Budaya Dasan Gelumpang ; Memasak bersama-sama. |
…”
hari ini kita ke Tanjung, Bayan trus
lanjut ke Sembalun” jelas mas Anton pada kami pagi itu sebelum meninggalkan
Rumah Singgah Lombok tempat kami bermalam selama di Mataram.
“oh ia, sekalian kita mampir ke SD Akar Akar
ya...” imbuh mas Anton yang sontak
buat saya senang. Sejak hari pertama, telah
saya kisahkan pada mas Anton soal kawasan Akar Akar yang juga terkena dampak
dari gempa Lombok. Berharap tim kami
berkenan singgah melihat kondisi dan berbagi di SD Akar Akar. Dan mas Anton
mewujudkannya.
bangunan SD Negeri 5 Akar Akar yang cukup terkena dampak Gempa |
SD 5
Akar Akar merupakan sekolah dasar yang pernah saya datangi saat gelaran Kelas
Inspirasi Lombok pada awal 2018 silam. Saat bencana gempa melanda Lombok, tak
banyak berita yang mengulas kawasan SD Akar Akar. Padahal SD Akar Akar terletak di dusun Dasan
Gelumpang, Bayan, Lombok Utara. Dan
Lombok Utara salah satu kawasan dengan dampak gempa yang terbilang parah.
Kendaraan
Elf yang dikemudikan mas Musleh dari tim TNI – Batalyon Infanteri 742/Satya Wira Yudha, melaju
ke SD Akar Akar setelah singgah beberapa spot pengungsian di kawasan
Tanjung. Karena saya pernah ke kawasan
SD Akar Akar, jadilah saya bertindak sebagai penunjuk arah. Untungnya tak
banyak yang berubah dari rute tempuh hingga kondisi lingkungan sekitar. Tak
sulit menemukan lokasi dari SD Akar Akar meski terbilang berliku.
KONDISI SD NEGERI 5 AKAR AKAR PASCA
GEMPA
Beberapa
pemuda mengenakan sarung dan ikat kepala nampak ramai di bagian depan dari
jalan utama yang menghubungkan dengan gedung SD Akar Akar. “seperti ada gelaran adat?” gumam saya kala
itu. SD Akar Akar memang terletak persis di depan
kampung adat Dasan Gelumpang. Saat dulu gelaran Kelas Inspirasi berlangsung,
saya menyempatkan untuk tandang dan berbincang dengan beberapa warga di dalam
kampung adat tersebut.
Kendaraan
yang kami tumpangi tak dapat masuk ke pekarangan sekolah karena akses jalan
sempit dan menanjak. Kami pun melangkah
menuju gedung sekolah. Beruntung anak anak sekitar berdatangan mendekati kami. Bermain di halaman sekolah pun berlangsung.
Secara keseluruhan, kondisi bangunan sekolah SD Akar Akar tidaklah hancur
total. Tapi terlihat retak disemua
dinding bangunan. Sebagian besar atap tampak
rusak. Menurut anak-anak yang saya tanyai, sekolah sedang di liburkan untuk
kurun waktu yang belum ditentukan.
Selain
bangunan sekolah, beberapa hunian warga berdinding bata yang dekat dengan
sekolah juga rusak. Termasuk bangunan masjid yang dahulu jadi tempat saya mandi
kala gelaran Kelas Inspirasi, rusak total. Rata dengan tanah.
...BACA JUGA ... Kelas Inspirasi Lombok 5 di SD Negeri 5 Akar Akar
TANDANG SAUDARA DAN LUHURNYA BUDAYA
Usai
bercengkrama dengan adik adik SD Akar Akar, Kami menyempatkan tandang ke bagian
dalam dari desa adat Dasan Gelumpang. Adalah Megawadi, tokoh pemuda di desa adat Dasan
Gelumpang yang mengajak kami siang itu.
“mari, kita ngopi dulu..” ajak Megawandi. Bagai dapat suntikan semangat diajak ngopi
bareng dalam gelaran adat. Kemon genks!!.
Lebar
tikar terbentang. Duduklah sosok tetua adat. Salah satunya berpakaian putih dan
kain putih sebagai penutup kepalanya.
Kami mengenalnya dengan nama Amak Nasa. Ia adalah penghulu dalam desa
adat Dasan Gelumpang. Sorot matanya
tegas dengan raut wajah yang bersahabat. Meski terlihat serius, sesekali Amah
Nasa melempar senyum kearah kami yang tandang kala itu.
saya bersama para tokoh adat Dasan Gelumpang |
Amak Nasa - Penghulu dalam desa Adat Dasan Gelumpang |
Gelaran
pesta pernikahan sedang berlangsung. Bekawin mereka menyebutnya. Sayang kami
tidak menemui kedua mempelai karena sedang dilakukan persiapan. Dalam keramaian acara adat, terlihat barisan
ibu-ibu berkutat dengan bumbu dan olahan pangan. Ada pula kumpulan sebagian bapak-bapak
yang sedang mengolah nangka muda untuk dijadikan gulai. Sebagian lainnya
mengolah daging sapi yang baru saja mereka sembelih sebagai hidangan makan
bersama nantinya. Melihat aktivitas bernilai budaya, saya bergegas mengabadikan
beragam aktivitas yang tersaji di beragam sudut desa adat Dasan Gelumpang.
