Setiap
kawasan wisata memiliki daya tarik tersendiri. Meski kawasan yang menarik belum
tentu masuk dalam golongan tempat wisata. Begitupun kawasan Elephant Respon
Unit (ERU) di Taman Nasional Way Kambas – kabupaten Lampung Timur. Elephant Respon Unit (ERU) bukanlah tempat
wisata layaknya Pusat Latihan Gajah dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas.
Tapi bukan berarti tidak dapat kamu kunjungi lho?!. Gimana sih?, katanya bukan tempat wisata, kok dapat di kunjungi!!!.. Eiitsss!!, jangan bertaring dulu yaaa… mari dengarkan apa yang akan
biduan sampaikan soal ERU yaaa…
chekidhooott!!!
bagian depan Camp ERU Margahayu |
APA SIH ERU ITU ?
Sebagai
kawasan Taman Nasional, Way Kambas memiliki luas lahan lebih dari 125 ribu
hektar dengan jumlah habitat gajah berjumlah nyaris 300 ekor. Tapi, tidak semua
gajah gajah yang tersebar dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK)
tergolong gajah jinak. Karena ada pula (bahkan sebagain besar) dari gajah gajah
tersebut tergolong gajah liar!.
Nah,
Elephant Respon Unit (ERU) didirikan untuk menangani gajah gajah liar tersebut
agar tidak terjadi konflik dengan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan
TNWK.
Jadi
ERU itu adalah sebuah camp yang dibentuk tak hanya sebagai kawasan konservasi tetapi
juga sebagai kawasan penanganan konflik yang didalamnya terdiri dari tim yang
bertugas menangani konflik yang terjadi antara gajah-gajah liar dengan
manusia. Hah!! Apaa!!!, Manusia dan gajah berkonflik?!!!.. (ekspresi wajah ala Sinetron lebay!), heheh, ya ia
lah, Manusia dengan anjing kecil aja bisa ribut, apalagi dengan gajah yang
badannya segede gaban!!, hahahahaha. Jadi sudah jelas ya, kalau ERU itu bukan
tempat wisata!. Soalnya ada yang datang ke ERU kemudian posting photo di sosmed
dengan caption ; ‘ ERU – Tempat Wisata Seru!’. Hhmm… Ngana Sehat?!!.
gajah di areal camp ERU |
tampilan depan menyambut kehadiran pengunjung |
KAWASAN EDUKASI DAN PEMAHAMAN KONFLIK GAJAH
Kembali
saya sampaikan, meski ERU bukan tempat wisata layaknya Pusat Latihan Gajah
(PLG) dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas, tapi bukan berarti ERU tak bisa
di kunjungi. Boleh saja. Hanya, kunjungannya bukan bersifat wisata melainkan
bersifat edukasi. Kan gak salah juga kalau datang buat tanya langsung pada tim petugas di ERU soal penanganan konflik?, yak khaan?. Lanjut broh!!.
Mulanya,
camp ERU dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) berdiri pada tahun 2011
di kawasan Bungur, yang kemudian bernama Camp ERU Bungur dengan wilayah kerja
atau pemantauannya di kawasan Bungur.
Camp ERU berdiri ketika konflik antara gajah liar dengan masyarakat yang
tinggal di sekitar kawasan TNWK terjadi. Kala itu, gajah gajah liar yang
jumlahnya ratusan itu kerap menghapiri pemukiman warga dan tak sedikit
melakukan pengerusakan baik kediaman maupun perkebunan warga. Nah, saat itulah tim
yang dibentuk dan tinggal di camp ERU berfungsi menengahi konflik.
diskusi dengan pak Sangiful |
Yang
menarik dalam camp ERU, selain ada petugas dan tim yang bertugas menjaga camp dan juga
penengah konflik, ada pula gajah gajah jinak yang mendampingi petugas menjalankan
tugasnya. Lho, buat apa sih gajah
gajah jinak itu??!!!... hhhmmm. Jadi gini, kan gak semua manusia paham bahasa
gajah kan?, trus kalo gajah liar
ngamuk, maka gajah jinak lah yang akan berperan menetralisir keadaan dengan
melakukan pendekatan dan komunikasi dengan si gajah liar yang merusak
lingkungan warga tadi. Yaa, kalee manusia ngerti bahasa gajah?!!, hahaha!.
Jelas ya, bahwa dalam camp ERU ada
pula gajah jinak yang telah terlatih sebagai bagian dari penanganan konflik
antara gajah liar dan masyarakat. Keche khan?!!.
CAMP ERU MARGAHAYU NAN ASRI
Oleh
karena konflik antara gajah liar dan manusia itu tak hanya terjadi di kawasan
Bungur saja, maka seiring waktu dibuatlah camp ERU di kawasan Tegal Yoso pada tahun 2013 dan camp
ERU di Margahayu pada tahun 2014.
Nah,
kemarin, saat event Festival Way Kambas
2017, saya dan rekan rekan blogger yang tergabung dalam Famtrip Jejak Petualang
mendapat kesempatan bertandang ke camp ERU di Margahayu. Sesuai letaknya, kunjungan ke camp ERU
dilakukan melalui desa Margahayu. Saya dan rekan-rekan blogger berjalan kaki
sejauh 3 kilometer sejak pagi melalui perkebunan dan sawah warga setempat yang
bersinggungan dengan kawasan Taman Nasional Way Kambas.
