Saat
mas Anton menyampaikan bahwa rombongan kami akan bermalam di Sembalun, saya
pribadi senang sekali. Membayangkan suasana syahdu di Sembalun. Perbukitan, lingkungan
alami pedesaan, udara segar hingga gugusan gunung Rinjani yang tentu memesona. Beberapa
kali tandang ke Lombok, tak pernah sekalipun sempat mengunjungi Sembalun (kasian Indra!). Jadi wajar bila saya menyambut
bahagia ide nya mas Anton tersebut. Tak soal bermalam dimana, yang penting saya
kesampaian mendatangi Sembalun, hahahaha.
Wujud Gunung Rinjani dari depan homestay mas Sandy |
Saya pribadi
tak pernah berharap apapun soal sarana bermalam. Jikapun kami harus tidur
disebuah tenda darurat pun tak masalah. Sebagai tukang jalan, saya terlatih tidur
dimana saja. bahkan tidak tidur sepanjang malam pun tak apa, hahaha. Meski kemudian, Daeng Mamat,
salah satu anggota rombongan mengarakan kami pada sebuah hunian yang letaknya persis
di kaki gunung Rinjani. Berulang kali saya mengagumi lingkungan nan alami saat
tiba di kawasan tersebut. Perkebunan
sayur mayur membentang luas. Buah cabai dan tomat terlihat ranum. Pepohonan rindang menghias
kawasan hunian. “ini homestay tempat kita nginap
malam ini” ucap mas Anton pada kami. Saya terdiam sejenak. Menikmati suasana
yang tersaji dihadapan. Bagai mendapat bonus setelah beraktivitas sepanjang
siang. Relawan bermalam disebuah homestay?!!.
Hobbah dah!!. Yang buat girang, dari halaman homestay terlihat wujud gunung
Rinjani!! Tjakep beuuudd!!!!.
Triana menikmati hamparan kebun cabai di depan pekarangan homestay |
mau nyambel?, cabai langsung petik |
suka ngemil tomat?, silakan petik langsung. |
KONSEP HOMESTAY EKOWISATA
Karena
kerap melakukan pendakian ke puncak gunung Rinjani, daeng Mamat selalu singgah
di homestay tanpa nama tersebut. Ya, benar-benar tanpa nama. Tak ada plang nama
layaknya homestay komersil. Yang unik, menurut pengakuan daeng Mamat, sang Empunya hunian tidak pernah mematok
harga bagi siapapun yang singgah bermalam di homestay tersebut. Abdul Halik atau akrab di sapa mas Sandy adalah pemilik dari homestay bernuansa tersebut.
Sandy adalah nama dari putera pertamanya. “masyarakat Lombok sering menggunakan
nama anak pertama sebagai panggilan pada Ayahnya” jelas mas Sandy. Tak hanya mas Sandy, kedatangan kami sore itu
juga disambut hangat oleh sosok wanita berkebangsaan Jerman yang selalu menebar
senyum. Gabriele Haller namanya. Ia adalah istri dari mas Sandy. Mereka
memiliki 3 anak yang kini memiliki karier masing-masing, tetapi tetap tinggal
di Mataram dan Gili Trawangan. “Saya sengaja mengembangkan konsep bermalam
alami seperti ini” terang mas Sandy ketika saya tanyakan alasannya soal konsep
homestay. Sejak tahun 2007, mas Sandy terus berbenah. Satu persatu bangunan ia
dirikan bersanding dengan pekarangan yang tematik. Mulai dari sayuran, buah-buahan
hingga tanaman obat-obatan. “saya mengembangkan konsep ekowisata” jelas mas
Sandy. Itulah sebabnya, bila bermalam disini, pengunjung wajib mengambil air
sendiri pada kolam air bersih untuk sarana mandi. “termasuk bila ada yang mau
buat sambal. Silakan petik sendiri cabai dan tomatnya” terang mas Sandy pada
saya. Konsep homestay yang mengagumkan dari pensiunan pemandu pendakian ke
gunung Rinjani. “dulu saya guide buat siapapun yang mau naik ke Rinjani”. Jelas
mas Sandy. “Lama kelamaan, tenaga saya tidak lagi prima. Makanya saya buat
homestay ini, setidaknya saya masih bisa bertemu para pendaki yang beristirahat
sebelum melanjutkan pendakian” pungkas mas Sandy.
Bentuk
bangunan homestay terbagi menjadi 4 bagian. Tiga bangunan terbuat dari bilah
kayu dan bambu dengan atap jerami dan ijuk sederhana. Lalu satu bangunan batako
yang merupakan tempat tinggal sang pemilik.
