“…Saya
akan mempromosikan pariwisata Bandar Lampung dan juga provinsi Lampung ke tingkat nasional hingga internasional”
....
Pernyataan
diatas, merupakan ungkapan motivasi
personal yang paling sering saya jumpai saat bertugas menilai setiap sosok
remaja yang hadir dalam ruang audisi Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung. Tak ada
yang salah dengan pernyataan tersebut. Hanya saja, sepenggal kalimat diatas
adalah salah satu bentuk pengakuan yang bersifat membuai dan terlalu jauh untuk
ukuran personal yang belum memiliki pengalaman banyak. Uniknya, ketika ditanya lebih lanjut soal pernyataan akan mempromosikan potensi pariwisata, justru tak bisa menjelaskan upaya kongkretnya.
Rata-rata,
yang masuk dalam ruang audisi Muli Mekhanai Kota Bandar Lampung itu adalah anak
anak SMA dan Mahasiswa tingkat awal. Itulah mengapa saya katakan mereka belum
memiliki banyak pengalaman. Kemudian ada pula pernyataan motivasi ingin mencari
pengalaman. Tetapi ketika ditanya lebih jauh soal pengalaman yang seperti apa?,
justru tak begitu kongkrit dalam menguraikannya.
Tetapi,
yang kerap buat mata saya terbelalak
ketika beberapa sosok masuk ruang audisi dan mengungkapkan motivasinya
mengikuti ajang pemilihan Muli Mekhanai untuk membenahi infrastruktur!. Hah!!. Hallooo!!..., Ngana kira Ngana punya uang
banyak untuk benahi jalan rusak??!!!. Atau Ngana kira, ketika jadi Duta Wisata
maka segala pembenahan infrastruktur
jadi pekerjaan Ngana??!!!.
Baiknya,
mulailah mengemukakan motivasi dengan didasari pada kebutuhan pengembangan diri
pribadi. Misal, Ikut ajang pemilihan
Muli Mekhanai untuk menggali kemampuan diri dan mendapatkan pengalaman selain
bidang akademik yang selama ini telah didapat pada bangku sekolah/kuliah.
DUTA WISATA = DUTA PARIWISATA
Sejatinya,
gelaran pemilihan Muli Mekhanai baik itu
di Bandar Lampung maupun Kabupaten bahkan tataran tingkat provinsi Lampung, tentu
bertujuan untuk mencari sosok Duta Wisata yang kelak akan bertugas membantu
pemerintah daerah mempromosikan sektor pariwisata, seni dan budaya sesuai
dengan kapasitas si Duta Wisata tersebut.
Sebagai
sosok muda, tentu saja duta wisata tidak bisa berbuat sendiri tanpa adanya
sinergi dengan pemerintah setempat dimana mereka berasal. Meski tidak semua Satuan
Kerja Perangkat Daerah – pelaksana dari pemilihan duta wisata akan melakukan
pembinaan terhadap Sumber Daya Manusia usai pemilihan Duta Wisata. Karena masih
banyak yang hanya sekedar dilaksanakan. Mengugurkan kewajiban, menuntaskan
anggaran.
DUTA WISATA BUKAN MODELLING
Meski
sejatinya Muli Mekhanai itu adalah duta wisata daerah Lampung, tetap saja,
sebagian pihak beranggapan bahwa pemilihan Muli Mekhanai sama dengan pemilihan
sosok model. Hingga penilaiannya lebih dititikberatkan pada keindahan fisik
semata, keberanian berpenampilan hingga kepiawaian lenggak-lenggok di catwalk. Soal isi kepala dan keindahan personal urusan
kesekian!. Jadilah ajang pemilihan hanya sekedar ajang ‘menter-menter-an’!!.
Yang memiliki penampilan ‘WAH’ dialah yang kelak akan jadi juara. Soal kepandaian,
wawasan hingga perangai personal urusan
terakhir!!. Maka tak heran bila selesai
ajang pemilihan si pemenang tak bisa memberikan karya apa-apa selain jadi ‘boneka
pajangan’ atau ‘pemanis acara’ karena memang mereka dipilih hanya sekedar
keindahan fisik saja. Dan hingga kini, hal tersebut masih terjadi. Miris!. Keindahan fisik tentu penting untuk jadi Muli
Mekhanai tapi tentu bukan point utama. Karena apalah guna keindahan fisik, bila
lemah di isi kepala dan bengal perangai.
DUTA WISATA BUKAN PESURUH
Selain
itu, Duta Wisata juga hendaknya diarahkan untuk memiliki kemandirian dan mencipta
karya melalui beragam aktivitas ringan yang dapat mereka kreasikan untuk kemudian
menjadi ajang pembelajaran mereka dalam berinteraksi secara langsung. Karena
buat apa ada pemilihan bila hanya sampai pada malam pemilihan saja.
Setelahnya?, tak ada kegiatan apa apa hingga nanti bertemu pada ajang pemilihan
tahun mendatang. Dan kemudian, didepan para peserta tahun berikutnya berlagak
seolah kakak tingkat yang paling oke!. Padahal tak ada karya apa-apa selama
masa jabatannya. Yang lebih miris, para
Muli Mekhanai yang telah dipilih melalui serangkaian proses penilaian yang tak mudah
tersebut, kemudian hanya berperan sebagai pembuka tutup botol minuman pejabat
atau menjadi penjaga meja prasmanan ketika acara pemerintahan berlangsung!.