Kondisi
tanah basah membuat alas kaki kami bertumpuk tanah liat. Meski begitu,
sepanjang berjalan kaki, mata saya mengagumi luasnya kawasan TNWK termasuk
suasana hijau yang bersebelahan dengan areal perkebunan masyarakat sekitar. Tiga kilo emang jauh. Tapi tak begitu berarti
ketika tiba pada bagian dalam kawasan Camp ERU Margahayu.
Elephant Respon Unit (ERU) Margahayu |
salah satu sudut dalam kawasan Camp ERU Margahayu |
Pak Sangiful
Mustofa selaku Mahout dalam Camp ERU Margahayu menyambut kedatangan kami. Usai
menyeka keringat dan menenangkan diri sehabis tracking, kami berbincang dengan
pak Sangiful sembari disuguhi kopi hangat nan nikmat. Hhhmm…sempanjang obrolan,
mata saya mengagumi kawasan sekitar camp nan asri. Terlebih sejuknya udara di
dalam kawasan camp ERU Margahayu. Buat betah selonjoran!. Yang kemudian buat
betah, ketika Toyes berkreasi dengan mie instant di dapur camp ERU. Aahh… pengurus camp baik banget, ngasih
kesempatan masak ke tukang makan, ya, gak mungkin nolak kan yaa..?!!! Toyes dan Adul langsung
mengolah bahan makanan di dapur.
menyantap mie goreng hasil olahan Toyes dan Adul dari dapur Camp ERU Margahayu. Kelakuaann!!!! |
selalu ada celah buat photo narsis plus kaos endorse-an.!! |
SENSASI MEMANDIKAN MELLY
Dalam
penjelasan pak Sangiful yang sesekali di selingi guyonan khas itu juga
dijelaskan bahwa dalam camp ERU terdapat 6 gajah jinak yang selalu menjambatani
dalam komunikasi dengan gajah liar ketika konflik berlangsung. Bahkan gajah gajah jinak tersebut menjadi
pihak yang membujuk gajah liar ketika mengalami luka di dalam hutan atau gajah
kecil yang tersesat. Aaahh… gajah aja
baik hati, masak kamu busuk hati?!!, hahahah.
Dalam
Camp ERU Margahayu, ada 6 gajah jinak bernama Toni ( usia 50 tahun), Daeng
(35), Daeng (30), Meli (25), Heli (20) dan Amel (5). Nah, siang itu, pak
Sangiful mempersilakan kami memandikan Melly – gajah betina berusia 25 tahun
nan aduhai itu. Kami pun jadi antusias.
Satu persatu menjajal kemampuan memandikan gajah. Hahaha. Tahukan mandikan
gajah tak semudah memandikan anak manusia?!, hahahahha. Mulanya, ada rasa takut
takut gitu, tapi setelah tahu triknya, momen memandikan Melly pun jadi akrab. Bahkan
bisa photo bareng dengan gaya photo yang dapat diatur oleh tim camp ERU. Saya pribadi turut memanfaatkan momen
memandikan Melly sembari photo photo gitu,
hehehe. Kapan lagi lho, mandiin gajah?!, yaa khaann!!.
petugas mencontohkan cara memandikan Melly |
kapan lagi memandikan Gajah |
akhirnya, bisa memandikan gajah, heheheh |
mengamati penjelasanc ara memandikan gajah |
Hari
semakin beranjak siang. Tak terasa kebersamaan kami di camp ERU Margahayu harus
segera diakhiri. Karena kawasan Camp ERU bukan tempat wisata jadi tidak pula
bisa seharian bersantai disana. Kami pun bergegas pamit setelah beberapa teman
mencoba naik gajah dan mengitari sebagain kecil kawasan camp ERU.
photo bersama kami sebelum meninggalkan lokasi camp ERU margahayu |
Sebagai
kawasan yang spesifik menangani konflik antara gajah dan manusia dalam Taman
nasional Way Kambas, camp ERU memiliki fungsi yang penting bagi desa-desa penyangga yang berada di sekitar Taman
nasional Way Kambas. Berbagai upaya telah dan akan terus dilakukan dalam
mengatasi konflik bertujuan meminimalisir konflik yang terjadi antara gajah
liar dengan masyarakat sekitar. Selain dukungan
penuh dari pemerintah pusat maupun pemerintah kabupaten Lampung Timur, program
camp ERU juga didukung oleh lembaga konservasi (NGO) , Komunitas untuk Hutan
Sumatera (KHS).
wahh seru banget. Mandiin gajah seru, tapi nek yang gedhe suka takuutt
BalasHapusyesss bisa bisa bisaaaa....thanks barbieeee...
HapusKece bana bana.... famtrip berikutnya memandikan harimau dan menungganhinya.... alhamdulillah yaa...
BalasHapussiiiiaaapppppp......Mandi bareng Harimau ...Alhamdulilaaaahhhhh...yyyaaahhhhh...
HapusStrategy cerdas menangkal gajah liar memakai pendekatan Komunikasi Gajah jinak. Bahasa Gajah susah soalnya kan. Pose Mandi ama Gajah seru juga , tapi bulunya bukannya keras ya? Mandiinya pake sabun merk apa ? ( Pertanyaan terakhir tak berfaedah)
BalasHapus