Terdapat kasur pada bangunan bambu dibagian depan dengan dua kamar pada
bangunan disebelahnya. Akses kedua bangunan bambu dibagian depan itu terhubung
dan berdekatan. Satu bangunan terpisah
jarak dan berfungsi sebagai dapur terbuka dibagian bawah dengan terdapat lantai
atas yang berfungsi sebagai kamar tidur yang dapat melihat hamparan perkebunan.
Untuk bangunan yang satu ini, sang pemilik terinspirasi dari sebuah atap kapal
pesiar yang banyak berlayar di kawasan Labuan Bajo. “ada kasur dibagian atas untuk
rebahan, serta dapur dan tempat bersantai dibagian bawah” ucap Mrs. Haller pada
kami. Mrs. Haller pun menuturkan
kegemarannya menyantap masakan khas nusantara. “tinggal disini membuat saya
selalu lapar, dan makan terus, makan terus…” seloroh Mrs. Haller dengan logat bule’
nya yang kental.
bangunan yang terinspirasi dari bagian atas kapal pesiar di Labuan Bajo |
bangunan bersantai di bagian belakang |
tempat tidur yang nyaman, plus cuaca dingin di pagi hari |
Kolam Air Bersih, pengunjung wajib ambil air sendiri untuk mandi. Seperti Daeng Mamat @KlinikDrone |
API UNGGUN DAN KONSER MEWAH SUKA SUKA
Usai
mengatur barang pada kamar masing-masing, kami diajak Mrs. Haller menikmati
makan malam dengan hidangan hasil karyanya. Meski sederhana, cita rasa masakannya
begitu istimewa. Makan malam sembari bincang
santai dengan suhu dingin khas kaki pegunungan menambah hangat suasana. “jangan terlalu kenyang, nanti ada ubi rebus”
celetuk daeng Mamat. “kita bakal buat api unggun juga, mala mini” timpal mas
Anton. Uurrgghh berasa mewah gak ini para relawan hidupnya!!.
Usai
makan malam, kami bersantai diberanda pada bangunan depan yang berdekatan
dengan kamar hunian mba Tati dan mba Anaz. Obrolan pun mengalir. Mas Sandy
datang membawa bilah kayu bakar dan menyusunnya bersama Firman dan daeng Mamat
menjadi api unggun sederhana. Suhu dingin tak begitu terasa dengan kehadiran
api unggun yang menghangatkan suasana.
Obrolan
diantara kami semakin mengalir. Mulai dari membahas hal ringan hingga tema obrolan
yang serius bahkan soal kehidupan. Keakraban antar kami memuncak ketika saya
memanfaatkan speaker daeng Mamat sebagai sumber suara untuk bernyanyi bersama. Jadilah
babak Konser Mewah Suka Suka bermodal youtube chanel dan sound speaker
seadanya. Buktinya kami semua terhibur. Gelak tawa berasal dari tingkah polah
kami masing-masing hingga deretan judul lagu yang kemudian didendangkan
bersama-sama jadi pengisi suasana malam. Saya pribadi terkagum-kagum pada
kemampuan bernyanyi sang Pilot – kak Kent, yang untuk pertama kali, menunjukkan
kemampuan olah vocal nya yang merdu.
Sungguh malam yang akan selalu saya kenang. Ternyata dengan fasilitas sederhana dan
suasana kebersamaan dapat mencipta kebahagiaan. Ada musik, sound, penyanyi, pemandu
sorak, tukang rekam hingga penonton kelas VIP, kelas Festival dan penonton kelas
Selundupan karena pakai tiket bekas robekan kemaren malam!!.
Wefie all Genks adalah Kewajiban. |
Pilot yang juga model catwalk. (bukan photo endorese) |
Jadi,
buat kamu yang tandang ke Sembalun, entah untuk tujuan wisata atau butuh
istirahat sebelum melanjutkan pendakian ke puncak gunung Rinjani, jangan lupa
singgah ke Homestay nya mas Sandy yang beralamat di jalan Raya Sembalun, Desa
Sajang Kecamatan Sembalun Bawaknau Daya, Lombok Utara. Sebut saja Homestay mas
Sandy, penduduk setempat akan menunjukkan letaknya. Karena mas Sandy dan
homestaynya belum memiliki akun di media sosial jadi dapat pula hubungi ponsel mas Sandy – 087765101421 untuk
informasi dan pemesanan. Jikapun kamu berminat
melakukan pendakian ke gunung Rinjani, dapat hubungi daeng Mamat di nomor
ponsel 08114403514.
0 comments :
Posting Komentar