Padahal bisa saja berperan sebagai pemandu acara atau pengisi acara, misalnya. Bila jadi Muli Mekhanai hanya bertugas sebagai
pesuruh, apa nilai dari ajang pemilihan?!. Karena tanpa perlu ikut pemilihan Muli
Mekhanai, semua orang bisa kok jadi pembuka tutup botol minum pejabat dan penjaga
meja prasmanan.
DUTA WISATA = AJANG MENAMBAH
PENGHASILAN
Disisi
lain, ajang pemilihan Muli Mekhanai juga kerap jadi mata pencarian. Tak jarang
setiap personal ikut ajang pemilihan Muli Mekhanai karena tertarik dengan
hadiah berupa sejumlah uang tunai. Tak
salah sih, karena tentu hadiah dari suatu ajang pemilihan jadi motivasi
tersendiri. Yang aneh, bila kemudian ikut ajang pemilihan di tiap kabupaten se-provinsi
Lampung agar dapat merebut hadiah uang tunai, piala dan gelar plus koleksi
selempang pemenang!. Hah! Biasanya yang
begini, tak akan punya karya usai ajang pemilihan!. Yakin banged. Karena
motivasinya ikut pemilihan Muli Mekhanai hanya berkenaan dengan hadiah uang
tunai bukan menjadikan proses belajar menjadi pribadi yang lebih baik.
TUGAS DUTA WISATA
Duta
Wisata itu sosok komplit. Ia dipilih tak hanya sekedar keindahan fisik. Sebagai
sosok muda, tentu Muli Mekhanai harus mengutamakan sikap personal yang menyenangkan.
Tampilan fisik yang elok dan wawasan yang memadai. Segala komponen tersebut didapat
dari serangkaian penilaian yang tak cukup hanya satu hari. Bukan ajang pemilihan pagi hari dan
malam harinya langsung final. Itulah mengapa butuh setidaknya satu atau dua
minggu penilaian yang terbagi dalam beragam tahap penilaian.
Bila
tujuan jadi duta wisata (Muli Mekhanai) hanya sekedar mempromosikan sektor pariwisata
daerah semata, tak perlu ikut terlibat dalam ajang pemilihan Muli Mekhanai.
Karena semua personal dalam satu daerah adalah duta wisata daerah. Seperti
slogan dari Asosiasi Duta Wisata Indonesia (ADWINDO) – Everyone is Tourism
Ambassador (Semua orang adalah Duta Pariwisata). Setiap orang adalah duta
wisata untuk kawasan dimana ia tinggal. Karena setiap orang, saat ini punya
kesempatan yang sama dalam mempromosikan potensi pariwisata daerah. Terlebih melalui
media internet. Muli Mekhanai butuh
kesadaran untuk berbuat bersama rekan-rekan satu angkatan atau bahkan
organisasi Duta Wisatanya untuk berbuat sesuatu mulai dari gelaran sosialisasi
hingga aksi nyata yang berhubungan dengan seni budaya dan potensi pariwisata
daerah, baik melalui media cetak, elektronik maupun media sosial. Meski masih
ada sebagian besar Muli Mekhanai yang menggunakan media sosial nya hanya untuk
posting photo-photo cantik/tampan, photo selfie
dan photo sexy semata. Tak ada satupun postingan berupa seni budaya, pariwisata daerah. Padahal
saat ajang pemilihan berkali-kali buat pernyataan ;… ‘Saya akan mempromosikan
bidang pariwisata Lampung’.
Hai, salam kenal. Akhirnya ada juga yang nulis tema ini. Saya suka sebel sama segala sesuatu yang bersifat seremonial tapi miskin makna dan karya termasuk pemilihan duta ini itu. Selain nggak ada guna, berbiaya mahal, menguras waktu juga kadang terkesan bodoh. Nggak pernah saya saksikan seorang semifinalis pemilihan duta ini-itu mempresentasikan secara cerdas sebuah program atau apa lah, kecuali bicara diatas panggung. Kita tertipu rupa dan warna, tapi meninggalkan esensi.
BalasHapusTerima kasih sudah menulis tema ini...
begitulah kekinian, segalanya dilihat dari kulit luar saja...tidak terlalu esensi dari apa yang mereka ikuti. sebagai orang yang mengawal acara pemilihan sejak tahun 2002 saya melihat makin kesini makin minim nya niat personal untuk benar benar menjadi bagian dari kemajuan daerah melalui peran mereka sebagai duta wisata.
Hapuskayak bang indra, tanpa perlu label duta pun udah jadi duta chebox yang mengaungkan lampung :)
BalasHapushallaaahh...apalah saya ini....hanya sosok nyinyir yang gak bisa apa apa selain chebooxx!!
HapusTajam sekali tulisannya.
BalasHapusKayaknya tujuan mengikuti kompetisi ini hanya untuk menunjukkan kalau saya bisa lho memenangkan kompetisi ini. Jadi tujuannya hanya sebatas sampai ikut kompetisi, tapi minim aksi setelah kompetisi.
Ada juga ya om yg cari duitnya aja dari kompetisi ini sampai ikut di beberapa kesempatan? Niat sekali ya 😂
Wahh bagus sekali tulisan ini. Mohon izin yah Pak Indra, tulisan bapak saya jadikan dasar untuk mengikuti pemilihan Putra/Putri Pariwisata di Kabupaten saya.
BalasHapus