Uniknya, dalam pandangan mata, hunian warga adat Dasan Gelumpang yang mayoritas
terbuat dari kayu dan bambu justru tidak
terkena dampak dari guncangan gempa.
Bapak bapak yang baru saja selesai menyembelih sapi |
gotong royong membersihkan daging sapi yang baru disembelih |
Ibu Ibu baru saja menyiapkan nasi yang telah tanak |
Saya
kembali menemui teman-teman yang telah duduk bersila di atas tikar bersama para
tetua adat. Sesekali saya melihat sekelilling. Barisan ibu-ibu yang duduk rapih
diatas hunian kayu. Remaja putera dan puteri yang juga terlihat mengambil peran
mereka sebagai bagian dari acara. Meriah
terlihat. Mata saya tak henti memperhatikan sekeliling. Begitu agungnya nilai budaya meski berbalut
sederhana.
Tak
lama berselang, sajian kopi dan teh hangat disertai kudapan berupa kerupuk dan
rengginang tersaji. Teristimewa sajian itu. Terlebih dihidangkan oleh para
tokoh muda desa adat Dasan Gelumpang. Merasa jadi tamu dari acara budaya. Tak pernah terfikir akan bertemu nilai budaya
di Dasan Gelumpang. Obrolan pun mengalir diantara seruput kopi nan khas dan gurihnya
camilan. Beberapa rekan ikutserta melinting tembakau seperti yang dilakukan
para tokoh adat. Saya pribadi tak banyak melakukan obrolan dengan tetua adat.
Hanya menatap emreka dan mencuri moment untuk dapat mengabadikan ekspresi wajah
mereka melalui mata lensa. Sesekali saya menikmati kerupuk dan rengginang gurih
dengan ramuan kopi yang benar-benar nikmati siang itu. Sungguh
pandai mereka menjamu tamu. Meski sedang dalam suasana terkena gempa, mereka
tetap melayani kami selayaknya tamu istimewa.
duduk bersama menikmati suguhan istimewa |
Kak Kent menikmati Kopi dan Rengginang khas desa adat Dasan Gelumpang |
“Kopinya
enak …” celetuk salah satu rekan.
Saya
pun mengamini rasa kopi yang sungguh nikmat siang itu.
“di
tempat kami, bila ada orang yang mau beli tidak kami kasih. Tapi bila ada yang
minta akan kami kasih” ucap salah satu tokoh adat pada kami. “Semisal, ada yang meminta ubi di ladang
kami, akan kami kasih. Tapi bila ada yang mau beli, tidak kami kasih” lanjut sang tokoh adat pada kami. Saya pribadi terdiam menyimak uraian sang
tokoh adat. Betapa luhur jiwa menolong mereka. Sesuatu yang langka dalam
kehidupan saat ini.
Sejurus
kemudian datanglah sosok muda membawa dua kantung kopi yang diberikan untuk
kami. Meski merasa senang, saya jadi
terdiam. Sungguh baik warga desa adat Dasan Gelumpang. Kami yang datang dengan
ala kadarnya justru mendapat buah tangan yang penuh makna. Bagai menerima bonus tak terduga dari sebuah perjalanan bersama.
photo seluruh rombongan dan tetua adat Dasan Gelumpang |
Wefie bareng dengan Megawadi dan desa adat Dasan Gelumpang |
Kami
mengucap pamit pada Amak Nasa dan tokoh
adat lainnya usai berbincang banyak hal dan menghabiskan sajian kopi dan kudapan. Sungkan pula bila berlama-lama ditengah
kesigapan mereka mempersiapkan hajat adat.
Meski begitu, saya mencatat kebaikan warga adat Dasan Gelumpang sebagai
contoh nyata dari luhurnya nilai kehidupan. Sebuah ketulusan diri yang sulit
didapat saat ini. Betapa meraka pandai
mereka memperlakukan pendatang. Berharap nilai
luhur adat istiadat dan pola hidup dalam desa adat Dasan Gelumpang dapat terus
dipertahankan. Karena bagi saya, budaya adalah identitas bangsa. Jangan pernah
hilangkan nilai budaya dalam kehidupan.
0 comments :
Posting Komentar