabah bikin pertunjukan wisata kayak gitu. Thumbs up!
BalasHapusyes...kita kagum cara pengemasan mereka. dan itu kita harus belajar banyak soal pengemasan.
HapusKok serem bener ya adegan Kepala dipajang. Tapi itu shock therapy biar ga ditiru orang lain. Saya juga again syok disana Ada beberapa makanan minuman beralkohol. Apakah mereka suka mabuk2an juga?
BalasHapusalkohol ciptaan mereka buat daya tahan tubuh dengan suhu dingin di hutan. alkoholnya ringan kok . kalo koruptor di penggal kepalanya mungkin tidak akan ada yang korupsi yaaa?..
HapusWhat a material of un-ambiguity and preserveness
BalasHapusof precious familiarity regarding unexpected emotions.
Penasaran sama trampolin bambunya. Itu beneran lentur kaya trampolin beneran kak? Secara bambu lebih pejal bahannya. Boleh dicobain gak? hahahaha ....
BalasHapusyes. mirip trampolin dengan rotan yang juga lentur meski tidak begitu sama dengan lenturnya trampolin ...tapi seru .
Hapus